Ini chapter selanjutnya :)
Tolong, tinggalkan vote dan komentar ya.
Bagian ini isinya hampir Zayn sama Aleesya, karena kemarin mereka memang belum selesai urusannya. (urusan? mmm ngg.. okay lupakan) Aku baru sadar, mereka menikah, dan akan banyak konten yang benar-benar bikin gerah pembaca ya (yak gerah *ngiket rambut* ) oke, langsung aja
Enjoy! xx
=============================
“Pakaikan.”
Zayn melirik ke arah Aleesya yang sedang menatap lurus ke arah depan. Zayn mempertahankan posisinya, begitu yakin bahwa Aleesya akan mematuhi perintahnya.
Beberapa detik berlalu, dan Aleesya berdiri dari posisinya. Mengambilkan kaus putih yang berada di dalam lemari pakaian, seluruh baju Zayn telah dipindahkan ke kamar Aleesya yang kini menjadi kamar mereka berdua. Zayn tersenyum menang saat Aleesya membelakangi tubuhnya.
Aleesya kembali dengan kaus di tangannya.
Zayn sungguh menahan tawa di sana melihat Aleesya cukup bingung tentang bagaimana cara memakaikan pakaian ke tubuh Zayn.
Zayn berdiri dan mendekatkan tubuhnya ke tubuh Aleesya. Aroma semerbak menusuk ke hidung Aleesya seketika, menyeruak ke seluruh sudut tubuhnya, cukup mabuk dibuatnya. Astaga, Aleesya begitu hapal dengan wangi tubuh Zayn. Sesering apapun ia bertemu Zayn tak pernah Aleesya merasakan getaran tubuh seperti ini.
“Aku harus menunduk?” Zayn menekuk lututnya agar sejajar dengan tinggi Aleesya.
“Atau aku harus seperti ini?” Zayn setengah berdiri di atas kedua lututnya membuat wajahnya sejajar dengan pinggul Aleesya.
Getaran yang mungkin Aleesya rasakan yang kesekian kalinya sejak Zayn keluar dari kamar mandi.
“Mm –” Aleesya sedikit ragu. “ – iya seperti, seperti ini saja.”
Zayn tersenyum di bawah sana mendengar suara Aleesya yang sungguh menyematkan kehangatan ke dalam tubuhnya. Sungguh, jika boleh jujur, Zayn cukup bertahan untuk menunggu Aleesya memakaikan baju ke tubuhnya di saat udara dingin sudah menyelimuti tubuh telanjangnya.
Aleesya mulai memasukkan kaus dari ujung kepalanya, kemudian mengangkat tangan Zayn ke atas dengan lembut. Sentuhan kulit Aleesya di kulit Zayn membuat Zayn cukup bergidik bahagia. Kamu milikku sekarang, batin Zayn hingga tak sadar sedari tadi wajahnya merekahkan senyuman.
Zayn mengangkat wajahnya hingga bisa melihat wajah Aleesya yang masih serius memakaikan lengan kiri tangan Zayn ke dalam kausnya.
Aleesya tersenyum pada Zayn ketika Aleesya sedikit harus turun untuk menurunkan kaus putih Zayn agar menutupi tubuhnya, kemudian kembali ke posisi semula setelah selesai memakaikannya.
“Selesai.” tutur Aleesya begitu lega. Sungguh, degup jantungnya tak bisa bekerja normal jika ia harus berhadapan dengan suaminya kini yang setengah telanjang.
“Selesai?” Zayn bertanya menaikkan kedua alisnya masih dalam posisi sama. “Padahal aku berharap sebaliknya.” ia kembali melontarkan senyum jahilnya.
Aleesya tertawa, seperti telah melewatkan tantangan terberatnya.
Tawa Aleesya berhenti seketika.
Getaran laiannya menyusuri tubuhnya dimulai dari perutnya.
Zayn memeluk Aleesya, menarik pinggul wanita itu ke dalam dekapannya. Ia memejamkan matanya dan membiarkan aroma tubuh Aleesya masuk mengisi tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sojourn un Dream {Sequel of: I Thought It Was Dream}
Teen FictionDi bawah langit London, Anandya Aleesya Natalegawa, kembali dengan gelar dokter S1 Cambridge University dengan membawa beribu kebahagiaan. Lamaran laki-laki yang kini erat menggenggam tangannya bukan lagi sebuah halangan. Namun tidak menutup kemungk...