chapter 1

55 7 9
                                    

"Mengikhlaskan memang tak mudah. Butuh waktu yang tak sebentar, namun prosesnya mendewasakan."

Author pov

Seorang gadis yang dulu nya periang, banyak bicara, dan ramah tiba tiba berubah menjadi seseorang yang sangat dingin, pendiam, dan lebih sering termenung dalam kesedihannya.

1 tahun yang lalu...

Duaaaarr!!!
Pada hari sabtu tepat nya tanggal 12/01/2016, terjadi kecelakaan hebat di jalan Pamungkas no.145
Kecelakaan itu diakibatkan rem seorang pengendara mobil hilang kendali dan menabrak tiang di depannya. Akibatnya, sang pengemudi itu kritis dan langsung dibawa ke rumah sakit terdekat dengan ambulance.

Kringg... Kringg...
Suara telepon rumah Emma berbunyi..

"Halo? Ini siapa ya?" Jawab Emma
"Apaa?! Dirga kecelakaan?" Sahut Emma dengan terkejutnya.
"Baik baik saya akan segera ke sana, terima kasih informasinya." jawab Emma seraya menutup telepon rumahnya.

Dengan sigap, Emma langsung ke kamarnya mengambil cardigan berwarna tosca miliknya dan segera pergi ke rumah sakit bersama Pak Harto, supirnya.

Sesampainya di rumah sakit, Emma langsung bertemu dengan orang tua Dirga.
"Tante, gimana keadaan Dirga sekarang?" tanya Emma dengan nafas terengah-engah karena berlarian tadi.

"Dirga masuk ICU Ma, dokter pasti bakal ngelakuin yang terbaik untuk keselamatan Dirga." jawab Ibu Dirga dengan nada yang sudah pasrah.

Mengingat kecelakaan yang terjadi pada Dirga sangat parah, Ibu Dirga pun hanya bisa berdoa dan berharap yang terbaik untuk Dirga.

Emma pun merasakan sesuatu yang hangat telah mengalir di pipinya.

Setelah beberapa menit kemudian, dokter pun akhirnya keluar dan mengatakan bahwa Dirga tidak berhasil diselamatkan
"Maaf Pak,Bu, saya sudah mengusahakan yang terbaik tetapi Tuhan lebih tahu yang terbaik untuk pasien."

"Apa maksud dokter??" sahut Emma dengan air mata yang sudah deras mengalir di pipinya.

"Pasien mengalami benturan yang sangat hebat dan kehilangan banyak darah karena kecelakaan tersebut, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi maaf nyawa pasien tidak bisa diselamatkan."

"Nggak nggak, ini nggak beneran kan dok, Dirga masih hidup kan dok, dokter pasti salah, nggak mungkin Dirga udah nggak ada!!" sahut Emma dengan nada tidak percaya.

"Emma, mungkin ini memang udah jalannya Tuhan buat Dirga, apapun yang udah terjadi kita harus ikhlasin semuanya Ma, supaya Dirga bisa tenang disana." jawab Ibunya Dirga dengan nada yang sudah ikhlas menerima dan memeluk erat tubuh Emma.

Keesokan harinya, pemakaman Dirga pun dilangsungkan.
Banyak orang yang datang untuk mendoakan dan mengantarkan jasad Dirga ke peristirahatan terakhirnya.

Tidak heran bila banyak orang yang mendoakannya, karena sosok Dirga adalah orang yang sangat baik, ramah, peduli dengan sekitarnya, dan selalu menegur seseorang yang menurutnya itu salah berbicara ataupun berperilaku.

"Ma, semaleman lo nggak tidur? Mata lo merah dan bengkak gitu" tanya Bella sahabat Emma sejak sekolah dasar itu.
Emma pun hanya diam dan tak menjawab pertanyaan sahabatnya itu.

"Yang tabah ya Ma, lo harus ikhlasin Dirga, dia pasti disana udah tenang kok, lagian dia disana pasti ikutan sedih kalo ngeliat lo yang sedih terus terusan kayak gini, gue tau lo pasti kuat." ucap Bella dengan nada yang menenangkan seraya mengusap pelan bahu Emma.

Haii guys!! Gimana nih ceritanya? Hehe masih pemula, maklum aja ya kalo masih ada yang kurang pas kata katanya

Jangan lupa vote and comment ya guys! Dan jangan ketinggalan baca juga chapter selanjutnya:v

Almost OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang