Ting!
Bunyi ponsel Alexis memecahkan keheningan yang sudah terjadi hampir sepuluh menit. Setelah menerima hukuman yang diberikan oleh guru ter-killer seantero sekolah, yang lain dan tak bukan adalah Bu Suryana, akhirnya Alexis dan Justin diperbolehkan masuk kelas. Bukannya masuk kelas, ia dan Justin justru diseret-seret memasuki sebuah ruangan dan di introgasi oleh teman-temannya yang memang memiliki kepo tingkat akut.
Alexis merogoh saku roknya, mengambil ponsel yang ada di dalam sana. Matanya seketika melotot saat tau siapa yang mengiriminya pesan singkat itu namun ia belum membukanya.
Saat hendak membalas pesan tersebut, suara berat Kevin mengintrupsi ruangan yang mereka tempati. "Jadi, gimana ceritanya sampe lo berdua bisa berangkat bareng?" Sudah ratusan kali bahkan ribuan Kevin menanyakan perihal yang sama. Namun, Justin dan Alexis hanya diam, enggan untuk menjawab pertanyaan yang tidak penting itu.
"Le?" Panggil Letta yang membuat Alexis lagi-lagi menunda niatnya untuk membalas pesan. "Hp lo," Letta menyodorkan tangannya, meminta ponsel Alexis.
Alexis menolak, "Gue ma--"
"Enggak ada alesan ya, Le." Alexis mendengus sebal lalu memberikan ponselnya pada Letta.
"So? Sekarang siapa yang mau jelasin?"
Eldrin jadi gemas sendiri melihat tingkah sahabatnya yang hanya diam. "Gue jadi greget liat lo berdua yang diem kaya gini. Saking gregetnya pengen gue jedotin!"
"Atau jangan-jangan lo berdua.." Lanjut Aldrin menggantung ucapannya membuat yang lain penasaran. "PACARAN!?"
"BIG NO!" Jawab Alexis dan Justin bersamaan sambil menggebrak meja yang ada dihadapan mereka.
Nada dering ponsel Alexis lagi-lagi mengacaukan suasana dalam ruangan.
Viona-ona's Calling...
Alexis yang masih diintrogasi oleh teman Justin, akhirnya memutuskan untuk tidak mendengarkan ocehan yang sangat memusingkan kepalanya.
Lalu dengan cepat gadis itu mengangkat telepon dari sahabat dekatnya Viona.
"Ale lo dimana? biar gue jemput sekarang." ucapnya.
"Gue di ruang ISIS." jawab Alexis malas-malasan.
"Ngapain lo di ruang ISIS? Lo ditangkep sama ISIS?" Tanya Viona dengan nada khawatir yang ketara.
"Duh, Viona oon. Maksud gue tuh, gue lagi di ruang OSIS." jelas Alexis
"Ck, bilang kek. Pake segala diplesetin segala." cerocosnya membuat Alexis mendengus.
Dengan cepat Viona pergi menuju ruang OSIS untuk menemui sahabatnya. Tak butuh waktu lama kaki jenjangnya telah sampai didepan pintu coklat yang bertuliskan ruang OSIS didepannya.
"Ale," panggil Viona sedikit berteriak membuat seluruh orang yang ada didalam ruang itu terdiam.
"Ngapain lo? " tanya kevin dengan nada seperti orang yang merasa terganggu.
"Orang gue jemput Ale. Ayo alexis." ucap viona menarik gadis itu menjauhi semua orang yang berada disana.
Alexis hanya terdiam matanya tak sengaja bertemu dengan iris mata Justin dengan tatapan berbeda saat mereka bertemu.
***
Viona dan Alexis berjalan menuju kantin sekolah. Tadi, sesampainya disekolah Viona menunggu Alexis yang tak kunjung datang. Ia pikir sahabat tersayangnya diculik oleh pemulung dipinggir jalan, tapi, mana ada yang mau menculik Alexis, muka dia flat banget, tepos, nggak suka ngomong, pokoknya rugi yang nyulik Alexis mah. Ternyata oh ternyata Alexis berangkat bersama kakak kelasnya yang terkenal dingin. Akibatnya, seantero sekolah geger akan perlakuan Alexis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody to Love
Teen FictionBerawal dari seorang gadis yang baru saja memasuki masa putih abu-abunya. Di masa itu ia sedang berusaha mencari jati dirinya, membuka lembaran baru, dan berusaha menlanjutkan hidupnya dengan atau tanpa adanya seseorang yang sangat berarti untuknya...