Vote.
---
Aku sampai rumah pukul setengah sore yang menandakan waktu malam akan segera tiba. Namun, aku terheran saat aku ingin memasuki rumah aku melihat ada satu mobil yang terlihat asing bagiku. Dengan langkah jejak yang penasaran akhirnya aku memasuki rumah dan langsung membuka pintu."Ma pa, sie sudah datang." aku berteriak agar mereka yang berpenghuni di rumahku terdengar.
Saat aku melangkahkan kaki menuju ruang tamu aku sabar terkejut dengan kedatangan tamu yang datang hari ini, malam ini, dan
Semuanya akan berubah.
Aldi datang.
Setelah beberapa tahun aku tak melihatnya akhirnya aku bisa bertemu dia kembali. Dia sahabat masa kecilku. Dia selalu bersamaku hingga pada saatnya kamu berpisah karena orang tua Aldi pindah rumah karena urusan pekerjaan di Belanda. Bayangkan saja kami lost contact beberapa tahun.
Dia berubah, aku melihat dia dengan detail dan mataku berhenti pada saat dia juga memandangku, mungkin saja dia memandangku dengan tatapan remeh, bilik hatiku berkata.
Dia begitu tampan seperti utusan para dewa pribumi. Rambut hitam yang begitu pekat, Alis yang begitu tebal, dan matanya memancarkan aura kerinduan. Ahh, benar kah dia rindu kepadaku? Bilik hatiku berkata lagi.
Aldi langsung memelukku dengan erat sehingga aku tidak bisa bernafas.
"Aldi?" aku berkata dengan cukup pelan dan masih bingung dengan keadaan yang sebenarnya.
"Ya, ini gua sie. Aldi. Aldi yang selalu jailin loe, Aldi yang selalu gangguin lo. Rindu kan sama gue?"
Tanpa ba-bi-bu lagi aku memeluknya kembali dengan erat. Menyalurkan rasa rindu yang begitu dalam. Akhirnya, aku bertemu dengannya.
"Gue, rindu banget sama loe. Bagaimana kabar lo." oh Tuhan, setelah sekian lama aku tidak mendengar suaranya akhirnya mendengarnya lagi.
"Gue baik. Namun, gue disini gak bisa nemuin sahabat kayak lo. Disini gue sendiri."
"Mulai sekarang gue ada disini dan selalu bantu lo dalam hal apapun. Percayalah." nada suara aldi menyakinkanlu bahwa dia akan kembali disini selamanya.
"Makasihh, aldies."aku berucap memanggil namanya dengan menggodanya.
"ternyata lo masih panggil gue dengan nama itu." kita saling terkikik atas nama panggilan yang "Aldies" karena aku adalah satu-satunya orang yang memanggilnya dengan seperti itu.
Orang tua kita melihat dengan tatapan terharu seakan kejadian langka ini terulang kembali.
-----
Pagi, itu berarti drama baru akan dimulai dan siapapun tidak tahu bagaimana akhirnya.
Aku mengecek jam dinding yang menunjukkan angka lima pagi yang seharusnya aku lakukan setiap hari, sekolah.
Sekolah, seperti pengayuh dalam hidupku berbagai cacian yang aku dengar setiap hari tentang diriku dan mungkin sebentar lagi mereka akan tau bahwa gadis ulung sepertiku menyukai ataupun mencintai seseorang yang bernama Aska.
Aku ingat bahwa mulai detik ini dia tidak akan sendiri.
Dia kembali lagi,
Aldies, sahabat satu-satunya yang ada disaat dia terpuruk dan hancur seketika."Sie, bangun!" suara khas seseorang membuatku kembali ada dunia nyata.
"Iyaa." dengan segera aku mengambil hanphone dan tas yang berada diatas laci meja.
Aku membuka kenop pintu dan langsung disuguhkan dengan pemandangan Aldies memakai seragam sekolah sepertiku.
Atau jangan-jangan?? Oh- Tuhan aku mohon jangan.
"Ayo berangkat." Aldies merangkul bahuku dan menyeret ke ruang makan.
"Lo? Sekolah di sekolah gua?" aku bertanya pada Aldies dengan nada bicara yang biasa agar mengurangi nada kehidupanku yang melandasi saat ini.
"Iya, ada apa? Kok raut wajah Lo begitu? Lo gak seneng gua sekolah bareng Lo?"
"Iya, Eng--bu-kannya begitu." Ash, kenapa aku gugup seperti ini.
"Lo kok tegang sih?"
"Gapapa, ayo turun ke bawah Mama sama papa udah nunggu kita."
Aku menuruni lantai tangga dengan suara sepatuku yang terdengar cukup nyaring. Aku menyapa dan mencium pipi mereka berdua dan begitupun sebaliknya.
"Sie, mulai sekarang kamu udah nggak dianter papa. Kan mulai sekarang Aldi sekolah ditempat yang sama dengan kamu." Mama berucapa sambil mengambil selai yang dioleskan pada roti.
"Lah? Kok sekolah kita sama sih ma? Aldies kan bisa sekolah di sekolah lain yang lebih baik." aku berusaha menyakinkan kedua orangtuaku agar Aldies tidak jadi satu sekolah denganku.
"Tidak ada penolakan, semua berkas untuk kepentingan sekolah Aldi papa udah urus semuanya dan dia hanya tinggal sekolah." uh, jika papa sudah berbicara aku tidak bisa membantah lagi. Secara harfiah, semua keputusan yang papa buat harus diterima dikeluarga ini.
"Ya, baiklah." ucapku dengan lesu dan agak kesal.
Aku mendengar Aldies tertawa kecil yang menyebabkan aku tambah kesal.
------
Selama perjalanan menuju sekolah aku hanya diam dan gugup. Bagaimana tidak? Apakah mereka percaya bahwa Aldies adalah sahabatku yang sudah aku anggap sebagai kakaku.
Aku hanya perempuan sekolah biasa yang membawa bekal buku disekitar sekolah dan mereka menyebutku nerd.
Gerbang sekolah sudah mulai terlihat dari jauh.
"Aldies, gue turun sini aja ya. Ehm, soalnya gue mau nunggu temen ada keperluan penting." Aldies menatapku dengan satu alis dinaikkan ke atas dan bingung.
"Lo kan bisa ketemu di kelas sih, dan ini tinggal beberapa meter lagi. Ngapain Lo harus jalan lagi."
"Ih, biarin. Yaudah gue turun sekarang." aku membuka pintu mobil dan tanpa pamit terlebih dahulu mobil Aldies sudah melaju dengan kecepatan standard.
Aku menengok kanan dan kiri lalu akhirnya aku berjalan sendiri dengan pandangan ke bawah seperti orang yang menjadi buronan dan banyak orang mencarinya.
Akhirnya, aku sampai sekolah. Namun, pandanganku teralihkan dengan aldies
Yang menjadi tontonan seakaan terpanah dengan pesona dia. Aku hanya tersenyum pahit, jika Aldies mengetahui jati diriku di sekolah.Apakah dia masih menggangapku sebagai seorang sabahat?
Miris.
-------
Haluu. Akhirnya update juga walaupun lama.
Makasih sebelumnya yang mau vomment. Thanks you so so much guys.
Yaps, bagaimana selanjutnya? Ingin tau lebih dalam mengenai mereka?
Cmon, vomments. 10++? Chapter 6 will be soon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
Teen Fiction"Siela terjerat jatuh hati teramat dalam Kepada aska, namun sebesar apapun perjuangannya aska tidak akan pernah menyadarinya." "Aska jatuh hati setelah Tuhan berkehendak lain."