"Kenapa kau masih disini, sayang ?". Aku bertanya pada istriku yang sedang berada di dapur.
"Menyiapkan bekal untukmu kekantor besok pagi". Jawabnya sembari memasukkan bahan tersebut di dalam kulkas.
"Sudah malam, ayo istirahat". Pintaku padanya sedang ia hanya mengangguk.
Ting tong ting tong
"Aku yang buka pintunya". Kataku.
Ah, perkenalkan aku Lee Jaehwan dan yang didapur itu adalah Istriku, Song Jae Jin.
Aku membuka pintu apartemenku dan ternyata
"Jaehwan hyung, kau kemana saja ? Aku telpon dari tadi". Wonshik atau biasa dipanggil Ravi, dia adalah composer music handal di Korea.
"Tenang Wonshik-ie, aku ada disini bersama istriku". Jawabku tenang.
"Maksudmu apa, hyung ?". Tanya Wonsik yang dari wajahnya sangat bingung.
"Apanya bagaimana yang kau maksud ?". Aku malah tambah bingung mendengar pertanyaannya.
"Kau bersama istrimu ?". Tanya Wonshik tapi sepertinya ragu mengatakannya.
"Ya, ia ada di dapur, kau harus melihatnya kehamilannya yang bertambah besar dan kata dokter anak kami kembar". Kataku girang.
Aku segera menarik Wonshik kearah dapur dan memanggil istriku, Song Jae Jin tapi ia sepertinya sudah tidur duluan karna tidak ada orang lagi didapur bahkan suaranya pun tak terdengar.
"Hyung, tidak ada Jae Jin disini". Jelas Wonshik.
"Pasti ia sudah tidur". Kataku.
"Hyung, sadarlah, Jae Jin sudah pergi ke rumah Tuhan bersama kedua bayimu". Wonshik mengatakan hal itu kepadaku (lagi).
"Tapi tadi dia ada disini, Wonshik-ie, ia tadi menyiapkan bekal untukku esok pagi". Kataku kesal pada Wonshik yang tidak percaya padaku.
"Hyung, apa kau lupa jikalau waktu itu kau dan Jae Jin sempat bertengkar di dalam mobil dan akhirnya mobilmu menabrak truk pengangkut air. Jae Jin meninggal ditempat bersama kedua bayi kalian di dalam perutnya". Jelas Wonshik masih dengan ketenangannya.
"Hyung, selama ini kau hanya berdelusi saja, tidak ada Jae Jin, yang ada hanya kau disini, sendiri". Katanya lagi.
Aku menangis sejadi- jadinya dan keras, menahan rasa sakit kepalaku dan juga sakit dihatiku yang mengatakan Jae Jin masih hidup.
"Hyung, ikhlaskan Jae Jin". Wonshik menenangkanku.
Ya, aku belum ikhlas Jae Jin pergi meninggalkanku begitu cepat, 2 tahun pernikahan kami sangat bahagia dan pada saat hari pernikahan kami yang ke 3, aku bermaksud membuat kejutan untuknya dan juga buah hati kami yang kembar tapi Ahn Hee Yeon merusak acara kami, ia datang ke apartemen kami dengan mengatakan pada Jae Jin bahwa ia mengandung anak dariku dan kami akan menikah karna kedua orang tua kami sudah menyetujuinya.
Aku akui, aku dan Jae Jin menikah tanpa persetujuan orang tuaku karna aku memang dijodohkan oleh Hee Yeon sejak kecil tapi aku hanya menganggapnya sebagai adik kecilku saja.
Jae Jin segera ke kantorku dan mengatakan semuanya padaku, ia marah dan emosi, aku yang sedang ada masalah dikantor malah terbawa emosi dan segera membawanya ke rumah orang tuaku untuk menyelesaikan semuanya tapi diperjalanan tidak semulus perkiraanku, Jae Jin yang menangis dan meminta "cerai" dariku membuat diriku emosi dan membentaknya, disaat itu truk pengangkut air datang dari arah berlawanan dan menabrak mobil kami.
Disitulah aku berpisah dengan Jae Jin dan calon bayi kembarku, tidak ada lagi Song Jae Jin disini, tidak ada lagi tawanya, candanya bahkan manjanya, tidak ada.
Keesokan harinya
Mawar merah tua (merah, agak sedikit bintik kehitaman) aku taruh tepat di batu nisan yang bertuliskan
R I P
SONG JAE JINdisini istriku berbaring kaku, ditemani udara dingin pegunungan, aku hanya bisa mendoakan dirinya dan kedua buah hati kami agar tenang di alam sana.
"Oppa mencintaimu dan akan terus mencintaimu, Jae Jin sayang". Aku mencium batu nisan Jae Jin dan beralih ke bayi kembarku.
"Tunggu appa disana ya, nak". Aku mencium nisan mereka berdua dan meninggalkan mereka setelah hatiku mantap untuk mengikhlaskannya.
Entah kenapa mataku terus mengalirkan air mata hingga aku tidak bisa melihat apa yang didepanku dan..
"Oppa, Kau menyusul kami ?". Aku mendengar suara yang aku rindukan.
Aku berbalik badan dan aku melihat Song Jae Jin, ia menggandeng kedua anak kecil berumur sekitar 2 tahun dan mereka memanggilku "appa"
Benarkah ini terjadi ? Jae Jin dan kedua anakku ada disini ?
Tuhan, apakah kau menyayangiku hingga kau mengembalikan mereka kepadaku ?Sementara itu
"Jaehwan hyung mengapa kau meninggalkan kami begitu cepat ?". Wonshik mengelus batu nisan didepannya yang bertuliskan
R I P
LEE JAEHWAN"Sudah Wonshik-ie ikhlaskan hyung-mu". Teman- teman Wonshik menasihatinya dan hanya dibalas anggukan.
Berbahagialah hyung, kau sudah bertemu dengan istri dan anakmu
Wonshik bergumam sembari tersenyum memandang langit yang cerah dan meninggalkan keempat nisan yang ada di daerah pegunungan itu.
R I P
LEE JAEHWAN & SONG JAE JIN
LEE HOON JIN & LEE HOON JAEEND
Ampun, om menistakan kamu sayang..
Jangan pukul om...
Kasih aja om ke Tante Hongbin ya..serius..
Gak nolak itu mah..
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN
FanfictionMendeskripsikan rasa sakit dalam kehidupan. Member VIXX & para OC