Cahaya matahari memaksa masuk melalui celah-celah jendela kamar seorang gadis yang masih terlelap dalamtidurnya yang pulas, ditambah dengan bunyi jam wekker yang cukup keras hingga mampu membangunkannya. Diambilnya jam tersebut yang berada di atas nakas dengan malas. Seketika matanya membulat saat melihat jam wekkernya menunjukkan pukul 06.45 pagi.
"Mampus gue!" pekiknya kaget seraya meloncat dari atas kasur.
Dengan langkah terburu-buru ia masuk ke dalam kamar mandi dan mandi secepat kilat. Dipakainya seragam putih abu-abu beserta dengan atributMOSkarna hari ini merupakan MOS pertamannya. Selesai dengan segala macam atribut yang dikenakannya, Alexis turun dengan sebelah tangan menenteng sepatu menuju meja makan.
"Ma, Pa?" panggilnya saat tidak melihat kehadiran kedua orang tuanya di meja makan. Keningnya sedikit mengkerut karena bingung dengan apa yang baru saja dilihatnya, Alexis hanya melihat Bi Inah yang sedang menyiapkannya sarapan untuknya.
"Lho, Bi, Mama sama Papa mana?" tanyanya setelah duduk dikursi sambil memakai sepatunya.
"Tuan sama Nyonya teh sudah berangkat dari dari pagi, Non." Jawab Bi Inah seadanya.
Raut wajahnya yang semula panik dan tergesa-gesa berubah menjadi pias karna kedua orang tuanya lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan dirinya. Ini merupakan hari pertamanya menjadi murid SMA, hari pertamanya mengenakan seragam putih abu-abu, juga hari pertamanya untuk memulai awal yang baru. Namun bukan ini yang Alexis harapkan. Alexis hanya ingin kedua orang tuanya berada disampingnya saat ini, memberinya semangat untuk memulai harinya yang baru bukan meninggalkannya seperti ini.
Melihat perubahan raut wajah wajikannya membuat Bi Inah kalang-kabut, tidak seharusnya ia mengatakan ini kepada majikannya. "Non teh mau ma-" belum sempat Bi Inah menyelesaikan ucapannya, Alexis sudah lebih dulu memotongnya. "Aku berangkat, bi!"
_____________________________________________
Gerbang sekolah sudah ditutup sejaklima belas menit yang lalu sedangkan Alexis baru sampai disekolah. Alexis melihat jam yang melingkar dipergalangan tangannya, jam itu sangat pas di tangan mungilnya dan juga sangat cocok dengan warna kulitnya.
'07.15 telat lima belas menit' batinnya.
"Ya amsyong! Gue telat!"pekik seseorang dibelakang Alexis membuat Alexis menoleh dan memutar tubuhnya kebelakang. Alexis mengangkat sebelah alisnya sambil menatap gadis dihadapannya yang juga terlambat, sama seperti dirinya. Gadis yang kini berada di hadapannya tengah menatapnya tanpa berkedip sedikitpun membuat Alexis mendengus sebal.
"Buset, ada bule nyasar disini." Ucapnya menatap Alexis. Sesekali ia berkedip untuk memastikan bahwa orang yang ada dihadapannya kini adalah seorang manusia bukan seorang bidadari yang sedang nyasar kesekolahnya. Alexis melambai-lambaikan tangannya di depan gadis itu membuat gadis itu tersadar.
"Eh?" sadarnya dengan wajah yang begitu bodoh membuat Alexis ingin tertawa saat itu juga. Namun, diurungkan niatnya karna sekarang bukanlah waktunya untuk tertawa.
"Mmm.. Gue Margharetta Michelle Atharis. Biasa dipanggil Retta,"ucap gadis itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya kearah Alexis. Alexis menatap uluran tangan itu, ia enggan untuk menerimanya karna ia beranggapan 'untuk apa memiliki banyak teman kalau ternyata mereka fake friend? Lebih baik memiliki satu sahabat yang selalu ada disaat kita senang maupun susah.' Bukannya Alexis sombong atau tidak ingin berteman dengan siapapun, tapi bagi Alexis mempunyai seorang sahabat saja sudah lebih dari cukup untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody to Love
Teen FictionBerawal dari seorang gadis yang baru saja memasuki masa putih abu-abunya. Di masa itu ia sedang berusaha mencari jati dirinya, membuka lembaran baru, dan berusaha menlanjutkan hidupnya dengan atau tanpa adanya seseorang yang sangat berarti untuknya...