[4 of 6] Misunderstanding

477 56 7
                                    

"Atta lewat, Tir!" goda Ian saat melihat teman sebangkunya itu kembali tertidur di kelas.

"Apaan sih Yan, gue udah move on dari dia" gumam Tirta disela tidurnya.

"Gue ga yakin bro. Lo aja belum ngedeketin dia kan? Kok lo udah nyerah sih. Bukannya kemaren lo masih on fire?" tanya Ian penasaran. Namun bukannya menjawab, Tirta hanya diam sambil melanjutkan tidurnya.

Saat memejamkan matanya, Tirta mengingat kejadian kemarin sore setelah pulang sekolah. Pria itu bahkan tidak bisa mencegah bayangan gadis yang sedang diincarnya dan perkataan mengecewakan dari gadis itu kembali memenuhi pikirannya.

Saat itu Tirta sedang bersiap untuk pulang, bangku-bangku di kelas pun sudah kosong karena semua teman sekelasnya sudah pulang terlebih dulu. Kalau bukan karena wali kelasnya kembali memanggilnya ke kantor mungkin saat ini ia sudah berada di rumah. Kenapa guru satu itu selalu mengungkit hal yang sama? Memang kenapa kalau dirinya belum menentukan universitas mana yang akan dipilihnya? Bukannya semua universitas sama? Ia hanya harus belajar dan setelah lulus kembali membantu usaha ayah?

Senyum sumringah terpasang di wajahnya saat melihat sesosok gadis mungil yang lewat di depan kelasnya. Hari ini tepat hari terakhir MOS (Masa Orientasi Siswa) di sekolahnya, yang berarti mulai besok ia akan melihat Atta memakai rok abu-abu bukannya biru tua seperti saat ini. Hingga saat itu tiba, ia harus bersabar untuk mulai mengejar gadis itu, gadis yang sudah mencuri perhatiannya sejak awal.

Langkah kaki Tirta dibuat sependek mungkin, pria itu bahkan berjalan dalam hening sambil mengikuti beberapa gadis yang sedang mengobrol membelakanginya itu. Jarak diantara mereka tidak begitu jauh, sehingga ia bisa mendengar dengan jelas percakapan mereka.

"Kalian tahu gak? Tadi pas gue ke ruang guru, gue ketemu Kak Tirta. Gila ganteng banget!" seru seorang gadis berambut pendek di sebelah kanan Atta. Tirta yang mendengar itu hanya tersenyum, ia tahu banyak gadis yang menyukai wajahnya dan terimakasih kepada kedua orang tuanya ia selalu mendapat berbagai makanan gratis dari adik kelas maupun kakak kelasnya.

"Sumpah? Lo kok nggak ngajak gue sih? Gue juga mau ketemu kak Tirta!" sahut seorang gadis dengan rambut kuncir kuda di sebelah kiri Atta. Tirta tidak peduli dengan pembicaraan mereka, saat ini ia hanya fokus pada respon Atta terhadap kedua temannya itu.

"Hei, Atta lo kok diem aja? Ini Kak Tirta lho! Kak Tirta!" tanya si rambut pendek.

"Terus kenapa?" tanya Atta bingung. Sejujurnya gadis itu tidak mengetahui siapa Tirta ini, wajahnya saja ia tidak tahu. Pikiran Atta sudah terisi dengan kakak kelas yang datang terlambat bersamanya dihari pertama masuk sekolah, tapi Atta lupa bertanya namanya.

"Lo pasti belum pernah lihat wajahnya kan? Kalo lo udah liat wajahnya lo pasti bakal bereaksi kayak kita, ya kan Dis?" kata si gadis rambut pendek pada temannya.

"Halah, paling juga sama aja. Lagian kalian ini juga aneh, ngapain heboh sama satu cowok? Emang cowok itu, si Kak Tirta itu bakal balik suka sama kalian? Diantara puluhan cewek yang ngedeketin, dia tinggal pilihlah. Gonta-ganti juga bisa kali."

"Namanya juga usaha Ta, lagian lo tuh nggak bisa ngomong gitu! Lo harus lihat tampangnya dulu baru bisa nge-judge orang" kata Si rambut kucir kuda sambil memegang wajah dengan dua tangannya saat menekankan kata 'tampang'.

"Tapi gue denger dia bukan player kok" bela Si rambut pendek.

"Iya Ta, nih gimana kalo misal si kak Tirta itu tiba-tiba naksir elo Ta? Padahal lo nggak kenal sama dia? Terus itu kak Tirta beneran Player?"

"Ya gue pacarin aja lah, biar lo semua berhenti ngeributin hal ginian. Lagian punya pacar kan banyak untungnya, anter jemput, traktiran gratis terus-"

SS#2-The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang