Aku menunggunya sama seperti hari- hari kemarin, apakah ia mengetahuinya ?
HONGBIN POV
"Hujan lagi". Aku menatap hujan diluar jendela yang cukup deras.
perkenalkan aku Lee Hongbin, seorang mahasiswa S2 di universitas Savior dan disinilah aku, di apartemen gadisku menunggunya kembali dari kantor.
"Aku pulang". Ah, akhirnya ia pulang juga. Gadisku, kekasihku dan juga sebagai adik kecilku, Park Rheeyo. Marga kami berbeda karna kami berbeda ayah. ayahku menikah dengan ibunya setelah ayahnya meninggal sekitar 5 tahun yang lalu.
"Selamat datang". Aku membalas salamnya dan seketika ia terkejut ketika melihatku bersandar di depan pintu kamarnya.
Datar, ekspresi yang aku dapat darinya sejak beberapa bulan yang lalu, tidak ada lagi keceriaan dari matanya dan juga senyum yang biasa ia berikan kepadaku. Badannya yang dulu berisi sekarang sangat kecil bahkan ketika aku memeluknya saat tidur, aku merasakan memeluk sebuah tulang bukanlah seorang Park Rheeyo biasanya.
Ya, mungkin ia memikirkan nasibnya yang tinggal 2 minggu lagi akan menikah dengan tunangannya. Ibu yang menjodohkan dia dengan laki- laki itu, padahal ia sudah menolak secara terang- terangan kalau ia tidak suka dengan perjodohan ini.
Aku yang kala itu turut hadir dalam acara pertunangan pun terkejut, adikku ini memang terkenal sangat vokal dan frontal diantara kami semua, mungkin sifat ayah kandungnya juga seperti itu.
Aku melihat dirinya masuk ke kamarnya dan menutup pintunya, kini ia berbaring diranjang dan mengeluarkan airmatanya (lagi).
Aku benci melihat hal ini, aku benci melihatnya menangis dan mendengarnya ketika memanggilku sembari menangis.
"Oppa". Ini yang aku benci, ia memanggilku dengan tangisannya, segera aku memeluknya dan membiarkannya tertidur lagi. Aku tidak bisa mengajaknya berbicara jika seperti ini.
Keesokan harinya
Hari sabtu pagi, aku terbangun saat seseorang mengesek- gesekkan rambutnya di dadaku. Aku yakin ia pasti Rheeyo, secara tidak sadar melakukannya ketika tidur dan benar saja ketika aku membuka mata kudapati ia masih dengan mata tertutup dengan damainya dan mengesek- gesekkan kepalanya di dadaku.
"Kebiasaan". Gumamku.
Aku mengeratkan pelukannya hingga ia tertidur dengan tenang kembali, hari sabtu adalah jadwal ia libur dari kantornya, biarkan ia tertidur sebentar untuk menghilang rasa lelahnya seminggu ini.
Ia terbangun ketika suara pengantar susu yang keras mengetuk pintunya, hal yang aku suka darinya pada saat ini adalah rambutnya yang berantakan dan matanya masih tertutup setengah harus berjalan ke depan pintu dan menabrak apa saja yang didepannya.
Aku dibuat tertawa terpingkal- pingkal olehnya, sedang ia hanya bisa mengaduh kesakitan dan beranjak ke sofa, kepalanya ia letakkan tepat di pahaku dan melanjutkan kembali waktu tidurnya yang hilang. Aku mengelus rambutnya dan membiarkan ia terlelap.
Apakah aku bersalah mencintai adik tiriku sendiri ? Kami bukan saudara kandung, kami hanya saudara tiri, apakah cinta kami terlalu membuat orang disekitar kami "sakit", padahal kami lebih sakit, kami harus bersandiwara didepan banyak orang bahwa kami hanya sebagai kakak- adik, kami harus memainkan peran sebagai saudara di hadapan orangtua agar ayah dan ibu tetap menganggap kami anaknya, hingga aku harus ke Jerman menempuh S1 dan S2 ku disana hanya untuk membunuh perasaan cintaku padanya.
Tapi apa yang aku dapat ? Perasaan ini bahkan lebih kuat dari apa yang telah lalu, rasa sayang ini bahkan membludak ketika ia menjemputku di bandara, aku memeluknya erat dan menciumnya tepat di bibirnya. Ia tidak menolak sama sekali bahkan ia melingkarkan lengannya ke leherku dan pada saat itu untungnya hanya ia sendiri yang menjemputku, ayah dan ibu belum pulang dari Jepang, bahkan kakak pertamaku Lee Jaehwan tidak menjemput karna harus meeting di kantornya.
Kalian tau apa yang kami lakukan seharian itu, aku memeluknya dari bandara sampai rumah sangat erat hingga tak ingin melepaskannya, mataku sesekali terpejam menikmati perasaan ini, ia pun tahu jika aku mencintainya bahkan kami memang saling mencintai tapi lagi- lagi "status" kami dipermasalahkan.
Ia sudah terbangun dari tidurnya dan bergegas mandi setelahnya ia duduk kembali ke sofa tepat disebelahku dengan teh hangat yang dia buat sendiri.
Menonton film kesukaan tapi tidak dengan hatinya, mata memang memandang lurus kearah film tapi pikiran dan hatinya pasti memikirkan pernikahannya yang tinggal 2 minggu lagi, kembali ia menangis dan menyisakan sungai air mata di pipinya.
Aku melihat dirinya ke kamar mandi, aku berpikir ia akan mencuci wajahnya tapi sudah 1 jam dia tidak keluar sama sekali, membuat aku takut dan berusaha membuka pintu kamar mandinya.
End Hongbin POV
Rheeyo POV
pernikahanku tinggal 2 minggu lagi tapi aku belum siap dengan semua ini sedang ibuku terus memaksaku untuk menikah dengan laki- laki itu padahal ayah dan ibu tahu bahwa aku tidak mencintainya, aku hanya mencintai Oppa tiriku, Lee Hongbin.
Mereka sakit ketika mengetahui kalau kami saling mencintai bahkan mereka mengatakan akan mengeluarkan kami dari daftar keluarga jikalau kami masih menjalin hubungan, mereka tidak mengetahui jikalau kami lebih sakit ketika harus bersandiwara dihadapan semua orang bahwa kami hanya sebagai "saudara". Aku bisa menganggap Jaehwan oppa sebagai kakakku tapi untuk Hongbin, aku tetap tidak bisa, aku mencintainya sebagai seorang wanita kepada seorang laki- laki dewasa.
Aku teringat kembali ketika Hongbin oppa memintaku untuk menyetujui pernikahan ini, garis matanya yang hitam dan tubuhnya yang kurus datang ke apartemenku, ia bilang akan kembali ke Jerman entah sampai berapa lama hingga ia siap untuk menerima bahwa aku bukan miliknya.
Ya, aku menyewa apartemen karna aku ingin membunuh rasa cintaku pada Hongbin oppa tapi malah setelah itu rasa cinta dan sayangku makin bertambah.
Aku menangis dan berlari ke kamar mandi, aku tidak kuat dengan ini semuanya, aku menusuk urat nadiku dengan gunting yang tersedia di cermin toilet dan membasuhnya dengan air yang mengalir dari keran.
Maafkan aku, aku tidak sanggup melepas Hongbin oppa dari pikiran dan hatiku, cintaku masih tetap besar kepadanya meski oppa telah menghadap Sang Pencipta lebih dahulu 6 bulan yang lalu karna kecelakaan pesawat yang ditumpangi ketika ia ke Jerman, aku hanya ingin menyusulnya, aku hanya ingin bertemu dengannya, aku hanya ingin bersama dengannya, Selalu.
End Rheeyo POV
"Selamat datang, aku sudah menunggu dari sejak lama, sayang". Hongbin menyalami gadisnya.
"Oppa, benarkah ini kau ?". Rheeyo tidak percaya ketika melihat orang yang dicintainya berada di hadapannya sekarang.
"Aiissshhh, kau tetap tidak percaya pada oppa mu, hem ". Hongbin mencubit pipi Rheeyo.
"Aaawwwww, sakit oppa". Rheeyo hanya bisa mengaduh kesakitan.
Kini tidak ada lagi yang menghalangi cinta mereka, mereka sudah bersatu di dunia sana.
Ini bagaimana hah ???
Jadinya bgini semuanya, metong semua ini...
Tapi feel nya dapat gak dew ??
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN
FanfictionMendeskripsikan rasa sakit dalam kehidupan. Member VIXX & para OC