***
Indah duduk sendiri di depan layar laptopnya saat jarum jam menunjukan pukul 9 malam. Ia sampai di rumahnya jam 8 tadi dan baru selesai merapihkan semuanya sekarang. Iman, Harfan, Agung dan Kristin izin keluar sebentar untuk membeli makanan ringan dan membeli kebutuhan pribadi mereka. Indah tidak ikut karena ia memilih untuk melihat video milik kelompoknya dan bila mungkin memotong adegan yang tidak perlu.
Setelah selesai menonton video-nya, ia memutuskan untuk melihat video yang tadi dibuat oleh Harfan dan Agung.
Video menampakkan bagian gerbang depan rumah. Lalu Agung yang masuk ke dalam rumah serta terdengar suara Agung dan Harfan yang nyaris berdebat. Indah bahkan baru tau jika rumah 'bersejarah' itu tempat pembunuhan dulunya. Lalu Agung masuk ke dalam sebuah ruangan yang Indah pikir dapur karena ada kompor di sana dan mendengarkan setiap pembicaraan yang dilakukan Agung dan Harfan. Indah tidak bisa melihat dengan jelas karena rumah di dalam video tersebut gelap. Jadi ia memutuskan untuk menutup matanya dan mendengarkan secara rinci apa yang didengarnya.
Matanya tiba-tiba saja terbuka dengan kening yang berkerut saat telinga mendengar suara yang ia yakini bukan suara Agung ataupun Harfan. Karena penasaran, Indah membetulkan kursinya dan mengulang kembali video tersebut. Kembali memejamkan matanya dan sedikit menekan headphone miliknya agar suara tersebut jelas dan membuktikan bahwa ia tidak salah dengar.
"Hai." Ini suara Agung. Indah yakin.
'Hai.' Bukan suara Harfan. Suara Harfan tidak nyaring seperti ini. Terdengar seperti suara wanita. Kristin? Tidak. Kristin ikut menemaninya di pintu saat Agung dan Harfan memutuskan untuk masuk.
"Ada orang di sini?" Lagi-lagi Agung.
'Aku di sini.' Mata Indah terbuka dengan kening yang berkerut semakin dalam. Ada yang janggal di suara di dalam video ini. Apa Harfan dan Agung tidak menyadarinya saat berada di sana?
Suara Harfan dan Agung yang tengah mengobrol mengisi pendengarannya. Sejauh ini tidak ada yang janggal tetapi kemudian...
"Wah ini apaan?"
'Itu boneka rajutan kesayanganku. Sayang, aku tidak bisa membawanya bersamaku'
"Bagus, nih. Buat pajangan di rumah."
'Jangan. Itu milikku.'
"Bawa ah"
'Jangan!'
Lalu terdengar suara gertakan Harfan dan tawa renyah Agung.
"Nggak ada barang berharga di sini."
'Maaf. Aku yakin perampok itu mengambil seluruh benda berharga di sini setelah membunuhku.'
Terdengar langkah kaki dan suara batuk dari Agung.
"Gue bosen ah. Lain kali ke sini lagi, yuk? Siapa tau udah berubah gitu."
'Maaf membuatmu bosan. Terimakasih telah berkunjung.'
"Kami pulang, ya."
'Tunggu!'
"Bisa kali yaa main-main ke rumah. Hahaaa kami pulang."
'Aku ikut denganmu.'
Indah melepaskan headphone-nya dengan satu gerakan cepat dan mematikan laptopnya. Napasnya memburu denga keringat yang mengalir di pelipisnya. Apa-apaan ini?! Bagaimana bisa ada suara wanita lain yang ikut terekam? Bagaimana bisa Harfan dan Agung tidak menyadari adanya suara itu saat berada di tempatnya?
Astaga.
Indah yakin seratus persen itu bukan suara dirinya mau pun Kristin.
Wanita yang berada di dalam kelompoknya hanya ia dan Kristin. Tidak ada wanita lain. Tidak. Jadi kemungkinan itu suara....
Mata Indah membelalak lebar saat mengingat percakapan Harfan dan Agung yang menyatakan jika rumah itu bekas pembunuhan dulu. Sebuah kalimat yang Indah ingat dari suara wanita yang ia dengar membuat dirinya yakin jika suara itu berasal dari dimensi lain.
Kalimat terakhir yang Indah dengar tadi mampu membuat bulu kuduknya meremang serta ketakutan yang mendalam pada dirinya. Astaga. Bagaimana ini?
Suara kenop pintu kamarnya diputar dan suara pintu berdecit membuat Indah nyaris mati saat itu juga karena ia yakin ia sudah mengunci rapat-rapat pintu utama rumahnya.
.
.
.
.
.
Tamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Voice
HorrorTentang 5 orang siswa yang menjalankan tugas penelitian. Penelitian tempat bersejarah Hingga mereka menemukan sebuah rumah. Awal biasa, tak ada yang menyangka Kejadian yang tak diharapkan terjadj