Chapter 2

238 21 8
                                    

Aska pov

Hari tersial yang pernah gue dapatkan. Gue Aska Renaldi Sinata yang dijuluki sebagai ketua OSIS dan badboy di sekolah. Papa penyumbang dana terbesar di sekolah. Banyak yang bingung kenapa milih gu koe sebagai ketos. Ya, gue juga tidak tahu kenapa, oke skipp. Tidak penting.

Gue punya geng yang bernama King Bad yang terdiri dari sahabat terdekat gue. Mereka ialah Mario, Aldi, dan Zaky. Uhh disini gue yang paling bandel.

Hari ini gue julukin sebagai hari tersial. Ketemu anak cupu, telat masuk kelas, hingga di hukum sama guru menghadap tiang bendera selama pergantian jam. Sialan.

Kringgggg.....

"Woyy, akhirnya gue terbebas dari hukuman sialan ini." gue berbicara pada diri gue sendiri dan mengelap keringat yang bercucuran di tangan gue. Namun, gue bingung kenapa banyak cewek yang ngelihatin gue??? Ahh bodo.

"Aska!!" Zaky memanggil gue dan menghampiri gue.

"What?" gue seakan cuek dan nggak peduliin dia.

"Ayoo, kantin yang lainnya udah nunggu."

Semua menatapku dengan pandangan yang aneh. Emang, ada apa dengan gue?? Gue melihat dari atas sampai bawah nggak ada yang salah. Oh mungkin mereka terpesona sama kegantengan gue. Gue sangat anti dengan anak nerd risih, cupu, tolol, bodoh.

"Tumben lo telat masuk kelas ada apa? " ya, zaky kepo tentang semua hal yang gue lakuin dia seakan ingin tau.

"Gara-gara cewe cupu itu gue jadi telat." gue berbicara dengan menyosor minuman Mario.

"Eh, sumpah sialan lo. Ini minuman punya gue anjir."

"Bodo amat dah."

Bel berbunyi menandakan pelajaran selanjutnya akan dimulai. Gue males ikut pelajaran fisika otak akan pecah. Namun, inilah gue gak bisa menghindari pelajaran.

"Yuk masuk nanti gue kena omel lagi gara2 telat masuk kelas." gue mengajak anak - anak untuk masuk kelas.

Apa gue akan dapat surat yang ke-11 lagi? Btw, gue bingung siapa yang ngirim surat itu kurang kerjaan banget dah.

Gue nggak fokus pada pelajaran yang diajarkan dipapan.

"Bu, saya permisi ke kamar mandi dulu ya."

"Ya, silahkan." 

Akhirnya dengan berbagai akal gue bisa melewati pelajaran fisika. Dan gue memutuskan untuk pergi ke rooftop sekolah yang berada di lantai paling atas.

Gue mengambil satu Batang rokok dan menghisapnya dengan perlahan. Menikmati udara yang berhembus dengan damai ini.

Terkadang gue berpikir kenapa gue jadi anak nakal seperti ini apakah itu keturunan dari bokap gue yang sering ngelakuin hal itu sampai sekarang? Mungkin aja. Ah, bodo ngapain ngurusin masalah itu lagi gak penting .

-----

Author pov

Di kelas Siela hanya membaca dan mendengarkan musik karena pada jam ke 3-4 pelajaran kosong. Semua murid menginginkan hal itu terjadi jamkos dan melakukan berbagai hal yang mereka mau. 

Siela bergumam sambil mengarang surat ke -11 untuk idaman hatinya ialah Aska. "Aku nulis surat ke-11 tentang apa ya? Sumpah bingung banget." Siela bergumam dengan nada suara yang kecil.

"Ahh, bosen mending ke rooftop sekolah." Siela berdiri dari bangkunya dan mulai berjalan menuju rooftop sekolah.

Namun, belum sampai di rooftop dia melihat aska berjalan dengan tujuan yang sama ke rooftop. Akhirnya, Siela mulai mengikuti Aska dari belakang seperti penguntit barang.  Alangkah terkejutnya ketika Siela melihat Aska mengambil satu Batang rokok dan menghisapnya.

Kenapa kamu merokok? Itu tidak baik untuk kesehatanmu. Dewi Fortuna Siela langsung berbicara seperti itu.

----

Beberapa jam kemudian..

Aska kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran selanjutnya. Namun, tidak dengan Siela yang terus memikirkan Aska akan kejadian tadi di rooftop. Siela sama sekali tidak percaya bahwa Aska merokok.

Siela tidak bisa melakukan apa2 dia hanya diam. Walaupun diam dalam kenyataan yang menyakitkan. Itulah cara terbaiknya agar tidak ada satupun yang tau kecuali Viana bahwa

Siela mencintai Aska.

Siela masuk ke kamar mandi untuk menjernihkan otak sejenak.

"Apakah aku pantas untuk Aska???" Siela bergumam sendiri. Dia memutar keran wastafel dan mengambil air sedikit untuk membilas wajahnya. Huh, aku tidak  akan menyerah untuk Aska walupun dia bukan untukku setidaknya aku pernah berjuang.

Dia menepuk pipinya dan berbicara seperti itu.

----

Siela pov

Cuaca telah berganti menyisakan pancaran terik matahari yang menyengat. Aku disini di kelas menulis sesuatu untuknya. Aku menyebut dia sebagai pangeran impian.
Pangeran yang selaku dinantikan oleh sang ratu dan setia menunggu kedatanganya. Begitu pula denganku yang akan selalu menunggunya walaupun tanpa kepastian sekali pun.

"Eh, Viana untuk surat yang ke-11 gue bikin tentang apa ya?" aku bertanya kepada Viana yang lagi sibuk dengan novel.
"Tau ah, gue bosen pertanyaan lo tentang surat mulu. Apa lo gak bosen ini sudah yang ke-11 kalinya dan sama sekali tidak ada perubahan sekalipun." Viana seakan menyadarkan gue berhenti menulis surat untuk Aska.

"Ini bagi gue masih permulaan Viana gue juga sabar nunggu dia jadi gak perlu buru-buru. Pelan seperti air mengalir." aku membalas perkataan Viana dengan nada yang membela.

"Yaudah deh, serah lu. Tapi, kalau liat Aska sama cewe lain jangan nangis ke gue." Viana berbicara dengan nada sinis.
"Yah, jangan gitu dong, vin." aku seakan memohon permintaan maaf kepada Viana.

"Iya, cuma bercanda." Viana berbicara dan tersenyum tulus terhadapku.

Aku membuka buku harianku dan menulis secercah kata untuk hari ini.

Aku akan membuatmu jatuh hati kepadaku walaupun hanya aku yang melakukannya.

   -Oktober 17, 2016

-----

Maaf updetnya sangat telat.

10++  Vomments pleasee.

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang