Fatimah Az-Zahra

3.1K 140 0
                                    

Ku langkahkan kaki menuju pagar hitam yang tidak seberapa tinggi dan ku dorong sehingga celah pagar cukup untuk ku lewati dengan motor matic ku.

Perjalanan dari toko buku ke istana ku tidak terlalu memakan waktu,  kira - kira sekitar 30 menit.  Sebenarnya tidak terlalu lama,  namun saat di jalan ada aja godaan kuliner yang ingin ku borong dan ku bawa pulang.

Ku tutup kembali pagar rumah dan melangkah masuk ke dalam rumah. Aku langsung menuju kamar dan melempar sling bag yang ku bawa di atas kasur. Aku mulai merebahkan tubuh ku di atas kasur yang empuk sembari menatap langit - langit kamar yang sebenarnya tidak ada pesonanya sama sekali.

Lalu aku teringat akan buku yang ku beli di toko buku tadi ( lebih tepatnya di beliin,  hehe!! )  aku berdecak dalam hatiku sembari memikirkan apa yang terjadi di toko buku tadi.

Ku ambil buku itu di dalam tas ku dan kulihat buku bersampul biru mengkilat itu nampak indah,  dan sangat menyejukkan hati,  bukan karna sampul yang menghiasi buku itu,  namun tulisan di cover buku itu yang sangat menyejukkan hati. 

Ku buka buku itu di mulai dari daftar isi,  dan ku lihat kisah dan nama putri - putri Rasulullah SAW tertera di daftar isi tersebut,  dan penglihatan ku terhenti akan sebuah nama wanita yang begitu indah,  nama yang beberapa hari terakhir ku cari biografi tentangnya,  wanita itu adalah putri kesayangan baginda Rasulullah saw Fatimah Az-Zahra.

Ku buka halaman yang menerangkan kehidupan Fatimah Az-Zahra. Di buku itu tertulis bagaimana sayang fatimah kepada nabi Muhammad, rasa sayang fatimah kepada ayah beliau sangatlah besar ini terbukti ketika nabi Muhammad sholat di depan ka'bah, orang - orang kafir meletakkan kotoran unta di atas kepala nabi Muhammad,  fatimah yang tidak terima akan perlakuan orang kafir langsung membersihkan kotoran unta itu dan berbicara lantang  untuk membela nabi Muhammad di depan orang kafir atas perlakuaan yang telah mereka perbuat.

Aku yang membaca kisah di halaman ini tidak terasa sebulir air mata lolos di pelipis mataku. Entah kenapa dada ini terasa sesak membaca kisah perjuangan nabi Muhammad saw dalam berdakwah,  ditambah lagi akan sikap pembelaan fatimah atas perlakuan yang diterima oleh ayahnya membuatku semakin terenyah. 

Jika dibandingkan dengan kehidupan yang saat ini aku alami,  rasanya aku tidak mungkin bisa bersikap seperti itu di hadapan ayahku.  Ayah yang beberapa bulan lalu telah sangat menyakitiku dan menyakiti hati ibuku. Kebencian yang besar akan ayahku sudah begitu dalam ku tanam kan di relung hatiku.  Sejujurnya aku sangat menyayangi ayahku,  aku selalu mendo'akannya,  namun hati dan pikiran ku tidak berkesinambungan. Pikiran ku mengatakan benci tetapi di hati ku merasakan sayang. Apa aku bisa seberani fatimah??

Pertanyaan itulah yang tiba - tiba muncul di dalam pikiran ku.  Seandainya ayahku ada dalam posisi seperti itu,  apakah aku bisa berani membela ayahku dengan lantang seperti yang fatimah lakukan terhadap Nabi Muhammad SAW.

Saat pikiran ku sedang memikirkan sosok ayah, bola mataku tak sengaja menatap bingkai foto kecil yang terletak di atas meja kecil di sebelah kasur.  Foto yang penuh dengan kebahagian,  dan Kenangan yang tak mungkin terlupan.  Foto yang tak mungkin dapat terulang lagi kebahagiaannya. Senyum di bingkai foto itu terasa palsu saat ini karna aku sekarang tak sebahagia dulu.

"Apa yang kau pikirkan Reina.. kenapa kau tak bisa bersyukur atas apa yang kau punya saat ini.  Apakah kebahagiaan hanya bisa kau dapat dari foto yang hanya tinggal kenangan ini reina..  Wake up reina!!" gerutuku, Tangisku seketika pecah tak kuasa menahan tangis ketika aku memikirkan semua masalah keluarga yang akhir - akhir ini kuhadapi.

Manusia tak ada yang bisa ku percaya untuk berbagi kisah sedih ku ini,  Yang hanya bisa ku percaya, yang hanya bisa menjadi pendengar setia akan semua masalah ku adalah Allah SWT. Kebetulan azdan zduhur telah berkumandang,  ku seka air mataku dan ku tutup buku bersampul biru itu dan segera aku bergegas untuk pergi ke masjid dekat rumah.  Hari ini aku ingin sholat zduhur ber jama'ah di masjid, hatiku merasa tenang jika aku berada di dalam masjid. Rasanya semua masalahku telah terselesaikan ketika aku masuk dan sholat berjama'ah di sebuah masjid. Ketenangan yang kurasakan membuat ku sejenak melupakan setiap masalah ku.

Hijrah Menjadi Seperti Fatimah Az-ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang