Revealed.

1.7K 148 35
                                    

"Every time even the most minor deception is revealed and the truth is made known we are re-united with the Light. So, Let there be Light." ―  Renee Bledsoe, Addiction Alchemy

==========

“Ceritakan padaku,” Aleesya mengambil bantal kecil sesaat setelah dia duduk di sofa.

Harry mengambil bantal lain di sofa yang berbeda dan menjulurkannya pada Aleesya. Dia tertawa dan mengibaskan tangannya, “Satu saja cukup, Harry.”

Tidak mengerti Harry tidak sengaja melakukan itu atau hanya ingin membuat Aleesya tertawa. Sejak dia bertemu dengannya di arena bermain tadi Aleesya benar-benar menunjukkan wajah sedihnya.

Harry kembali tersenyum tanpa alasan, “About what?”

“Tentang semuanya. Apa saja,” Tangan Aleesya menyender di lengan sofa membuat dirinya di posisi senyaman mungkin.

“Tentang bagaimana aku mengganti popoknya?”

Tawa lain yang keluar dari Aleesya, “Nah, pilihan yang menarik.” Dia mengangguk menyipitkan matanya.

“I met this girl at coffee shop,” dia memulainya namun sedikit melenceng dari pilihan yang dia sebutkan. “Dia bersama teman wanitanya yang mereka semua mendekatiku untuk mengambil foto bersama, namun hanya dia yang tetap duduk di sana.” Dia menghela napas, kedua tangannya disanggah di atas kaki dan menggenggamnya. “Hal pertama yang aku suka dari perempuan, dia tidak murahan. Dan aku tahu bahwa dia sedikit, kalem?” Alisnya terangkat.

Harry beralih ke arah Aleesya yang tersenyum mengejek padanya. “Apa? Aku memang menyukai wanita yang pendiam daripada wanita yang cerewet.” Dia berhenti masih memandang Aleesya, “Kau adalah pengecualian.”

“Kami saling bertukar pandang dari jauh.” Harry mengangguk yakin. “Lalu, kami saling jatuh cinta.”

Hening.

“Sudah?”

“Selesai sudah.”

“Kau harus lebih membungkus ceritamu agar lebih menarik. Aku menyukai cara wanita itu tidak ikut foto bersamamu dan begitu manisnya dia hanya duduk di seberang mengamatimu, aku hanya tidak suka bagianmu.”

Harry melipat bibirnya dan tersenyum. Apa yang menurutmu menarik Aleesya, pertemuan pertama kita?

Lagi-lagi, mereka terperangkap dalam ruang sunyi tanpa suara yang menyelubungi ruang keluarga rumah Harry. "Aleesya yang sudah tertidur ― Harry berterima kasih pada Aleesya, karena berkat dirinya dia bisa tidur nyenyak malam ini. Tangan Aleesya memainkan bantal di pangkuannya, dan Harry yang bermain dengan jemarinya.

“So, how you did with your wife until you created Aleesya?”

“Yeah, that.. wh-what?” Harry tergagap ketika menyadari kata-kata dari pertanyaan Aleesya.

“Hm?” Justru, Aleesya kaget, dan balik bertanya pada Harry.

“You said…” Harry tidak yakin dengan yang dia dengar.

“Did I say something weird, Harry?” wajah polos Aleesya selalu mematikan Harry.

“Uhm, not really, you just asked me how I made Aleesya with my wife?” Tidak pasti dengan yang didengarnya, namun itu yang dia tangkap dari pertanyaan Aleesya.

Aleesya menahan tawanya dengan tersenyum hingga akhirnya pada waktu yang bersamaan suara tawa mereka berdua keluar dengan bebas. Harry bahkan lupa, kapan terakhir dia tertawa seperti ini.

“You smiling now,” jari telunjuknya menunjuk ke arah bibir Harry. Aleesya sengaja datang membawa Aleesya kecil dan menimangnya hingga tidur dan memiliki percakapan ini dengan Harry berharap bisa membawa sedikit kebahagiaan pada keluarga ini, pada Harry. “I just want to make you smile, since we met this evening.”

Sojourn un Dream {Sequel of: I Thought It Was Dream}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang