Lalu... aku di rumahnya
Menahan semua letupan yang hanya aku yang tahu
Biarlah... diri ini saja yang tahu
Kupendam
Dalam diam
Memikul semua rasa yang tak semeatinya
Maap aku tak berizin
Selalu seperti ini jika hati ini jatuh
Selalu seperti ini saat hati ini terpaut
Selalu seperti ini aku jatuh cinta
Pada...
Sang pematah hati
Yang tak sadar telah mematahkan hati
MirisImpian menjadi abadi layaknya edelweis, sirna
Beraharap abadi dalam keabadian cinta
Berharap memiliki cinta yang abadi dan berbalas
Bukan hanya sekedar edelwei yang tak bertuanLalu... hari itu dirumahnya
Bukan enggan menyapa
Hanya tak kenal, pun tak pernah berkenalan
Bahkan dia tak tau bahwa aku mengetahuinya
MirisLalu... hari itu di rumahnya
Aku hanya tertunduk kala ia menampakan diri
Tak ada senyum pun sapa
Hanya suara orang orang yang memanggil namanya...
Cukup
Nama itu yang kudengar
Mampu mengetarkan hati
Seolah dia bertemu dengan sang pemiliknyaEntahlah...
Yang kutahu...
Lalu... hari itu di rumahnya
Kupetik sepucuk edelweis
Tanda aku telah mampir dirumah walau tak dihatinya...Teruntuk sang pematah hati...
This is the last memory, hopefully
😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Pena Bercerita (On Editing)
Poetry"Saat mulut tak mampu lagi berkata, maka ikutilah penamu untuk bercerita. Ungkapkan semua yang ingin kau katakan hingga tak ada lagi kata yang tersisa." Aku seorang pemula, mohon beri komen dan dukungannya untuk perbaikan. Terima kasih :) Catatan: t...