Jingga berjalan pelan menuruni tangga rumahnya. ia terlihat tidak semangat hari ini. bukan, bukan hari ini. ia memang tidak pernah bersemangat setiap harinya. sesampainya di meja makan, ia mengambil setangkap roti dan pergi menuju pintu rumahnya.
"Jingga, ini hari pertama kamu di SMA..jangan buat masalah, Eyang tidak akan datang" Eyangnya berteriak dari halaman belakang.
Jingga hanya diam mendengar perkataan Eyangnya. Ia lalu masuk ke mobil dan segera berangkat menuju sekolahnya. sebenarnya, sama seperti anak-anak lainnya, ia selalu menunggu-nunggu hari ini. hari dimana ia menjadi pelajar berseragam putih abu-abu.
seketika pikirannya berjalan mundur ke masa lalunya.
"Jinggaaaa, hari ini kakak masuk SMA!! kamu belajar yang bener yaaa, cepet-cepet masuk SMA biar bisa satu sekolah lagi kita" Galih, kakak Jingga memeluk adiknya."aku mau cepet-cepet jadi anak SMA tapi gamau masuk SMA Jaya kak, aku mau masuk SMA lain ajaaa.." Jingga menunjukkan wajah cemberut di dalam pelukan kakaknya.
"pokoknya Jingga harus masuk Jaya, itu kan sekolah impian Kakak...bagus sekolahnya, nanti juga Jingga aman dari kakak kelas, kan ada Kakak" Galih mengacak-acak rambut adik semata wayangnya itu.
----
"non, ini udah sampe..turun dulu yaa, nanti malah telat" Pak Haryo membangunkan Jingga dari lamunannya. Jingga segera tersadar dan menghapus air matanya yang mengalir. ia melihat keluar jendela mobilnya, sebuah gerbang dengan tulisan 'SMA JAYA'. sebuah sekolah yang tidak pernah terbesit dalam pikirannya untuk masuk ke sana. sekolah ini yang membuat ia kehilangan Kakaknya. sekolah impian dan sekaligus penghancur Kakaknya.
"ok pak, nanti tunggu sms saya aja yaa pak..kalo saya gak sms, bapak gausah jemput yaa," Jingga segera mengambil tas ranselnya lalu turun dari mobil.
Dengan tubuh tegap, ia segera berjalan dengan pasti memasuki pelataran sekolah. Sekolah tempat keparat itu bersembunyi.
---------------------------------
"Jingga, daritadi anak-anak dikelas pada bisik-bisik ngomongin lo! katanya curang banget gaikut MOS kemarin, masuk-masuk tidur terus lagi di kelas" ujar Raka sambil mencolek tangan Jingga yang sedari tadi menenggelamkan wajahnya di dekapan tangan.
"ah biarin aja, gue gak peduli..mereka juga gatau alesan gue gak ikut MOS kenapa.
gue kantin ya" jawab Jingga sambil menegakkan tubuhnya lalu segera bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan kelas. Melihat Jingga, Raka segera berdiri dan mengejar temannya itu. Ia tahu, hal buruk bisa terjadi jika Jingga pergi meninggalkan kelas sendirian.Sesampainya di kantin. Raka segera pergi memesan makanan untuknya dan Jingga. Sedangkan Jingga? ia hanya duduk di kursi makan sambil menyeruput jus alpukatnya. sebenarnya murid kelas 10 dilarang duduk di kantin, itu merupakan aturan senior. tapi berhubung orangnya adalah Jingga dan Raka. mana mungkin mereka menurut begitu saja.
Tak lama, Raka datang membawa 2 mangkuk bubur ayam ke meja mereka. lalu keduanya sibuk menyantap bubur ayam itu sambil bersenda gurau.
Tiba-tiba, seorang anak laki-laki yang sepertinya murid kelas 11 datang ke meja mereka dan duduk di samping Jingga.
"anak kelas 10 lo berdua? kenalan dulu lah..gue Ryan!" Ryan memberikan tangannya ke hadapan Jingga dengan maksud bersalaman. Jingga hanya melirik Ryan lalu tersenyum dan melanjutkan makan paginya. melihat tingkah adik kelasnya, Ryan sangat kesal.
"eh Rak, temen lo ini gaikut MOS ya? kok gapunya etika gini sih?" tanya Ryan sambil melihat Raka dengan tampang serius. melihat itu, Raka hanya cengegesan.
"gak selamanya yang ikut MOS itu punya etika..itu berarti, kalo dia gak ikut MOS trus dia gapunya etika" jawab Raka lalu melanjutkan bubur ayamnya. mendengar jawaban sahabatnya, Jingga tertawa lalu mengacungkan jempol ke hadapan Raka.
"gila lo berdua, lo tau gak sih anak kelas sepuluh gak bisa duduk di kantin buat makan?" Ryan mulai naik darah dan berbicara dengan nada tinggi. sebelumnya, ia belum pernah menemukan junior seperti ini.
"gue sih gak tau Kak, dan gak peduli juga..selama peraturannya belum ada di buku tata tertib, menurut gue itu cuma hoax aja" jawab Jingga santai. Raka mengangguk-angguk setuju.
"kurang ngajar ya lo, untung cewek lo. gue cuma mau ngingetin lo hati-hati aja. mulai saat ini, kehidupan lo di Jaya gak bakal aman. senior cewek disini yang kejam banyak, bukan berarti lo cewek dan kita cowok-cowok gak bisa ngapa-ngapain dari lo yang....." belum sempat Ryan menyelesaikan kata-katanya, Raka segera bangkit dari duduknya dan memotong pembicaraan Raka.
"mentang-mentang anak kelas sebelas bukan berarti lo bisa sewenang-wenang sama adek kelas lo ka, lo siapa si? anak Kepsek?" ujar Raka dengan tampang kesal. mendengar itu Ryan terlanjur kesal dan melayangkan tinjunya ke wajah raka.
Tepat sebelum tinju itu menyentuh wajah tampan Raka, seseorang muncul dan menangkis tangan milik Ryan. menyadari yang menangkis tangannya adalah orang yang harus dihormati, Ryan buru-buru menurunkan tangannya lagi.
"Baru mereka hari pertama mulai belajar di Garuda, udah mau lo kotorin aja mukanya...kalo boleh jujur nih ya, si Raka jauh lebih ganteng dari lo, tanya aja cewek lo tuh, semua orang juga tau," ujar pria yang tinggi, tampan, dan terlihat berkuasa di SMA Garuda.
Ryan hanya menunduk lalu buru-buru meninggalkan area. melihat tingkah adik kelasnya itu, pria itu hanya tersenyum. ia lalu menepuk-nepuk bahu Raka sambil tersenyum.
"lo aman selama mereka ngapa-ngapain lo di dalem sekolah ini. oiya, gua Ghiffari! kelas dua belas, gue cuma mau bilang, titip Jingga yaa..dia seseorang yang penting buat seseorang di hidup gua" ujar Ghiffari kepada Raka lalu menghilang, pergi meninggalkan meja itu.
Mendengar kata-kata yang diucapkan Ghiffari, Jingga mengepalkan kedua tangannya. Wajahnya terlihat sangat merah. melihat itu Raka tampak kebingungan.
"jangan pernah berurusan sama Ghiffari atau gue gak pernah mau jadi sahabat lo lagi" ujar Jingga lalu segera berlari meninggalkan Raka menuju kelasnya.
"Kenapa sih tuu anak, tiba-tiba kayak gitu..Ghiffari siapa lagi," ujar Raka pelan sambil berjalan menuju kelasnya.
-----------------------------
"Assalamualaikum, Jingga pulang.." ujar Jingga sambil berjalan masuk ke rumah tempat ia tinggal yang amat megah itu. ia melihat Eyangnya sedang sibuk menjahit di ruang keluarga sambil menonton tv.
Ia segera menaiki tangga menuju lantai dua lalu masuk ke kamarnya. ia segera menghempaskan tubuhnya di tempat tidurnya lalu memejamkan matanya.
sungguh hari ini adalah hari terberat yang pernah ia alami. ia tidak membayangkan hal itu bisa terjadi. ia benar-benar tidak ingin bertemu dengan manusia itu. bukan Raka. bukan juga Ryan. tapi, Ghiffari.
--""--
yap, selesai juga chapter 1 nya...semoga bikin penasaran dan bikin readers nunggu-nunggu chapter selanjutnya yaaa^^
inshaa allah, tiap chapter bakal di post tiap minggu. ini juga kalo gak sibuk hehe :D
thanks for reading~
YOU ARE READING
Parasite
Teen FictionKetika Jingga berusaha menjauhi mereka. menjalankan hari-hari dengan ketidaknyamanan, mereka selalu berusaha mendekat. Sama seperti dia, yang selalu sabar menghadapi Jingga. mengikutinya kemanapun dia pergi, berusaha menghibur Jingga, membantunya ji...