2. Mengatur Rencana

4.8K 911 37
                                    

Wattpad udh banyak perubahan, ya. Semoga notif tetep bisa masuk.

Hari ini aku apdet di luar skedul ya, mentemen. Tapi jadwal besok tetep, kok ;)

***

Perjalanan di sore hari, menjelang jam pulang kantor dari Darmawangsa ke Tebet Mas sudah dipastikan macet. Di parkiran aku kembali berpapasan dengan Tara. Sama denganku, dia juga senang menyetir mobilnya sendiri. Mercedes Benz-E Class-nya yang mengilap seakan menghilangkan pesona HR-V kesayanganku. Aku belum pernah melihat mobil itu sebelumnya, Tara juga belum cerita. Apakah itu juga pemberian Dion?

Seandainya mau, aku juga bisa memilih mobil canggih untuk diriku sendiri. Tetapi aku selalu mengalah demi Money n Co. Perusahaan memerlukan lebih banyak mobil untuk operasional. Kuelus roda kemudi, dan mulai men-starter. Saat melaju, gantungan hias bertuliskan quote yang sengaja kupasang tampak bergoyang, seakan ikut menggemakan motto Money n Co. yang sudah mendarah daging menjadi motto hidupku. Well planned and being successful!

Kuenyahkan pikiran tentang Tara. HR-V-ku melaju kencang membelah jalanan. Semangatku berkobar seiring CD yang kuputar.

I will survive.

As long as I know how to love

I know I'll be alive.

I've got all my life to live.

I've got all my love to give.

I will survive.

I will survive.

Rumah keluarga Hardiman berada di kompleks perumahan elite Tebet Mas. Rumah bercat putih itu tampak gagah dengan deretan pohon palem sepanjang tembok rumahnya. Satu palem hias besar sengaja dipasangi lampu kristal di seluruh batang hingga ke dahan. Pada saat hari mulai gelap seperti saat ini, pohon itu tampak mencolok dan menjadi pemandangan benderang. Senyumku menyungging kala melihat pohon berhias itu.

Satpam penjaga rumah rupanya sudah siap menyambutku. Saat melihat mobilku, setengah berlari ia langsung membukanya. Begitu sigap, entah karena sudah dipesan oleh Tante Rosna, atau saking hafal dengan mobilku yang nyaris dua tahun ini tidak ganti. Bukan hal aneh memang, tapi jika dibandingkan dengan tuan rumah, tentu saja aku termasuk... yeahh... sangat biasa saja.

"Mau langsung makan, atau mau duduk-duduk dulu, Moira?" sambut Tante Rosna begitu melihatku di ruang tengah.

"Belum lapar, Tan. Saya duduk-duduk dulu aja, ya."

"Om ada di ruang TV. Kamu ke sana aja, Tante mau nyuruh si Bibik nyiapin makanan kecil." Aku hanya mengangguk, lalu berjalan ke ruang yang ditunjukkan Tante Rosna.

Layar menampilkan berita CNN, Om Teddy tampak asyik menonton sambil ditemani secangkir kopi. Kaus oblong putihnya sedikit tersingkap, tidak mampu menutupi perutnya yang buncit. Senyumnya mengembang saat melihatku, ia membetulkan letak kacamata tebalnya sambil berseru, " Moira... gimana bisnismu?"

Pertanyaan yang sudah kuduga, karena selalu itu saja perbincangan awal jika bertemu denganku.

"Baik, Om," jawabku pendek sambil menyalaminya.

"Hari lalu, divisi treasury Hardy Karya menyimpan Deposit on Call di bank. Kubilang, harusnya minta tolonglah sama Moira. Dia tahu di mana nempatin dana yang bagus. Kepala divisiku bilang, bertemu Moira sekarang harus pakai janji. Wah, aku tidak tahu itu. Tapi aku turut senang, sukar ditemui itu salah satu ciri orang sukses."

Aku tergelak mendengarnya. "Jauhlah dibandingkan Om," kilahku. Sengaja kuambil tempat duduk di samping Om Teddy, karena bicara dengannya selalu menyenangkan.

Rencana RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang