Hembusan angin yang menerpa rambutku tak kuhiraukan. Pikiranku justru pergi menjelajah entah kemana. Ingatanku kembali pada kejadian 3 hari lalu saat seorang lelaki menolongku berkali kali. Siapa dia sebenarnya. Bahkan hampir seluruh anak kampus tak ada yang mengetahuinya.
“Krek..”
Belum sempat aku menyelesaikan kemerawutan di pikiranku, terdengar derap langkah seseorang.
“Loh kok belum tidur toh? Ini kan sudah larut toh nduk. ”
“Iya bun sebentar lagi”
Kututup jendela yang sedari tadi terbuka. Aku menghampiri tempat tidur mencoba menutup mata dengan susah payah hingga akhirnya terlelap.
***
Sorotan mentari memasuki kamarku saat gorden dibuka oleh bunda. Mataku masih terlihat buran, dengan sedikit kucekan mataku kembali normal.
“Pagi sayang. Bunda sudah siapkan sarapan tuh dibawah” sambil berlalu pergi.
“Om telolet om telolet..”
terdengar dering pesan dari hpku lalu kubuka dan kulihat dari siapa gerangan mengirim pesan pagi-pagi begini.
Aku mendesah kesal. Siapa sih yang ngirim pesan ini, nomer asing lagi, batinku. Aku melangkah menuju kamar mandi, membiarkan air membasahi sekujur tubuhku.
Hingga seseorang mengetuk pintu dengan sangat tidak sopan.
“Cintaaa.. Haloo..Heii..Lama amat sih. Tidur mbak?”
“Aduhh apaan sih ganggu orang mandi aja.”
Kuhampiri pintu dan kubuka pegangannya menampakkan seorang gadis dengan senyum tak bersalahkanya menatapku penuh tawa.
“Ya gausah masih pake anduk juga kali”
ia tertawa terbahak bahak. Kubiarkan ia menunggu di bawah sementara aku memakai pakaian.
***
”Ngapain sih kamu kesini? Tau rumahku dari mana sih? Perasaan aku ga pernah cerita sama kamu mengenai rumahku deh?”
“Ya Allah Cinta lu lupa atau pikun sih? Lo kan waktu ngisi identitas lo bareng ama gue. Ya pasti gue ngeliat alamat lo lah, trus gue catet deh takut sewaktu-waktu gue butuh. Ternyata beneran kan kepake juga” dalihnya panjang lebar.
“Ya ya . trus kamu kesini ngapain?”
“Mau ngajak lo main, ayuhh dehh. Gue udah ijin kok ke bunda lo. Katanya bawa aja, jadinya lo ga di rumah mulu”
Tanpa meminta persetujuanku ia langsung menarik tanganku menuju sebuah mobil jeep berwarna putih, tak lupa aku pamit kepada bunda.
Mobilnya cukup nyaman, mungkin ini merupakan mobil pribadinya yang dibelikan orang tuanya, terlihat dari aksesoris-aksesoris khas cewe-cewe masa kini.
“Kita mau kemana nih?”
“Gue mau kenalin sepupu gue ke lo. Kasian dia jomblo, minta dicariin cewek yang perfect. Dari pertama gue liat lo, lo itu perfect walaupun dandanan lo yang terbilang ‘cupu’ sorry sorry gue ga bermaksud ngehina elo”
Mobil melaju kencang diantara keramaian kota Jogja. Tibalah kami disebuah Mall yang terkenal di Jogja. Kyla mengajakku ke tempat-tempat fashion.
”Loh kok malah kesini? Katanya mau ketemu sepupu kamu?”
“Ya masa aku ngajak kamu ke sepupu kamu dengan penampilan begini sih. Harus aku make over dulu dong biar keliatan lebih beautiful “
Hampir sejam kami memilih ini itu dan sebagainya hingga akhirnya aku berubah menjadi cewe modern masa kini, dengan dress selutut dan sepatu cats, tak lupa bando dikepalaku dengan warna yang senada. Semua akibat ulahnya.
“Trus ini yang bayar siapa, Kyla?”
“Urusan bayar membayar biar aku yang urus”
“Tapi itukan uang gede. Yaudah nanti kalo aku punya uang aku balikin deh”
“Gausah Cin, kamu itu udah aku anggap sebagai sodara sendiri. Walaupun kita baru kenal sementar tapi feeling berkata kalo kamu orang baik. Udah deh ayo kita ke cafe nemuin sepupuku, kayaknya dia udah nunggu lama deh”
***
“Hai Dik, lama ya nunggunya? Kenalin nih Cinta temen aku”
“Cinta Utami” tanganku terulur padanya.
“Dika Raynaldi Utama”
Dan satu hal yang kuingat setelah melihat wajahnya, aku melupakan pesan dari nomor asing yang mengajakku pergi ke Taman siang tadi.
Nb:
#Sorry kalo banyak typo, udah ngantuk soalnya

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu, Dia
Novela JuvenilKisah seorang Cinta Utami si anak cupu. Bertemu dengan Kyla yang merubahnya 180 derajat. Apakah Cinta mempertahankan kecupuannya ataukah akan menjadi perempuan modern seutuhnya? Pertemuan Cinta denga 3 cowok yang berbeda dengan keadaan yang berbeda...