Chapter 3; Teman

13 0 0
                                    

Kurang lebih sudah 3 minggu Jingga menjalani sekolahnya di SMA Jaya. Ia sudah mulai diterima oleh teman-teman di kelasnya, bahkan ia sudah memiliki 3 orang teman perempuan yang sering bermain bersamanya jika ia sedang tidak bersama Raka. Tapi tetap saja ia dianggap sebagai anak nakal di angkatannya.

Siang ini, Jingga berniat untuk menetap di kelas. Masa datang bulannya yang belum lama muncul membuatnya ogah untuk banyak beraktivitas. Mira, Kania, dan Zena juga sedang sibuk dengan kepengurusan OSIS, sedangkan Raka? mungkin sedang ibadah di Masjid.

"Hai Jingga...keliatannya kamu gabakal kemana-mana siang ini, nih..diminum ya!" seorang cowok datang sambil membawa teh botol dan meletakannya di meja Jingga.

"gausah sok perhatian, gue bisa urus diri gue sendiri!" jawab Jingga yang sudah tau siapa cowok itu dari suaranya. ia tidak mau melihat wajahnya sedikitpun.

"maafin saya, tapi saya ngerasa kamu itu tanggung jawab saya" cowok itu duduk di kursi kosong disamping Jingga. lebih tepatnya, kursi Langit.

"kita gaada hubungan darah, lo bukan keluarga gue, lo yang ngancurin hidup gue, dan lo malah kayak gitu..pergi aja lo!" Jingga menyandarkan kepalanya di dinding dan menutup matanya.

"iya, saya tahu..yaudah, saya pamit, yang penting kamu minum teh botolnya" ia mengelus kepala Jingga sesaat lalu meninggalkan kelas.

Jingga membuka matanya, melihat cowok itu sudah pergi ia kembali tenang. sebelumnya, jantungnya berdegup kencang, ia tidak dapat menahan amarahnya. rasanya ingin memberi tinju padanya, tapi ah sudahlah, Ghiffari sulit dilawan.

"teh botol lo? gamau diminum? gue buang ya" tiba-tiba Langit datang dan berbicara dengan nada ketusnya.

"cuma gara-gara itu ada di meja lo, jadi lo mau buang? udah buat lo aja..ada yang ngasih tadi" Jingga menjawab setengah hati sambil mengeluarkan beberapa buku pelajaran dari tasnya.

Tanpa berkata-kata, Langit segera meminum teh botol itu. Wajahnya menggambarkan betapa segarnya teh botol dingin itu. Ia lalu mengusap dahinya yang penuh dengan keringat. entah apa yang baru saja ia lakukan, Jingga hanya tahu ia kelelahan.

"lo deket sama Ghiffari?" Langit memulai obrolan dengan satu pertanyaan mematikan.

"engga,najis." Jingga menjawab ketus

"salah dia apa?" Langit bertanya polos

"kalo lo tau Galih, harusnya lo tau Ghiffari salah apa!" jawab Jingga sambil mulai mengerjakan latihan soal di bukunya.

"dasar cewek" ucap Langit singkat lalu memasang headphone nya dan mulai mendengarkan musik.

---------------------------------------------

"Jinggaaaa" seorang perempuan tampak berteriak dari koridor sekolah.

Mendengar teriakan itu, Jingga segera berlari ke koridor dan mendekati perempuan yang memanggilnya tadi.

"apaansih Zen?" Jingga tampak bingung dengan wajah panik temannya.

"ITUUU SI RAKAA! SI RAKA PINGSAN!! BELOM SADAR-SADAR"  Zena menjawab pertanyaan Jingga dengan berteriak panik. ia segera menarik tangan Jingga dan berlari menuju UKS di lantai 1 gedung sekolah.

Sesampainya di depan UKS, terlihat banyak siswa yang sedang mengerubungi jendela UKS untuk mengintip. mayoritas yang mengintip tentu perempuan, para fans Raka.

"lo masuk ajaa mending ah, kasian Raka! kan yang tau dia cuma eloo" Zena mendorong Jingga ke arah pintu.

Tanpa menolak, Jingga segera menerobos kerumunan dan masuk ke dalam UKS sambil memastikan pintu terkunci setelah ia masuk. tampak tubuh Raka yang terbujur di atas kasur. seorang perawat UKS tampak sedang membersihkan darah di bawah hidungnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 20, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ParasiteWhere stories live. Discover now