Ziya masih membeku di ambang pintu masuk. Lalu Ryu menggandeng Ziya melangkah ke arah bangkunya.
" Sorry, loe bisa pindahkan ini bangku gue sama Ziya " ucap Ryu terdengar kasar.
Alex lalu membuka penyumbat telinganya alias heandshetnya dan dengan santainya ia menjawab " Tempat ini nyaman, lebih baik senior pindah ke depan biar tahun depan bisa lulus " ucapnya dengan nada mengejek.
Ryu langsung terbakar amarah, kalau bukan karena ibunya meninggal saat UN mungkin sekarang Ryu sudah lulus bahkan saat ia mengikuti ujian susulanpun Ryu tak sanggup karena kejadian tersebut membuat dia syok berat dan Ziya tahu betul hal itu. Tangan Ryu mengepal siap untuk menghajar bocah bernama Alex itu. Tapi Ziya langsung memegang tangan Ryu meredakan emosi sahabatnya itu.
" Kak kita pindah saja "ujar Ziya sembari menarik tangan Ryu.
Tapi kepergian Ziya di tahan oleh Alex dengan mencengkram pergelangan tangan Ziya erat.
" Siapa bilang kau juga ikut pergi! loe duduk di samping gue "ucapnya dengan nada memerintah.
Emosi Ryu semakin tersulut dan bogem mentah mendarat dengan keras di pipi Alex. Sudut bibir Alex berdarah tapi anehnya Alex malah menyeringai seakan meremehkan.
" hah! orang miskin memang pantas jadi preman! " ujarnya santai.
Ryu semakin kesal dan siap memukul lagi. " Cukup! meladeninya sama saja kita menghiburnya! " cegah Ziya, " Dan kau Alex! jangan pernah loe hina kak Ryu! asal loe tahu saja kekayaan dan ketampanan loe tak sebanding dengan hati kak Ryu, jadi bungkam saja tuh mulut dari pada mulut loe itu bisa merusak muka loe sendiri!!!! " bentak Ziya kesal.
Alex tersenyum meremahkan dan dia berdiri berhadapan dengan Ziya. Mereka saling memandang penuh kebencian tapi tiba-tiba *cup.
Seluruh kelas di buat membeku oleh tindakan Alex. Mata Ziya melebar dan tubuhnya menegang. Ryu seakan di tusuk pisau tajam saat bibir gadis kecilnya dicium dan dilumat oleh Alex tepat di ruang kelas yang ramai.
Ziya dan seluruh siswa kelas syock dengan tindakan gila Alex. Bahkan sampai ciuman itu berakhirpun mereka semua masih membeku. Alex kembali menyeringai lalu kembali mencengkram pergelangan tangan Ziya yang masih membeku dan menariknya memaksa Ziya mengikuti langkah kaki Alex keluar kelas. Sedangkan Ryu masih terdiam tak percaya.
" hei... lepasin gue!!! lex lepasin gue!!! Alex!! " bentaknya memberontak tapi tak di gubris sedikitpun.
Sampai akhirnya langkah kaki mereka berhenti tepat di depan UKS. Dahi Ziya berkerut " ngapain kita di sini??! " tanya Ziya keheranan.
" Ryu brengsek itu melukai sudut bibir gue jadi obati gue sekarang!!! " perintahnya sembari duduk di kursi putih tepat di samping kotak p3k.
Ziya hanya tersenyum sinis meremehkan. Lalu dengan rasa kesal ia mengambil obat dengan kasar lalu mengobati Alex-pun dengan amat kasar.
" hei! loe bisa pelankan! "ucap Alex sembari meringis kesakitan.
Tapi Ziya hanya menanggapinya dengan tatapan benci walaupun dalam hatinya rasa cintanya masih ada. Harinya terasa semakin buruk saja pikir Ziya.
Setelah selesai Ziya merasa sedikit pusing. Ia keluar dari UKS tapi lagi-lagi Alex menahannya. " mau kemana loe " ujarnya kasar.
Lagi-lagi hati Ziya bertarung, pegangan tangan Alex saj dapat membuat jantungnya berdetak. Tapi Ziya harus melawan dan kalau bisa, ia jug harus menghilangkan rasa cintanya. Dengan kasar Ziya menepis tangan Alex.
" Apa urusan loe! ingat pernikahan kita hanya bisnis semata jangan sampai loe suka ama gue! " hujam Ziya tajam.
Alex menyeringai meremehkan " gue? suka sama loe, jangan mimpi! " ucapnya tak mau kalah.
Lalu tanpa menggubris ucapan Alex, Ziya keluar UKS dengan membanting pintu.
duk...! duk...!
Entah sudah berapa lama Ziya menghabiskan waktunya di lapangan basket sendirian. Bermain basket tanpa henti adalah salah satu caranya menghilangkan segala masalahnya.
" Ziya! Minum ini! " seru Ryu sembari melempar minuman berwarna hitam.
Dengan cekatan Ziya menangkap botol itu, dahinya sedikit berkerut. " minum saja Zi, itu cuma minuman bersoda kok " ucapnya meyakinkan.
Lalu Ziya meminumnya dengan santai. " Hueeekkk! iuuuhh... gile ini minuman apa!!!" Ziya meringis dan memuntahkan minuman itu. Ryu tertawa sangat keras, ramuan jawanya berhasil membuat Ziya muntah karena kepahitan minuman itu.
" Uekkkk!!! kak minuman apa ini! "
" hehehe... Racun kali? " jawab Ryu ngasal.
" Apa!!! " Ziya langsung kaget dan Ryu semakin keras tertawa karena Ziya percaya dengan jawaban ngasalnya.
" loe percaya?! hahahahaha " melihat realsi Ryu, Ziya akhirnya menyadari kalau dia sedang di usilin oleh sahabatnya itu.
Dengan cepat Ziya mengejar Ryu tapi, Ryu dengan cepat kabur dan akhirnya mereka saling kejar.
Awan terlihat sangat cerah dan indah tapi sayang keindahan langit tak searah dengan dua anak manusia yang sekarang sedang sibuk bertanding basket satu lawan satu.
duk...duk...duk...
Hanya suara pantulan bola orange itu yang terdengar di lapangan basket itu. Setelah kejar-kejaran tadi mereka melanjutkannya dengan bermain basket.
" hosh... hosh... kak gue capek! istirahat dulu " ucapnye dengan nafas yang masih di atur.
Ryu menurut dan mereka duduk di salah satu bangku penonton. " Ziya, setelah kejadian ini, loe masih suka sama Alex? " tanya Ryu dengan nada ragu.
" entah kak gue bingung... hati gue lagi perang kak "ucapnya lirih.
" perang??! " dahi Ryu berkerut tanda tak mengerti.
" berperang... hati pecah jadi dua kubu, kubu yang satu masih suka dengan Alex tapi satu yang lain sangat benci dengannya dan sekarang gue benar-benar pusing " jelasnya dengan mata sayu.
Tanpa sadar Ryu memeluk Ziya sembari membelai rambut Ziya. " Gue mau loe tegar! Ziya yang gue kenal berjiwa besi jadi teruslah tegar " ucap Ryu sembari memeluk Ziya penuh kasih sayang. Ziya mengangguk dan tanpa sadar air matanya menetes di punggung Ryu.
Menyadari Ziya menangis Ryu melepaskan pelukannya dan menatap gadis kecilnya. " loe nangis Zi " tanya Ryu dengan tatapan sendunya.
Ziya kembali menggeleng walaupun kenyataannya berbeda. Ryu kembali memeluk Ziya dan ia juga menepuk punggung Ziya memberi ketegaran.===================
Makasih buat yang udah mampir buat baca dan udah kasih Vote, add story ku, dan makasih buat yang sudah fan (walaupun cuma satu hehehe)
WAJIB BAGI PEMBACA BUAT KOMENTAR !!! INI ANCAMAN ( walaupun gak seperti ancaman sih hehehe :P )

KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Bisnis
RomanceMenikah karena bisnis mungkin sudah nasib Ziya, gadis 17 tahun ini terpaksa harus menikah dengan orang yang membencinya. Please kritiknya ^^