"Tuan Kim, kita akan kemana hari ini ?". Seorang wanita berumur 27 tahun bertanya kepadaku.
"Akan ada acara perpisahan Pensiunan Wakil Komite Luar Negeri". Jawabku sementara ia menganggukkan kepala tanda mengerti.
Kau pikir wanita yang didepanku ini pemimpin perusahaan ? NO
Kau pikir wanita yang sedang menjabarkan laporan keuangan ini adalah Menteri ? Aku akan jawab NO
Tapi kalau kau mengatakan beliau adalah Presiden Korea Selatan, aku akan mengatakan YES.Hai, perkenalkan aku adalah Kim Wonshik, pekerjaanku adalah asisten pribadi Presiden Jeon, Jeon Ji Han nama presiden kami, jangan salah meski ia baru berumur 27 tahun ia adalah wanita mental baja dan sangat disegani oleh para anggota dan juga ketua Perserikatan Negara di dunia.
"Wonshik, besok pesawat ke negara Tentunia jam berapa ?". Tanyanya.
Aku tersentak kaget dan segera membuka catatanku.
"Jam 06.30 pagi nona". Jawabku.
Ia segera merapikan berkas kenegaraan dan memberikan kepada asisten negara khusus dokumen, Cha Hakyeon.
Sedang aku segera mengikuti Presiden Jeon keluar ruangan, aku menghubungi mobil yang membawanya ke rumah negara karna jam sudah menunjukkan jam 17.30 kst.Limousin milik negara dan aku duduk berdampingan dengan dirinya, ada perasaan yang tidak biasa dengan diriku untuknya, ya, memang aku mencintainya bahkan sangat mencintainya.
Apakah ia tahu ? Jawabannya Tidak, aku memendam perasaanku sendiri.
Dukk
Kepala nona Jeon ke bahuku, ia tertidur ?
Aku memastikan bahwa memang ia tertidur, bulu matanya yang lentik, pipinya yang chubby, bibirnya yang berbentuk Love, segalanya yang ada didirinya sempurna, aku trus memandanginya dan mencoba untuk tidak menganggunya.
Untung saja Limousin ini ada penutup antara supir dan penumpang, jikalau sampai supir tau hal ini, yakin pasti kepalaku akan di penggal keesokan harinya.
Keesokan hari
Jadwal kunjungan kenegaraan dimulai, tepat jam 8 pagi kami sudah sampai di Istana Presiden Tentunia dan disambut oleh beberapa menteri negara Tentunia dan juga beberapa tentara.
Presiden Tentunia sudah menunggu didepan Istana dan segera membicarakan kerja sama bilateral kami.
"Kali ini ibu presiden akan menginap dimana ?". Tanya Presiden Tentunia setelah mereka selesai membicarakan hubungan bilateral ini.
"Saya serahkan kepada asisten saya saja, ia mengatur semuanya". Jawab Nona Jeon dan itu membuat Presiden Tentunia kecewa karna jawabannya tidak tepat.
Entahlah aku punya perasaan yang tidak enak ketika pertama kali melihat Presiden Tentunia ini, matanya itu seperti ingin memakan nona Jeon.
Aku dan juga beberapa asisten pengaman yang ikut segera ke hotel yang ditunjuk dan membiarkan Nona Jeon istirahat, kami akan bergiliran berjaga di depan kamarnya.
Tepat jam 00.00 malam ada suara teriakan dari arah dalam kamar Nona Jeon. Kami semua siap siaga dan membuka pintu kamar nona tapi yang kami dapatkan malah nona Jeon yang dibawa kabur oleh orang misterius, dari mata Nona Jeon menyiratkan "wonshik-ie tolong aku".
Shit, aku teledor.
Segera aku menghubungi kantor pusat dan mengatakan yg terjadi dan segera meminta tolong untuk mengetahui tempat dimana presiden kami di sekap.
"Wonshik Presiden ada di Kastil Presiden Tentunia". Pemberi kabar dari pusat sudah mengetahuinya.
Untuk apa mereka ke kastil presiden Tentunia ? Apakah presiden Tentunia termasuk dalam penjahat ini ?
Sesampai disana kami mengendap- endap untuk masuk, tepat disalah satu kamar aku melihat nona Jeon didudukkan di sebuah bangku tapi tangan diikat dan mulutnya di bekap, pelakunya adalah
"Presiden Tentunia". Aku terkejut melihatnya sedang menodongkan pistolnya kepada Nona Jeon.
Nona Jeon dalam bahaya, kami segera masuk keruangan itu dan menodongkan pistol kepada presiden Tentunia, baku tembak tak terelakkan bagaimanapun akhirnya Presiden harus tetap selamat meskipun kami mati disini, aku menyelamatkan nona Jeon dengan mengandalkan kesempatan yang sempit sekali untuk kabur dari mereka, aku segera menghubungi pesawat kenegaraan agar segera meninggalkan negara kecil ini.
Sesampai di bandara kami segera menaiki pesawat dan aku baru sadar kalau Nona Jeon hanya memakai piyama tidur, aku segera melepas jas hitamku dan memakaikannya untuk menutupi tubuhnya.
Bagaimanapun juga aku masih laki- laki dewasa normal dan yang dihadapanku adalah wanita yang aku cintai dan posisi kami sedang di ruang pribadi presiden, hanya kami berdua disini.
"Istirahatlah nona". Kataku. Ia melihat kearahku.
"Wonshik-ie, terima kasih". ia mengatakan itu dan
Cupp
Tepat di pipi ia menciumku, aku hanya bisa diam karna aku pun kaget ia melakukan itu, pandanganku melihat wajahnya terdapat gurat kelelahan di sekitar matanya.
"Nona..."
"Aku tahu kau mencintaiku, apakah kau mau menungguku sampai akhir masa baktiku". katanya.
Apa maksudnya ?
"Mari kita menikah". Katanya lagi, ia tersenyum dan aku hanya bisa memberikan senyumku juga dan tanpa sadar memeluknya.
Duaaarrr
Apa itu ?
Suara alarm peringatan berbahaya berbunyi dan kami segera keluar dari ruangan.
Tim keamanan mengatakan pesawat kami di serang oleh rudal negara Tentunia, bagian sisi kiri pesawat sudah terbakar. Keadaan panik dan saat ini kami harus mementingkan keselamatan presiden.
"Wonshik-ie, kau harus menemani presiden terjun, kami sedang berusaha mengarahkan pesawat ke bagian timur pantai yang tidak dangkal". Perintah Kepala keamanan.
Aku sudah siap untuk terjun bersama dengan nona Jeon, disaat seperti ini posisiku harus memeluknya, menemaninya terjun payung karna memang aku sangat handal dalam latihan terjun payung di kemiliteran.
1..2..3
Kami berdua terjun, titik koordinat sudah ditentukan harus ke arah mana kami akan terjun, setelah kami ada beberapa tim keamanan yang terjun juga, tapi disaat genting seperti ini aku merasakan perasaan yang tidak enak.
Benar saja sebuah rudal posisinya tepat dihadapan kami, dan entahlah aku hanya melihat nona Jeon memegangi pipiku dan....
"Disini kita menghadiri pemakaman kenegaraan, Presiden kita Nona Jeon Ji Han telah berpulang meninggalkan kita dalam tugasnya, semoga dirinya ditempatkan di surga, aamiin". Suara seorang pemuka agama kenegaraan mengakhiri doa untuk seorang Presiden Negara,
Dan sementara itu
"Disini kami berkumpul untuk menghadiri pemakaman kemiliteran negara, Tuan Kim Wonshik kami berterima kasih kepadamu akan loyalitas mu kepada negara, kami akan mengenang jasamu, bahagialah engkau disana dan semoga diterima di surga, aamiin".
"Wonshik-ie".
"Nona Jeon".
"Ini dimana Wonshik-ie ?".
"Entahlah nona, aku pun tidak tahu, tetaplah dibelakangku nona".
Ruangan putih dan baju kami putih, wangi harum bunga memenuhi ruangan ini.
"Nona, apakah kita sudah berada di alam lain ?".
"Maksudmu ?".
Mereka melihat melalui sebuah awan, jasad mereka dipendam kedalam lubang kubur, ditangisi oleh keluarga mereka dan juga warga negara yang kehilangan Presidennya.
"Kita sudah bersatu, Wonshik-ie".
"Jadi boleh aku memelukmu, nona ?".
"Ehm, tentu saja".
Ciye babang Ravi jadi Pengawal Presiden...
Tapi metong...
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN
FanfictionMendeskripsikan rasa sakit dalam kehidupan. Member VIXX & para OC