***
"kata Ibu Erita kita disuruh buat video semacam behind the scene, kan? Gimana kalau kita masuk aja ke dalam rumahnya?"
"Jangan gila, Gung." Kristin menimpali ucapan Agung dengan sinis.
"Gue nggak gila, Tin. Kalau kita nggak ngelakuin itu, kita cuma ngumpulin satu video? Nanti nilainya kurang gimana? Lagian juga buat hiburan aja. Siapa tau kita nemuin sesuatu berharga di dalam."
Semuanya diam. Memikirkan ucapan Agung. Masuk dulu untuk melihat-lihat? Sebenarnya itu tidak menjadi masalah . Yang menjadi masalah adalah bagaimana jika penunggu rumah ini tidak suka akan kehadiran mereka lalu menganggunya? Mengingat bagaimana kondisi rumah ini yang tidak terawat. Lagipula, saat ini nyaris gelap. Takut jika nanti Agung tidak mengingat jalan karena tidak ada pencahayaan dari mana pun.
"Oh! Come on, Guys." Harfan mengajak dengan kedua lengannya yang terangkat sebahu lalu ia jatuhkan dikedua sisi tubuhnya seolah-olah tidak ada yang salah dari idenya.
Iman menarik napas lalu membuangnya perlahan, "Oke. Nggak ada salahnya dicoba. Gue masukin tas-tas ini ke dalam mobil dulu. Fan, lo yang megang kamera." Ini adalah kamera yang berbeda dari yang digunakannya saat awal video.
Agung yang menggumamkan kata yes lalu berjalan menuju gerbang. Diikuti Kristin dan Indah juga Harfan di belakang dengan handycam yang sudah menyala dan siap untuk merekam apa yang akan dilakukannya nanti.
Kaki mereka melangkah masuk semakin dalam ke rumah tersebut. Melewati bagian taman dan halaman depan yang penuh dengan daun coklat rapuh yang berguguran. Angin yang berhembus menjatuhkan helaian daun yang sudah tua yang berada di atas pohon. Membuat daun itu berterbangan tak tentu arah mengikuti kemana angin akan membawanya. Sebagian daun lagi terjatuh di atas tanah dan masuk ke dalam lingkungan rumah. Membuat Kristin bergidik ketika salah satu daun terjatuh di atas kepalanya. Mengapa saat ini angin berhembus dengan kencang?
"Waaah," kagum Agung saat membuka pintu utama rumah ini. Bau apek dan debu langsung menusuk ke dalam hidung mereka meyambut kedatangan mereka yang tak diundang ini.
Agung masih memimpin dengan Harfan yang berada di belakang sembari memegang kamera. Kamera tersebut sudah menyala dan merekam semua aktivitas yang mereka lakukan.
"Hai." Agung menyapa diakhiri dengan kekehan kecilnya yang membuat Indah juga Kristin menoleh sinis ke arahnya.
"Ada orang di sini?" Lagi-lagi Agung berucap dengan nada gurangan di suaranya. Kakinya tetap bergerak masuk diikuti Harfan di belakangnya dan meninggalkan kedua teman perempuannya di pintu. Indah dan Kristin memutuskan untuk menunggu di pintu membiarkan Harfan dan Agung yang masuk ke dalam rumah.
"Jangan ngomong sembarangan Gung" Harfan mengingatkan dengan handycam yang masih terus merekam. Menyorot per satu bagian dari rumah ini. Di layar, nyaris tidak kelihatan karena tidak ada penerangan sama sekali.
"Emang kenapa?"
"Gue pernah baca penghuni rumah ini dulu dibunuh terus meninggal."
"Terus? Arwahnya gak tenang?"
"Ya mungkin, Fan. Apalagi pembunuhnya itu belum tertangkap sampai sekarang. Padahal kasus itu udah lama. Gue nggak tahu kapan pasti kejadiannya."
Agung tertawa "orang yang udah mati mana mungkin keliaran sih, Fan. Efek nonton film lo. Lagian juga...lo pinter milih tempatnya. Gue yakin kita dapet nilai paling gede karena tempatnya beda dari yang lain."
"Iya deh terserah lo. Udah yuk keluar? Udah mau gelap nih."
"Tar dulu, Fan. Kita ke dapur dulu siapa tau nemuin sesuatu." Lagi-lagi tertawa meremehkan kondisi mereka saat ini.
"Wah ini apaan." Tangan Agung mengambil sebuah benda semacam boneka rajutan di atas kulkas saat mereka masuk ke dalam dapur.
"Taro, Gung. Jangan macem-macem." Harfan memperingatkan.
"Bagus, Fan. Buat pajangan di rumah. Bawa ah."
"Agung!!!!!"
Agung tertawa, "iya-iya, Fan." Ia menaruh kembali benda tersebut di tempatnya. Harfan masih terus merekam.
"Nggak ada barang berharga di sini," ujar Agung dengan nada melas sembari melangkah menyeret kakinya diikuti Harfan di belakangnya.
Agung memegang satu per satu benda yang menurutnya aneh dan unik. Mengambilnya dan memerhatikannya sejenak dibantu penerangan yang secukupnya. Memang tidak ada barang berharga dan unik kecuali boneka matryoshka yang ada di atas kulkas tadi. Yang lainnya hanya ada pantry dapur, kompor, meja makan yang sudah tidak terlihat jelas karena debu tebal yang menyelimutinya. Agung sempat terbatuk saat tak sengaja menghirup debu tersebut dan pria ini beberapa kali menepuk-nepuk tangannya untuk menghilangkan debu yang menempel di telapak tangannya.
"Gue bosen ah. Lain kali ke sini lagi, yuk? Siapa tau udah berubah gitu."
Harfan mengangguk. Akhirnya Agung ingin pulang juga.
"Kami pulang dulu, ya."
"Agung!" Lagi-lagi Harfan memperingatkan karena tindakan Agung ini sudah kelewatan batas.
Mengabaikan Harfan, Agung kembali berucap, "Bisa kali yaa main-main ke rumah. Hahaaa kami pulang. "
Harfan mematikan kamera dan menarik tangan Agung untuk keluar sebelum temannya itu mengucapkan kata-kata yang mampu menarik 'penghuni' rumah ini keluar.
.
.
.
.
.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Voice
HorrorTentang 5 orang siswa yang menjalankan tugas penelitian. Penelitian tempat bersejarah Hingga mereka menemukan sebuah rumah. Awal biasa, tak ada yang menyangka Kejadian yang tak diharapkan terjadj