Jinseok

1K 127 2
                                    

"Emmmhh...." Seokjin perlahan mengerjapkan matanya, membiaskan cahaya lampu memasuki rentinanya. Namjoon yang sedari tadi duduk di sebelahnya segera bangkit dan melihat keadaanya,.

"Ya tuhan, kau sudah sadar hyung, biar ku panggilkan dokter dulu" Namjoon berlari kalang kabut untuk memanggil dokter, padahal ada bel khusus menggantung di sebelah kanan kepala Seokjin untuk memanggil dokter, Namjoon memang pintar, IQ nya tinggi tapi jika dia sedang panik dan berhubungan dengan Seokjin, IQ nya mendadak tidak bisa digunakan, Seokjin hanya terkekeh menyadari kebodohan Namjoon,. Namun seketika senyumannya luntur saat bayangan Jimin melintas di benaknya,.

"Ya tuhan!! Anak itu.. bagaimana keadaannya?"

Saat Seokjin berusaha untuk duduk, tiba-tiba seseorang memegang bahunya pelan..

"Jangan banyak bergerak dulu hyung, kau baru siuman"

entah sejak kapan Namjoon sudah ada di sisinya, membenarkan posisi tidurnya,.

"Namjoon~ah, bagaimana keadaan Jimin?"

"Jimin??.. ah.. anak itu, nanti kuceritakan hyung, sebaiknya kau diperiksa dokter dulu"

"Aku baik-baik saja, aku ingin mendengarkan keadaan Jimin! Dia baik-baik saja kan?"

"Dia baik hyung, kau butuh dokter" ucap Namjoon meraih tangan kanan Seokjin,.

"tapi~~"

"Kumohon hyung, hanya diperiksa, dan aku akan bercerita.." potong Namjoon lalu mengecup lembut punggung tangan Sokjin,..

"Haahhh... baiklah" final Seokjin, memang sejak kapan seorang Kim Seokjin bisa membantah keinginan seorang Kim Namjoon..

**

"Apa kata dokter?" Tanya Seokjin pada Namjoon, karena tadi dokter meminta Namjoon untuk menemuinya..

"Doketer bilang, kau Ok hyung, untuk seseorang yang mengalami koma selama tiga hari, dia bilang seperti menyaksikan keajaiban melihat keadaan mu sekarang hyung.."

"Ha..hahh??,, Aku?? Koma tiga hari??"..

"Iya hyung, kau koma selama tiga hari.."

"Kenapa lama sekali? Ahh ya.. kemana anak-anak, apa mereka tidak menjenguk ku?" Raut wajah Seokjin berubah menjadi sedih, Namjoon hanya hanya terkekeh melihatnya,.

"Mereka kusuruh pulang hyung, satu jam sebelum kau siuman, sebenarnya mereka menolak, tapi aku mengancam mereka tidak boleh dekat-dekat dengan mu kalau sudah siuman"..

"Isshh dasar kau ini.." balas Seokjin mencubit perut Namjoon main-main, Namjoon pura-pura mengaduh, padahal tidak sakit sama sekali #Modus..

"Ahh.. ya, Jimin.. bagaimana keadaanya?"

"Mm.. sebenarnya dia tidak kenapa-napa hyung, dia terluka cukup parah, tapi tidak separah dirimu.. hanya saja, dua hari setelah siuman, dia terus saja mengamuk hyung, dia mencari-cari ibunya.. dan hanya bisa ditenangkan dengan obat penenang yang di suntikan dokter.."

"Ya tuhan.. Naamjoonnie, aku ingin melihatnya.." ucap Seokjin, Bahunya sedikit bergetar seperti akan menangis,. Seokjin berusaha untuk bangkit, namun Namjoon menahanya..

"Tidak sekarang hyung, kau lihat? Sekarang sudah pukul sepuluh malam, tidak boleh ada pasien berkeliaran, Besok! Jika dokter mengizinkan, aku akan menemani mu menemuinya"
Seokjin menghela nafas pasrah saat mendengar penjelasan Namjoon, lalu mengangguk perlahan..

"Ahh iya hyung, sebenarnya apa yang terjadi? Apa hubungan mu dengan bocah itu? Kenapa kau sampai rela menolongnya?"

"Namanya Jimin, bukan bocah itu" ucap Seokjin menatap kesal pada Namjoon..

"I.. iya, maksud ku dia"

"Sebenarnya aku tidak mengenalnya, namun sudah beberapa hari ini, sosoknya meracuni fikiran ku, tapi aku hanya metapnya dari jauh, aku tidak begitu berani untuk sekedar menyapanya, dia terlihat seperti membantengi diri dari dunia sekitarnya, dia penyendiri, sampai pada hari itu.. karena rasa penasaran yang sudah tidak tertahan lagi, akhirnya aku memutuskan untuk mengikutinya, dan tiba-tiba Ahjusi itu memukuli ku seperti orang gila, dan yahh berakhirlah aku disini..." ucap Seokjin lirih diakhir kalimat.. lalu terkekeh pelan, merutuki kebodohannya sendiri..

"Hyung..." Namjoon mencoba mendekati Seokjin dengan duduk disisi kasurnya, mengangkat pelan dagu Seokjin, lalu mengelus pipinya benar-benar halus..

"Maaf hyung, aku datang terlambat.." sesal Namjoon, Seokjin tersenyum manis, lalu balik menatap mata kelam Namjoon..

"Heyy.. tak seharunya kau meminta maaf, seharusnya aku yang berterimakasih, lihat.. aku selamat kan, aku baik-baik saja, dan itu karena kau.. terimakasih yah" ucap Seokjin dengan senyum termanisnya, Namjoon membalas senyum Seokjin, tak kalah manis..

"Terimakasih kembali hyung.. terimakasih karena kau sudah mau bertahan" ucap Namjoon mengecup kening Seokjin yang berbalut perban..

"Hem.." balas Seokjin mengangguk jenaka seraya memainkan tangan Namjoon yang masih memegang pipinya. .

"Ahh iya hyung, apa kau tau siapa Ahjusi yang memukuli mu?"..

"Emm.. tidak, kurasa dia orang gila yang tak sengaja bertemu Jimin.."

Namjoon menghela nafas sejenak, lalu meraih kedua tangan Seokjin,.

"Hyung.. kau harus tau, bahwa Ahjusi yang memukuli mu itu adalah ayah dari Jimin.. ayah kandungnya sendiri, yang tersandung kasus pembunuhan istrinya sendiri"..

Sontak Seokjin melepas genggaman tangan Namjoon dan membelalakan matanya..

"A-apa! Pembunuhan istrinya sendiri? Berarti ibu Jimin..." Seokjin tak sanggup melanjutkan kata-katanya, seperti ada sesuatu yang menyangkut di tenggorokannya.. dia tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan yang Jimin hadapi.. tiba-tiba air matanya mengalir begitu saja, sesekali meremas dada kirinya yang berdenyut nyeri.. Namjoon yang melihat Seokjin terpukul langsung saja membawa Seokjin ke dalam pelukannya, mengusap perlahan rambut hitam mengkilat Seokjin yang agak berantakan. .

Setelah beberapa menit menangis dalam dekapan Namjoon, Seokjin terlihat lebih tenang, Seokjin menyamankan posisi kepalanya pada dada bidang Namjoon yang sekarang sudah duduk di samping kananya..

"Namjoon~ah.."

"Ya hyung.."

"Sepertinya.. aku ingin mengadopsi Jimin"

***

Jreengg Jreengg..

Jangan lupa kritikk dan saran..

Ini gak di edit dulu pasti Typo bertebaran.. 😂😂

Jangan lupa juga Kasih dukungan Kasih Bintang gitu kalau sempet Kasih komen juga.. gak susah kan..  😁😁😚

See you next time guys..

Hold Me Tight..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang