Sesuatu Yang Tak Diharapkan (1)

2.7K 176 1
                                    

Hatiku seakan tersentak ketika kak kenza yang pada saat itu mengisi qultum di rohiz sekolah, mengatakan.
" Apa kalian sebagai kaum wanita mau di anggap murahan, dianggap remeh sama kaum pria. Banyak wanita ketika mereka disuruh mengenakan hijab, mempunyai berbagai macam alasan, salah satunya lebih baik memperbaiki hati dulu baru mengenakan hijab , itu semua mereka ucapkan seakan mereka tidak tau bahwa mengenakan hijab adalah suatu kewajiban."

Hatiku terasa sesak ketika kata-kata itu mendarat tepat di hatiku, seakan saat ini allah murka kepadaku, karna yang pada saat ini aku hanya memakai kerudung saat di sekolah saja,
     "Ingatlah ketika kalian menutup aurat kalian, dengan perlahan hati kalian akan ikut menutup masa lalu yang buruk untuk kalian dan membuka masa depan yang baik untuk kalian"

Kata-kata tajam itu masih terngiang ngiang di telingaku. Tiba-tiba suara kegaduhan yang bersumber dari luar kamarku muncul dan seketika membuyarkan lamunan ku.
        Lagi... Lagi.... Dan lagii ...
Kedua orangtua ku bertengkar, entah apa yang mereka pertengkarkan membuatku benar - benar muak dan tidak ingin berada terlalu lama di rumah.

Tetapi saat aku ingin beranjak dari meja rias, suara keras yang mengeluarkan kata-kata yang tidak ingin ku dengar muncul dari luar kamarku
"CERAI" ayahku, ya!! Ternyata ayahku yang mengucapkan itu. "CERAI dan CERAI" seketika air mataku langsung membludak ketika aku mendengar hal itu, tak menyangka ayah bisa berkata seperti itu, ayah yang tak pernah sekali pun marah apalagi memukulku berkata seperti itu.

Kepahitan ini tak sampai disitu saja, jawaban dari seorang perempuan yang sangat ku sayangi membuatku semakin terasa sesak berada di rumah.
"Baiklah, kau sudah mentalak 3 aku, kau urus perceraian kita, setelah itu kita akan berpisah" tangisku benar-benar tak dapat ku bendung lagi, ku biarkan air mataku keluar dengan sangat deras.

Tak lama kemudian ayahku tiba - tiba masuk dan menarik tanganku untuk mengajakku pergi dari rumah ini, seketika itu aku langsung berusaha melepaskan tanganku dari cengkraman tangan ayah ku, aku meronta-ronta tidak ingin pergi. Lalu ibuku menarik tanganku dan melepaskan tanganku dari cengkraman ayahku.
  "Sudahlah, kau tak usah paksa dia untuk ikut denganmu" gerutu ibuku dengan nada tinhgi. "Baiklah, reina akan tinggal bersamamu, tapi ketika dia sudah lulus dari SMA reina harus ikut bersama saya" jawab ayahku dengan mata melototnya yang tajam.
"Tapi reina mau terus disina yah!!!" pintaku dengan tangis yang kuat. "Tidak ada tapi-tapi reina, ini sudah keputusan ayah!!!" jawabnya dengan jari telunjuk mengarah kepadaku, ayah yang selama ini tak pernah membentakku hari ini membentakku, hal itu membuatku benar benar sakit, kepahitan ini begitu dalam.
  
Kemudian ayahku berjalan keluar menuju pintu rumah, dan pergi meninggalkan ku. Ibuku yang berada disampingku langsung memelukku dengan tangisan yang deras mengalir di pipi lembutnya. "Sudahlah nak, kau jangan menangis lagi, kau ada bersama ibu nak" rintih ibuku dengan membelai kepalaku lembut.

Entah kenapa aku lebih memilih untuk tetap tinggal bersama ibuku dari pada tinggal bersama ayahku. Aku sangat menyayangimu ibu.




Hai teman" ... Maaf ya update nya lama banget, dan maaf kalo banyak yang salah dalam pengetikkan, mohom di maklumi karna bukan penulis profesional.
Dan maaf banget kali ceritanya ngk jelas dan bosenin. Tapi tetap vote dan coment ya teman", biar si penulis bisa intropeksi diri.
Terima kasih. :-)

Hijrah Menjadi Seperti Fatimah Az-ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang