17. Mulai perhatian?

284 19 3
                                    

Pagi di akhir pekan. Eun Hyuk mengutuk dirinya yang malah terbangun ketika mentari pagi sempurna terbit, padahal sebelumnya ia berniat untuk bangun saat mentari pagi telah terik menuju singgasana.

Kantung matanya sedikit memudar, meninggalkan bengkak dibawah mata, Eun Hyuk menguap lebar setelah matanya tak menuruti perintah otaknya untuk kembali tidur. Akhirnya ia beranjak bangun dan pergi ke dapur, menekuni rutinitas paginya-membuka kulkas dan meminum susu favoritnya yang sudah disediakan Oh Ajumma dalam botol kesayangannya.

Lelaki itu meneguk seperempat, terdiam sejenak menatap botol yang ada digenggamannya kemudian terkekeh. Pagi ini, seperti pagi-pagi kemarin selalu sama berbeda dengan pagi-pagi dahulu ketika susu dalam botol favoritnya itu hanya tinggal setengah.

"Selamat pagi, Tuan Muda." Eun Hyuk berbalik, Oh Ajumma membungkuk memberi salam dengan senyum lebar. Lelaki itu ikut tersenyum sambil mengangkat botolnya, "aku senang botol ini selalu penuh," ujarnya.

Oh Ajumma terkekeh. "Ra Hye takkan berani mengambilnya lagi, setelah Tuan Muda mengancamnya." Eun Hyuk mengangguk, "dimana Ra Hye?"

Tak biasanya lelaki itu berjalan melewati Oh Ajumma dan mencari gadis yang kemarin mencuri susu kesukaanya seolah itu tak pernah terjadi. Eun Hyuk membuka pintu kamar yang digunakan Ra Hye, kamar itu telah rapi. Eun Hyuk kembali terkekeh, teringat saat ia membangunkan Ra Hye yang terlambat bangun demi mencari dasinya.

Eun Hyuk melangkah, pandangannya tertarik pada bayangan yang tercetak pada selimut putih itu. Ia melangkah mendekat dan menemukan Ra Hye mengelap keringat, berdiri diatas cucian yang penuh busa-busa.

"Disini kau rupanya." Ra Hye nyaris berteriak, "oh, ya aku disini. Kenapa, Eun?" respon Ra Hye membuat jantung Eun Hyuk beradu lebih cepat ditambah lagi senyuman lebar gadis itu. "Hei, kenapa kau terus mengenakan baju itu?" Ra Hye mengubah ekspresinya, detik berikutnya gadis itu menatap baju yang ia kenakan.

"Maksudku, baju mu itu-itu saja. Apa uang yang kuberikan pada Oh Ajumma hanya cukup membeli beberapa helai saja?"

Ra Hye menaikkan alis ke atas, bingung. Jarang sekali lelaki memperhatikannya, apalagi Eun Hyuk sampai tahu ia mengenakan baju itu-itu saja. Biasanya para lelaki yang malas memiliki baju banyak namun berbeda jika lelaki sekaya Eun Hyuk, dari harga jutaan won perhelai hingga ribuan won juga ia miliki.

"Kau juga tak mengurus rambutmu? Astaga gadis macam apa kau ini."
"Kenapa kau justru memperhatikanku? Maksudku, statusku dirumah ini hanya pesuruhmu." Ra Hye menyentuh rambutnya.

Memangnya ada yang salah? Selagi rambutnya sehat bagi Ra Hye sudah cukup, tak perlu menghamburkan uang ke salon. "Kau itu seorang wanita, Kim Ra Hye." Eun Hyuk berujar dengan nada yang sengaja ditekan, "bagaimana lelaki akan tertarik jika kau tak mengurus dirimu?"

"Mengurus diri? Kau kira aku tak mengurus diri?"
"Pergi kesalon misalnya, berdandan dan melakukan hal sesuai keinginanmu."
"Jadi kau ingin aku menghamburkan uangmu?"

Eun Hyuk terdiam, menyadari jika dirinya lah yang bertanggung jawab atas Kim Ra Hye saat ini. "Lelaki akan tertarik pada seorang wanita belum tentu secara fisik, bisa karena kepribadiannya meskipun penampilannya biasa saja." Ujar gadis itu. "Aku, wanita yang biasa saja dengan kepribadianku, kuharap seorang lelaki akan menerimaku apa adanya." Ra Hye menggerakkan kaki, kembali menginjak cuciannya.

"Aku berharap kebahagiaan juga memberiku kebebasan."

Ra Hye mengangkat wajah. "Memangnya kau menderita?" tanyanya, menunjukkan ekspresi mengejek seolah Eun Hyuk sedang bergurau. Lelaki itu berdesis, angin bertiup menerbangkan kaos tanpa lengan milik Eun Hyuk, ia memeluk diri sendiri kemudian berkata, "Ah sudahlah. Selesaikan saja pekerjaanmu."

Sedangkan Ra Hye mengangkat bahunya polos. Tak lagi menatap Eun Hyuk yang berbalik masuk ke rumah, "Ah ya," Ra Hye kembali melihat Eun Hyuk. Ia berdiri di posisinya-membelakangi Ra Hye dan berbalik menatap gadis itu, dengan mulut yang sedikit terbuka.

"Lupakan," ucap Eun Hyuk lalu berbalik lagi, kali ini benar-benar meninggalkan Ra Hye sendiri. "Dia kenapa? Apa tidak ada yang bisa dia perhatikan lagi selain aku? Dia kan punya kekasih... eh, kenapa aku malah memikirkan Eun Hyuk?"

Ra Hye menyentuh rambutnya, memperbaiki posisi rambut beberapa kali hingga akhirnya memutuskan untuk menyanggul rambutnya.

"Apa Eun Hyuk mengusirku secara halus?"

***

Sa Ra membenarkan tampilan lipstick yang mewarnai bibirnya hari ini. Gadis itu tersenyum, jari lentik miliknya bergerak pelan menyentuh rambut. Hari ini tampilan baru, warna rambut hitam membuatnya lebih cocok dan terlihat seperti gadis asia pada umumnya.

Sa Ra menyandang tasnya, berjalan keluar toilet dan matanya melihat Choi Jin Woo yang duduk bersandar sambil membaca buku. Gadis itu berjalan cepat, "Jin Woo-ya," tegurnya dengan nada manja, belum sempat Jin Woo menoleh alik-alih Sa Ra sudah melingkarkan tangannya.

"Eoh, Sa Ra-ya," Jin Woo tersenyum lebar, "Kau sedang membaca apa? Tidak ada kelas?" Jin Woo menyentuh tangan Sa Ra, "Aku menunggumu."

Ki Sa Ra tertawa, gadis itu justru mendapatkan jawaban yang jelas bukan jawaban atas pertanyaanya. "Aku memang selalu menunggumu." Sa Ra menatap mata Jin Woo yang berbinar.

Sa Ra memahami maksud lelaki itu. Choi Jin Woo adalah teman sekolahnya dulu, jauh sebelum Sa Ra digemari banyak lelaki dan memanfaatkan beberapa lelaki yang menggemarinya, Jin Woo menyukai Sa Ra.

Sa Ra mengenal Jin Woo lama, ia dekat dengan Jin Woo hanya sekedarnya. Keakraban Sa Ra dengan Jin Woo tak berubah sedikitpun meskipun Sa Ra tahu Jin Woo menyukainya. Bagi lelaki yang menggemari Ki Sa Ra, adalah suatu keberuntungan jika Sa Ra berbicara pada mereka secara langsung, bahkan mendekat saja sudah keberuntungan.

"Aku lapar," Sa Ra berujar, merasa tak nyaman dengan tatapan Jin Woo yang bertanya-tanya lewat matanya.
"Ingin kutemani makan?"
"Kau tak ingin mentraktirku?"

Begitulah Ki Sa Ra. Mendekat hanya bila ada maunya, selebihnya hanya sekedar bertukar sapa.

"Apapun untukmu, Sa Ra-ya."

Dan begitu pula Choi Jin Woo, menuruti apapun yang Sa Ra inginkan. Gadis itu tersenyum, menggandeng lengan Jin Woo santai kemudian menarik lelaki itu pergi. Jin Woo mengedarkan tatapan kesekitar, tak terlihat lelaki lain yang juga menyukai Sa Ra disekitar. Berarti aman.

"Sa Ra milikku." Jin Woo berujar dalam hati, tersenyum lebar pada Ki Sa Ra.

***

"Ra Hye-"
"Ya Ajumma?"

Ra Hye sedikit terperanjat kaget melihat Oh Ajumma tiba-tiba muncul, kemudian memberikan sesuatu padanya.

"Tuan Muda memberikan itu untukmu dan berpesan, bersiap-siaplah."
"Untukku? Tapi.. bersiap-siap untuk apa?"
"Sepertinya Tuan Muda ingin mengajakmu pergi, nak. Turuti saja sebelum Tuan Muda berteriak lama karena menunggumu."

Ra Hye membuka mulutnya, "Sebaiknya kau cepat bersiap-siap!" Oh Ajumma beranjak meninggalkan Ra Hye sendirian, kebingungan menatap sesuatu di tangannya.


Heol! Maaf atas keterlambatan bab ini eaaaaa. Abis ketiduran si /gananya/ btw nih ya, comment dong :( seengganya vote deh. Jangan jadi sider, nikmatin /nikmatin apanya hayo(?)/ bgt ceritanya sampe tega ga mau vote.

KALO UDAH BACA TAPI GA VOTE/GA NINGGALIN JEJAK/MASI SIDER, GA AKU LANJUTIN LOH YA. BERLAKU UNTUK SIAPAPUN!

*ngancem*
*nangis di pojokan*
*bhay(?)*

Cinderella ModernTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang