Cerita ini dibuat berdasarkan imajinasi author.
Bila ada kesamaan tokoh, tempat dan kejadian, itu semua hanya kebetulan.
Sorry for typo(s).
Happy Reading!
***
"Jadi kan perginya Maan?"
Yang merasa namanya dipanggilpun, menoleh. Menatap teman Perempuan nya yang tengah menyiapkan barang-barang yang mungkin akan dibutuhkan nanti.
"Jadilah. Oiya, Agung sama Harfan mana?" jawab dan tanyanya sembari menolehkan kepalanya untuk mencari orang yang dimaksud.
Belum teman perempuannya menjawab, suara grasak-grusuk terdengar dari luar rumah.
"Brisik lo!"
"Lo yang berisik!"
"Gak usah dorong-dorong!"
"Jangan injek kaki gue!!"
"Nggak usah teriak kali!. Gue nggak budek."
"Gue duluan yang masuk."
"Gue!!"
"Guung!! Badan gue kejepit."
"Gue duluan yang masuk!!"
"Ngalah gak lo sebelum sosial media lo gue hack!"
Iman Alfikri Usman memutar matanya ketika mendengar suara ribut dari luar rumah. Kakinya melangkah menghampiri suara brisik tersebut dan mendapati sepasang temannya tengah berebutan masuk ke dalam rumah dengan posisi tubuh yang tersangkut pada pintu. Iman mengambil sebuah tas yang didekap Harfan untuk menyelamatkan isinya lalu meninggalkan mereka berdua untuk kembali melanjutkan kegiatannya. Terserah apa yang akan mereka lakukan asal tidak merusak isi di dalam tas tersebut.
Iman kembali ke ruangan setelah melihat Kristin dan Indah yang sudah siap dengan tas gendong di punggungnya.
"Kameranya udah?" tanya Kristin yang kemudian pandangannya turun pada tas yang tengah didekap Iman.
"Em...emang lo yakin Man kita mau melakukan penelitian di sana?" Indah sedikit meragukan keputusan Harfan yang langsung mendapat persetujuan dari Iman, Agung dan juga Kristin
Minggu lalu, mereka mendapat tugas penelitian dari guru sejarah untuk melengkapi nilai mereka akhir semester nanti. Tugasnya tidak sulit memang. Hanya disuruh meneliti sebuah tempat bersejarah dengan cara merekamnya dan berlagak seperti reporter untuk menjelaskan tempat tersebut. Mereka juga disuruh membuat video semacam behind the scene yang juga nanti akan dikumpulkan. Entah apa maksudnya, tapi lebih baik mereka menuruti apa yang diucapkan guru tersebut jika ingin mendapat nilai tambahan.
"Jadilah. Masa nggak jadi sih? Yok berangkat."
Sebuah mobil Rush Silver milik Iman berjalan dengan kecepatan normal membelah jalanan ibu kota. Aspal jalanan sedikit basah akibat hujan rintik-rintik yang mengguyur sejak tadi pagi. Halte-halte yang berjejeran di pinggir jalan tampak sepi mungkin karena ini hari libur dan masyarakat memilih tidur di rumah atau berliburan bersama keluarga besar mereka.
Waktu yang dibutuhkan untuk sampai tujuan sekitar 2 jam-an. Indah sendiri yakin jika tempat yang dimaksud berada di luar Pekanbaru.
"Emangnya tempat yang mau kita teliti itu bersejarah?" kali ini Kristin yang berbicara. Mencoba membuka topik pembicaraan karena dari berangkat tadi tidak ada yang membuka suara. Biasanya ada Harfan dan Agung yang berdebat akibat perbedaan pendapat. Tetapi saat ini mereka berdua bungkam seolah tidak saling kenal. Iman duduk di kursi depan menemani Agung yang tengah menyetir. Sementara Kristin dan Indah duduk di tengah. Membiarkan Harfan duduk sendirian di belakang dengan wajah yang Ditekuk.
"Bersejarah, Ndaah. Kan pernah masuk koran" jawab Harfan santai.
"Emang lo pernah baca koran Fan?" tanya Kristin
"Nggak."
"Trus itu tau dari mana?"
.
.
.
.
.
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Voice
HorrorTentang 5 orang siswa yang menjalankan tugas penelitian. Penelitian tempat bersejarah Hingga mereka menemukan sebuah rumah. Awal biasa, tak ada yang menyangka Kejadian yang tak diharapkan terjadj