16. Pergi

225 5 0
                                    

"Eun Hyuk."

Gadis itu menatap layar monitor yang menampilkan wajah seorang lelaki yang berada dibalik pintu apatermennya. Lelaki yang tampak kelelahan ditengah malam, entah apa yang ia inginkan.

"Aku terlalu jahat untukmu dan kau terlalu baik untukku."

Gwak So Mi namanya, gadis dengan tubuh tinggi semampai, rambut hitam bergelombang sepunggung, tipikal gadis menjaga berat badan dan wajah agar tetap tirus itu kembali meneguk sebotol soju ditangannya setelah melihat Eun Hyuk melangkah pergi dari pintu apatermennya.

Menit berikutnya bel apatermen kembali berbunyi, layar monitor itu menampilkan sosok yang berbeda. So Mi mendengus, alkohol berhasil menguasai tubuhnya hingga So Mi merasa berjalan ke pintu apatermen begitu jauh.

Terdengar suara pintu apatermennya terbuka, sepertinya dia berhasil membuka sebelum So Mi membukakan pintu dahulu.

"Hei, hei. Kekasih terkayamu itu baru saja pergi! Kau habis minum-minum dengannya huh? Astaga So Mi, tapi kenapa dia terlihat kacau? Kau... Mengecewakannya? Oh, kau menolaknya?!"

So Mi mendesis, "Ya! Gadis nakal!" Gadis yang berada dihadapan So Mi hanya tersenyum penuh makna kini menciut takut setelah So Mi bersuara setengah berteriak padanya. "Biarkan saja dia pergi," lanjut So Mi lebih tenang. "Dan kau kenapa menerobos masuk ke apatermenku, hah?! Apatermenmu disebelah gadis nakal!" tambahnya.

Jung Han tak memperdulikan apa yang dikatakan So Mi, matanya bergerak menyapu seisi dalam apatermen So Mi. "Hei, kau tak menggodanya dengan tubuhmu? Huh? Ayolah pria mana yang akan menolakmu jika benar-benar pria kan?" hal itu membuat So Mi tertawa, "Aku bilang biarkan dia pergi dasar wanita vulgar. Gara-gara pekerjaan ini kau yang dulunya polos jadi sangat vulgar, benar-benar gila kau Han."

So Mi melangkah masuk, membiarkan tetangga sebelah apatermennya itu menggelayut di pintu apatermennya beberapa saat. "Tapi ada untungnya juga. Aku bisa mendapatkan apatermen tepat disebelahmu karena seorang oppa yang memberikan apatermen itu untukku secara cuma-cuma setelah menemaninya semalaman sedangkan kau mendapatkan ini lebih mudah karena kau hanya menggoda calon Presdir perusahaan itu." Jung Han berkata tanpa henti, mengingat kembali rasa irinya pada So Mi yang pindah dari rumah kontrakan lusuh mereka dulu ke apatermen semegah ini secara tiba-tiba.

"Aku tidak menggodanya."
"Lalu apa?"
"Aku sungguh tidak menggodanya Han. Aku akui aku lebih licik dari kau tapi tidak pada Eun Hyuk. Aku tidak menggodanya. Dia memberikan semua padaku karena dia mencintaiku."
"Oh dan kau terlibat dengan cinta padanya, tetanggaku. Kau sungguh wanita yang kejam."
"Aku tahu, karena itu aku membiarkannya pergi Han. Aku menyadari jika aku hanya menjadi benalu dalam hidupnya. Cinta bodoh." So Mi mengumpat diakhir kalimatnya.

So Mi berjalan sempoyongan kemudian duduk di sofa putih, tertawa yang dipaksakan khasnya membuat Jung Han menarik diri mendekati So Mi, gadia itu melepaskan high heels kemudian berkata, "Kau kenapa? Menyesal karena tak membuatnya tidur denganmu?"

Detik itu juga So Mi mendesis, "Kau sendiri tak berhasil mendapatkan mangsamu?" So Mi menyilangkan kaki.

"Jam mainku sudah berakhir."
"Cepat sekali, matahari saja masih lama untuk terbit dan kau kalah."

Jung Han duduk disamping So Mi, melirik gadis bersweater coklat dan rok pendek putih yang selalu saja meremehkannya. "Bukan kalah, sayangku," ujar Jung Han mendekati So Mi, "Tapi Oppa itu memberiku uang dan akan menyewaku seharian di hotelnya nanti."

"Uh, kau ganti pekerjaan gadis nakal?"
"Kurasa tidak."

Jung Han tersenyum lebar, meraih sebotol soju lain dan mulai meneguknya.

***

"Setelah itu kau pulang?" Ra Hye bertanya, memperhatikan Eun Hyuk yang berjalan di sampingnya. "Ya. Harusnya aku langsung pulang saja tanpa repot-repot menuju apatermennya, mungkin pengaruh wine."

"Maafkan aku karena terus saja bertanya, Eun," Ra Hye menghentikan langkahnya, menautkan jemarinya takut membuat dirinya seolah ingin tahu banyak. "Tapi dari mana kau tahu, jika aroma alkohol selalu melekat pada gadis itu tiap malam?" tanya Ra Hye.

Eun Hyuk mengalihkan pandangan. Ini bukan persepsi yang ia ambil setelah ratusan kali menemui So Mi ketika malam. "Aku pernah ke apatermennya waktu malam. Entahlah, aku selalu saja mencium aroma alkohol entah itu soju atau wine pada dirinya."

"Mungkin parfumnya."
"Aku tak pernah membelinnya parfum beraroma alkohol (minuman) yang kuat."

Ra Hye melihat Eun Hyuk yang tak melihatnya. Gadis itu merasa serba salah, tak mungkin ia asal menuduh namun jika tak menuduh sepertinya malah menyinggung perasaan lelaki ini.

Dia membelikan segalanya untuk gadis itu, ucap Ra Hye dalam hati kemudian memutuskan untuk diam.

"Aku masih tak percaya dia bahkan tak menunjukkan batang hidungnya padaku setelah semua yang kuberikan padanya, bukan hanya perasaan tapi segalanya." Eun Hyuk tersenyum miring. "Aku bukan menagih pengembalian atas yang kuberikan secara cuma-cuma, asal kau tau saja. Ya setidaknya masih berfikir menggunakan otak kan?" lelaki itu masih acap bicara sedangkan Ra Hye hanya diam mendengarkan, takut salah berkata.

"Aku juga tak meminta diberikan hal yang sama, diberikan perasaan yang sama saja itu sudah cukup. Tapi ayolah, aku berusaha berfikir positif alasannya." sekarang Eun Hyuk terus mengomel.

Eun Hyuk menyayangkan So Mi yang tak datang kerumahnya tiap kali ia mengundang makan malam. Mungkin sudah kali ke tiga atau empat, niatnya ingin melamar gadis itu sebagai bukti ia memang serius akan perasaanya.

So Mi yang terus merasa bersalah memilih untuk mendiamkan diri, perlahan berniat menghilang dari hidup Eun Hyuk namun lelaki itu selalu saja menghadirkan diri dalam hidupnya.

So Mi sadar ia gadis yang kejam, sangatlah tak pantas karena selama ini hanya kebohongan selalu bersamanya. Gwak So Mi sadar, cintanya tak setulus Eun Hyuk.

***

Ki Sa Ra menghela nafas sambil menatap rintik hujan yang jatuh, jendela besar itu terasa dingin dengan sedikit embun di setiap sudutnya. Gadis tinggi itu berbalik, menatap Ki Nam Ji yang duduk berselonjor di sofa dengan snack di sampingnya, fokus menonton acara televisi.

"Pergi lah berkencan dengan seseorang." Sa Ra kembali menatap adiknya, "kau seperti gadis bodoh dirumah. Tak ada seseorang atau hal apapun yang membuatmu senang?" lanjut Nam Ji disambut decakan Sa Ra. "Aku sedang malas berurusan, memang sih jika aku ingin sesuatu mereka pasti langsung mengabulkan."

Sa Ra menyombongkan diri, gadis itu tahu persis bagaimana sifat beberapa lelaki yang tergila-gila padanya pasti akan membelikan apapun yang diinginkan Sa Ra, gadis itu hanya tinggal bergelayut manja pada salah satu diantaranya yang telah membelikan apa yang diinginkannya.
"Ya, ya, kau selalu beruntung, eonni." ujarnya. "Heol, andaikan Ra Hye ada disini."

"Kenapa? Kau ingin dia membelikan sesuatu untukmu? Hei adikku jangan jadi penyuka sesama jenis!"
"Aku tak segila itu! Ah, setidaknya dia bisa mengenalkanku dengan beberapa teman lelakinya yang tampan."



Note:
Ngegantung? Gaje? Iya emang ko. Sulit banget nemuin alur yang pas. Wkwk saranin dong 😂
Btw jgn lupa vote plus komentarnya ya. Diusahain bakal post seminggu sekali tiap hari selasa.
Seeyou next part <3

Cinderella ModernTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang