Rumah Bersejarah.

124 7 1
                                    


***


"Trus itu tau dari mana?"

"Kata orang-orang."

Kristin memutar bola matanya. Temannya itu tipikal orang yang tidak pernah serius dalam hal apa pun. Tetapi jika masalah tugas seperti ini... entahlah serius atau tidak. Tetapi sepertinya serius karena semua ide ini berasal dari Harfan. Kamera dan perlengkapan lainnya pun dilakukan oleh Harfan.

"Masih jauh ya, Gung?" Indah bertanya dengan nada yang sedikit khawatir di pengucapannya. Mobil ini masih berjalan pada rutenya. Tetapi yang harus diperhatikan adalah sekelilingnya. Pohon-pohon semakin menjulang tinggi dengan daunnya yang lebat dan merunduk sedikit menghalangi penglihatan. Tidak ada rumah penduduk atau tanda-tanda kehidupan di sini. Dan bisa dipastikan...mereka tersesat.

Dari awal Harfan mengusulkan ide tempatnya, Indah sedikit ragu karena ia belum pernah mendengar tempat yang disebutkan Harfan. Awalnya Indah pikir Harfan hanya mengarang nama tempatnya. Tetapi kemudian ia memutuskan untuk mencari tempat tersebut di google dan ternyata...memang ada. Google hanya menampilkan sedikit informasi dari kata kunci yang diketik oleh Indah. Dan Indah hanya melihat sebuah bangunan rumah dengan bentuknya yang klasik dan terawat. Bangunan berlantai dua dengan cat dindingnya didominasi oleh warna hitam dan putih juga sebuah taman kecil yang berada di depan rumah. Tak lupa sebuah gerbang tinggi yang menjadi pelindung bagi rumah tersebut. Entahlah kalimat 'bersejarah' itu berasal dari mana.

"Kayaknya kita nyasar deh, Gung." Kali ini Kristin menimpali ucapan Indah

Agung tidak menjawab. Cowok itu fokus mengemudi sembari sesekali menggigit bibir bawahnya serta bola matanya yang bergerak ke kanan dan ke kiri untuk memastikan bahwa ia tidak salah jalan.

Mobil Iman berbelok ke arah kanan. Memasuki jalan yang lebih kecil dari sebelumnya. Tak lama kemudian Agung menghentikan aktivitasnya dan fokus menghadap ke depan, memerhatikan objek yang menjadi perhatiannya saat ini.

Seolah mengerti dengan tatapan Agung, mereka semua mengikuti arah pandangan Agung dan sedikit terkejut dengan apa yang ada di hadapannya saat ini. Indah nenutup mulutnya dengan mata yang terfokus menjadi objeknya sementara otaknya mencoba mengingat bagaimana kondisi gambar rumah yang ia lihat di internet waktu itu. Sangat berbeda.

Gerbang kokoh yang menjadi pelindung kini sudah rusak. Warnanya yang dulu hitam kini telihat berkarat Ditutupi debu yang menempel. Sementara tembok rumahnya..., tidak ada cat yang melapisi tembok kokoh itu. Catnya sudah mengelupas serta dindingnya yang mulai retak. Noda-noda tidak beraturan menempel di dinding serta beberapa tulisan menggunakan pilok yang mungkin Ditulis oleh anak-anak dengan tangan mereka yang tidak bertangMaan jawab. Ada sarang laba-laba dan juga guguran daun-daun yang menambah kesan tidak terawat di halaman rumahnya.

Indah tidak tahu gambar yang ia temukan di internet itu tahun berapa. Karena gambarnya itu...sangat Bagus dan menarik. Tetapi jika melihat kondisi aslinya, mengejutkan. Indah yakin gambar di internet dan apa yang dilihatnya saat ini adalah gambar yang sama. Bentuk rumahnya masih sama. Hanya saja saat ini rumah tersebut terlihat tidak terawat dan terkesan horror.

 Hanya saja saat ini rumah tersebut terlihat tidak terawat dan terkesan horror

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini bukan bersejarah. Melainkan..., menyeramkan.

"Tin ambil posisi, Ndah atur cahaya. Harfan, Agung kasih instruksi buat Kristin, sementara gue yang pegang kamera. Ayok! Nanti keburu malam!"

***

"Saya Kristin Anggrek beserta kru yang bertugas mengucapkan terimakasih dan selamat sore."

"Good!!" Iman berteriak puas lalu mengotak-atik kamera sementara Kristin melemaskan bahunya yang sejak tadi ia tahan untuk tegap. Mereka akhirnya selesai. Kristin mengambil posisi tepat di depan gerbang serta Iman yang akan merekamnya. Indah bertugas mengatur cahaya supaya gambar yang nanti direkam oleh Iman akan terlihat cerah dan tidak gelap karena melawan cahaya. Sementara Harfan dan Agung memberikan arahan pada Kristin atau memengangi kertas yang berisi kalimat yang akan diucapkan oleh Kristin.

"Pulang, yuk?" Indah selesai mengemasi barang-barangnya lalu mendongak ke atas. Melihat langit yang nyaris gelap karena sang surya akan kembali ke tempat peristirahatan.

"Eh ntar dulu." Agung yang tengah mengemasi barangnya ikut berdiri,


"kata Ibu Erita kita disuruh buat video semacam behind the scene, kan? Gimana kalau kita masuk aja ke dalam rumahnya?"

.

.

.

.

.

Bersambung

VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang