'Ketika, semuanya hancur? Kalang kabut? Semuanya telah runtuh begitu saja, lalu, apa arti dari sebuah perawalan yang sangat singkat itu, namun memberikan bekas yang sangat memilukan?' -
Pagi ini, masih terlihat remang remang dimata Karenina, ia merentangkan kedua tangannya, mendongak keatas , jam menunjukkan pukul enam pagi, ia segera turun dari ranjangnya, lalu menuju kamar mandi. Padahal Bunda telah membangunkannya sejak pukul lima pagi, selalu saja telat.
Lalu bersiap siap,
"Kareninaa, ayo turun, cepat" , suara yang sudah familiar, Bunda.
"iyaaa Bun, iya" ,mengambil ranselnya, lalu sedikit berlari turun dari tangga. Terlihat meja makan telah komplit, semuanya ada. Dan juga senyuman sebagai sapaan selamat pagi ,
"gimana? Hari pertama lagi setelah libur panjang?" tanya Bunda ,
"bakalan seru sih, Karen rasa".
Semuanya ikut tersenyum, Ayah juga. Selalu begitu, di setiap pagi yang Karenina punya.
"ayo Bun, nanti Karen telat, dihajar Bu Nadia nih Bun, ayo" Karenina segera meneguk susunya, hingga sedikit menetes ke seragamnya, berlari menuju teras rumah, mengikat tali sepatunya, mengecek apa yang telah dibawanya di tas,
"ayo , ayo" Bunda menyusulnya,
"daaah, Yah, Karen berangkat dulu ya " Ayah mengangguk.
Di perjalanan hanya sedikit yang dibicarakan, mungkin karena tidak ada yang perlu dibahas, hanya ucapan 'semangat' dari Bunda. Lalu mengantarnya sampai gerbang, semua sudah terlihat sibuk, seperti biasanya ,
"hati hati ya " ucap Bunda, lalu berjalan menelusuuri lorong Sekolah.
"haiiii Karennn!!" teriak Bulan , juga Zalfa dan Alya. Mereka adalah yang terbaik , bagi Karen, penyemangat setiap waktunya ,
"lo sekelas lagi anjir sama kita ,ren" Alya juga begitu senang, dengan senyum yang mengembang di wajahnya,
"iya? Emang kayaknya kita bakal bareng terus , hahaha" lalu berjalan beriringan, menyeludup diantara lorong sekolah, menyapa setiap penghuninya, memberikan senyum terhadap semua seisinnya, tertawa dibalik candaan yang telah terbiasa dilontarkan.
"eh eh, gue pengen nanya deh" Karenina menghentikan pembicaraan, semuanya menoleh
" apaan, ren?" , diam, diam sejenak.
"lo tau yang namanya Keane gak?" bertanya sambil berjalan mondar mandir,
"Keane Surya Aditama? yang pinter banget itu?" tanya Bulan,
"yang jadi team inti olimpiade?" tanya Zalfa bergantian ,
"yang sering menang lomba?" tanya Alya lagi, kali ini yang terakhir .
"ha? Yang mana?, gue juga baru liat kemaren! " sahut Karenina .
" hih najis. Lo nya aja yang gak Update!" timpal Alya
"iya sih, tapi,emang jarang lihat"
bertanya, kebingungan lagi, ketiganya tertawa,
"kenapa sih? Aneh bego lu ren" Karenina hanya menatap , bingung, menggigit jarinya,
"astaga, ya bodo amat deh ya dia pinter atau bego. Abisan gue udah terlalu gondok " semuanya hanya saling menatap, dan Karenina yang bersedekap sambil mengerucutkan bibirnya kesal.
🌹🌹🌹
Jam pelajaran ketiga baru saja dimulai, semuanya hanya menatap kearah papan tulis penuh tanda tanya,kebingungan,sebagian mengerti,sebagian mengantuk, tertidur dalam penjelasan rumus fisika yang menyulitkan,
"Karenina? Karen? Karenina octavianne" bu Nadia memanggil, Karenina hanya terkantuk diatas meja,
"woy, Ren Woyy" Renza menyikutnya, mencoba membangunkannya,
"ha? Apaan si lu ja, rese amat" menguap, sedikit marah .
seisi kelas menatapnya, menengok kearahnya, sedikit ysng tertawa, Karenina mengusap wajahnya, mengusahakan matanya agar kembali terbuka,
"eh iya bu, iya, siap" menegapkan tubuhnya, bu Nadia hanya menggelengkan kepala, "ayo sini maju, tugas kamu ada yang belum selesai di semester satu" ia berjalan , malu, mencoba 'stay cool' , dengan rambut yang masih berantakan yang ikal berwarna coklat yang ia kuncir ,
"bu, tugasnya bakal saya serahin besok, printer nya rusak, masih Bunda bawa ke kantor tadi pagi, Karen janji deh bu, besok udah ada di atas meja ibu" Karenina agak memohon begitu.
Bu Nadia menghela nafas, "okay, besok terakhir ya, Ren. Saya tunggu loh ya, besok pokoknya terakhir, saya gak mau tau, okay ren?" .
"oke buuu, okeee sippp" seperti kebiasaannya, kembali menghadap, berbalik, tersenyum berjalan menuju tempat duduknya, Renza menatap heran.
" tadi ngapain ren?" tanya Renza ,
"biasa, latihan drama bentar" jawabnya santai ,
"kebiasaan" Renza tertawa,
"penyakit gua tuh dari dulu ya gini, lupa terus sama tugas" , Renza hanya menggeleng, tersenyum. Tidak begitu bingung bagi teman sekelas Karenina yang dulu, melihat Karenina yang begitu. Namun mungkin yang belum pernah mengalami sekelas dengannya, agak sedikit kaget..
Setelah lima belas menit kejadian tadi, bel istirahat berdering, suara yang paling disenangi para penghuni sekolah, Semuanya berhamburan keluar dari kelas , menuju tempat paling ter- Favorit, kantin.
"eh woyyy, mana Keane? Gue gak pernah liat dia deh kayaknya dari kelas sepuluh, aneh tau ga, apa bener gue nya aja yang kurang update?" ia bertanya pada ketiga sahabatnya itu.
"mending makan dulu, Ren. Gua laper, demi Allah " ajak Zalfa yang membuat ketiga sahabatnya itu pasrah
"yaudah, ayo" Karenina berjalan dengan wajah mengalahnya, ketiganya hanya tertawa kecil
"Ren, gua bingung deh, ceritain dong, kenapa sih lo sama si keane keane itu??" tanya Bulan . ketiganya mengangguk pelan,
"panjang banget ceritanya" jawabnya ,
"ya kenapa? Panjang banget emang? Sampe gabisa di ceritain?" sahut alya lagi.
"hmmm, gimana ya, gue gedeg banget abisan"
ketiganya menatap penuh tanya dan butuh jawaban, Karenina menghela nafas,
"jadi tuh gini, dua minggu yang lalu, terkhir sekolah di kelas sebelas, gue mau pulang, dan gue pikir , naik bus aja sekali sekali," Karenina meneguk minumannya, ketiganya menunggu kelanjutan.
" ya terus, gue nabrak si Keane Keane itu. Songong emang, sebenernya y bukan gue yang nabrak, dianya aja jalan ga pake mata. Demi apapun gua benci banget sama itu manusia, sok bat ganteng si"
ketiganya hanya saling menoleh, mengedikkan bahu, "balik ke kelas aja yuk, bales dendamnya nanti ae, di pending dulu. " zalfa berdiri dari duduknya, berjalan meninggalkan kantin, Karenina hanya mengikuti. Melewati lapangan basket tempat dimana semuanya berlarian, berkejaran, atau sekedar duduk di pinggirnya, bermain basket.
Atau, tempat laki laki bertubuh jangkung itu duduk, dengan headset terpasang di kedua telinganya.
Karenina berada tidak jauh dari lapangan, wajahnya terlihat jengkel,
"itu, si Keane? anjir dia ngeliat gue pake watados, astaga, pingin gue rawuk mukanya tau ga?! " gadis itu menghentakkan kakinya kesal, sampai akhirnya ketiga temannya saling menatap
" Ren, katanya, love at the first sight yang biasanya ke tabrak, tandanya dia yang bakal jadi jodoh lo nanti " celetuk Alya, membuat gadis itu kembali memekik
" LO BELOM PERNAH GUE CEBURIN KE EMPANG KAN, AL??? "
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCET
Teen FictionIni tentang dua sifat yang bertolak belakang. Dan juga bagaimana rasanya ketika 'rasa' tanpa izin datang menyelinap masuk di sela-sela dunia putih abu-abu yang banyak menceritakan tentang kenangan. Dan cerita ini dimulai, ketika, Keduanya tidak s...