일!

131 19 2
                                    


Empat minggu kemudian.

20.55

Huuuhhh, aku menghembuskan napasku dari mulut dengan cepat. Aku hanya bisa duduk di bangku Taman dekat gedung SM. Ini benar benar gedung SM. Tak kusangka. Tapi ternyata disini tak ramai seperti yang aku bayangkan, atau mungkin hanya hari ini saja. Ah aku tak tau.

Aku ingin kembali ke tempat rumah sewa ku. Kakaku membuatlu tinggal di tempat itu. Tapi aku tak nyaman disana. Paling aku pulang setelah jam sebelas malam. Jaraknya jauh dari sini ke tempatku, kurang lebih 45 menit naik bus.

Sudah dua minggu setelah aku gagal masuk universitas. Aku seperti ini. Niatku tadinya pura pura tapi ternyata memang benar. Niatku ingin hidup seenaknya juga tak bisa terwujud.

Daripada aku diam saja hanya menikmati, dan menikmati. Aku jalan jalan saja sambil perkenalan dengan lingkungan baru ini.

Tapi saat aku berjalan dari gedung. Aku melihat pria yang mungkin akan terkena cabang pohon yang akan runtuh, disana tak ada siapapun. Hanya aku mungkin yang akan menyelamatkan pria tinggi itu, kenapa aku merasa panik. Dia memakai pakaian serba tutup seperti buronan menuju ke gedung ini, tapi bodohnya dia malah diam sejenak disana, memperhatikanku. Dasar gila.

Aku reflek berlari menuju pria yang sedang diam berdiri itu. Huftt menyebalkan.

Huhh, huhh, huhh suaraku saat berlari menjadi seperti orang yang sudah lari 2000 meter. Happ. Aku menangkap lengannya. Mata dia terlihat heran dan takut saat melihat aku berlari kehadapannya.

Aku membalikan tubuhnya yang berat ke arah lariku, bersamaan dengan tubuhku. Dan Entah kenapa aku melakukan itu. Aku dorong tubuhnya agar tubuhku tak terbanting.

Brakkk. Matanya seperti kesakitan. Trekk. Batang pohon itu pun jatuh di bawah kakiku dan kakinya. Untung disini tak terlalu ramai jadi aku tak terlalu malu, saat melakukan insiden ini. Aku semakin lama menatap matanya, dia seperti orang yang familiar. Tak lama. Dia membuka maskernya.

Dan ternyata itu adalah.. itu adalahhh....
"Kau menyelamatkanku?" Lalu dia menghembuskan nafas leganya.
"Terima Kasih. Ahh, apa kau tahu aku?" Lanjutnya.
"Hah... i...iya...iyaaaa sama - sama, aku menyelamatkanmu. Tapi aku tak tahu pria yang dimaksud adalah kau"
"Bangun ayo" ucapnya.

Dia memakaikan maskernya lagi dan lebih menutup kepalanya lagi dengan kupluk jaketnya. Dan mengajakku duduk di dekat pohon yang cabang batangnya telah jatuh.

"Kau tak tau aku siapa?"
"Aku tau kau adalah bintang terkenal itu. Tetapi saat mau menyelamatkanmu aku tak tau itu kau."
"Haha, sudahlah sekali lagi terima Kasih. Ah dan jangan terlalu formal kepadaku. Mungkin kau bisa anggap aku seperti teman."

"Ah teman? Tem..teman? Ah. Ii..iiyaa baik" ucapku gugup dan kaget.

Dia tidak pergi dari tempat kami mengobrol dia malah memandang pohon itu. Dan beralih ke bintang bintang diatas. mungkin lebih baik aku mulai mengambil topik saja.

"Kau mungkin salah satu dari bintang bintang itu yang jatuh ke sini seperti cabang pohon itu" ucapku sambil menunjuk cabang pohon yang jatuh tadi.
"Haha kau bisa sajaa. Kita sama, sama sama manusia. Hanya takdir kita yang mungkin berbeda. Tapi kau mau kemana. Apa rumahmu jauh dari sini?"

Aku merasa seperti kesempatan, kesempatan agar aku bisa memiliki tempat tinggal baru. Bisa saja dia akan membelikanku tempat baru. Aku berbohong saja.

"Ah aku tak ingin kembali ke sana"
"Kenapa?"
"Disana aku pasti ditagih uang sewa aku maklum jika tempatnya bagus. Haha tak ada bagusnya juga. Dan juga uangku hanya cukup untuk sehari hari ku disini, aku tak ingin disana. Jadi aku pulang nanti saja" curhatku.

Like My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang