Bagian 3: Kelumpuhan Tidur

175 21 10
                                    

Bunyi berisik dari derai air shower menerpa lantai. Kathline mendesah, memecah lamunannya sendiri, dia menarik napasnya dalam-dalam, kehampaan telah memenuhi kepalanya.

"Ini keterlaluan," gadis itu bergumam, Kathline tidak pernah mengatakan apapun lagi selama beberapa detik. Hingga akhirnya, dia menggapai sebongkah sabun batangan yang tergeletak di sebuah rak--sudah jelas kegunaannya. Setelah ini, dia memutuskan untuk mengurung dirinya saja di kamarnya.

***

Hari Sabtu adalah hari terbaik untuk menghabiskan waktu sepenuhnya untuk berbaring seharian di ranjang. Terlihat dengan begitu jelas, ketika Kathline usai membasuh dan membersihkan tubuhnya, dia lantas merebah malas di ranjang, mengatur posisi untuk mewujudkan rasa kelegaan. Akan tetapi, dia masih saja belum bisa merasa lega untuk sekarang, kejadian-kejadian sebelumnya segera membanjiri benaknya. "Apa artinya itu? Semua tulisan yang tertoreh di secarik kertas itu. Sesuatu tentang aku dan dia untuk menyelamatkan anaknya." Kemudian, Kathline tersentak oleh pemikiran bahwa mungkin saja dirinya telah menjadi gila. Barangkali tekanan dari alam bawah sadarnya telah membuatnya sedikit lebih sinting.

"Ya, terserahlah." Kathline mengangkat bahu seolah dia sedang berdebat dengan pikirannya sendiri. Setelahnya, dia menjulurkan salah satu tangannya untuk mengambil ponsel di atas nakas kayu di sebelah ranjangnya.

Kathline menatap langit-langit ruang tidurnya sejenak, berlapiskan cat berwarna krem serta dihiasi lukisan bunga sakura yang mulai memudar warnanya. Tatapannya seketika berpaling, melirik layar ponsel yang berada di tangan kanannya. Dia masih bergeming dari posisinya, anak perempuan itu hanya diam, menatap kosong layar hitam di ponselnya beberapa saat. Kemudian, dia menekan salah satu tombol berukuran kecil menggunakan ibu jarinya. Layar ponsel menyala dalam sekejap, menampilkan sederet angka penanda waktu. Pukul sepuluh lewat lima belas menit. Dia mengusapkan salah satu jarinya, setelahnya muncul tampilan menu memenuhi layar kaca ponsel. Saat itu juga Kathline membuat suatu keputusan, dia mungkin harus mencari tahu apa yang telah dialaminya di internet.

Maka sejak saat itu menit demi menit bahkan berjam-jam terus berlalu, Kathline tidak pernah sadar bahwa rasa ingin tahunya telah berubah menjadi rasa bosan. Setelah penantian yang seakan tak berkesudahan, dia akhirnya menemukan sebuah artikel yang dapat memecah rasa penasarannya. Tanpa basa-basi, Kathline menekan layar ponselnya, segalanya kembali berkelebat di dalam kepalanya, berharap agar artikel yang ditemukannya dapat membuat dirinya terbebas dari rasa ketidakpastian yang mendalam. Dia terus memperhatikan dengan rasa ingin tahu.

Kelumpuhan tidur merupakan kondisi ketidakmampuan bergerak ketika sedang ataupun setelah tidur. Seseorang yang mengalami kelumpuhan tidur akan mengalami masalah dalam menggerakkan anggota badannya, sulit mengeluarkan suara, dan lain sebagainya. Kelumpuhan tidur biasanya disertai mimpi-mimpi buruk dan pada umumnya terjadi sekali dalam seumur hidup di antara kisaran umur 15 - 18 tahun. Beberapa kasus mengaitkan bahwa kelumpuhan tidur terkadang berhubungan dengan hal mistis dan supranatural.

Dia kemudian bangkit dari posisinya, Kathline merasakan gelombang kepuasan di dadanya, menjalar dan menyentuh hati, mengejutkan dirinya, terutama ketika dia mengetahui bahwa kejadian yang dialaminya kemarin malam ternyata hanya terjadi satu kali dalam semasa hidupnya.

Kathline mengepalkan kedua tangannya keras-keras, lalu dikibaskannya ke udara, memampang senyum simpul yang menghiasi wajahnya. Kathline sangat terperanjat dengan lamunannya, hingga nyaris tak mendengar derap langkah kaki yang bergema masuk ke dalam rumahnya. Langkah kaki tersebut ternyata semakin terdengar lebih jelas, sepasang sepatu beradu dengan lantai keramik, berpacu dari waktu ke waktu, hingga akhirnya, terdengar suara serak dan berat, bernada cukup familier di benaknya. "Nak! Ayah membawakanmu kopi kokoa dingin dengan krim di atasnya, ayah akan menaruhnya di dalam lemari es." Pemilik suara tersebut ialah ayahnya. Kathline tampak mengabaikannya. Dia mungkin melakukannya karena naluri memaksa dirinya untuk menghindar dari segala percakapan tidak bermutu disepanjang waktu.

Gadis itu bersedekap, memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam. Kegembiraan yang memenuhi dirinya segera tergantikan oleh rasa lesu yang tak tertahankan. Dia lalu membanting tubuhnya di atas ranjang, menghiraukan segala ocehan yang terlintas di telinganya. Dia hampir saja memaki-maki ayahnya ketika tiba-tiba suara teriakan terdengar di udara. Saat itu juga, Kathline merasa darahnya seakan membeku, segera setelah menyadari bahwa suara mengerikan itu tampak terdengar seperti suara yang didengarnya kemarin malam.

Terdengar lagi suara jeritan, kali ini melengking panjang dan seperti mengiris saraf, membelah udara lalu membuat jantung Kathline berdegup sangat kencang. Rasa takut membuat kulitnya terasa dingin, dia tidak mampu menyingkirkan kecemasan yang memuncak. Semua ini sulit dipercaya. Kepalanya sendiri seakan remuk. Dia merasa tak yakin ingin mengesankan sesuatu yang menyeramkan.

"Kelumpuhan tidur!" Kathline terkesiap. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia mencoba membuka kedua kelopak matanya, walau segala teriakan terus-menerus membuat keberaniannya menciut menjadi sekecil curut.

Kathline tidak percaya betapa cepat cahaya di sekitarnya lenyap, dia hampir saja menjadi gila untuk menerima kenyataan bahwa dia berada di dalam kegelapan yang tak berujung, dikelilingi teriakan melengking dari segala penjuru arah. Anak perempuan itu bernapas perlahan-lahan, jantungnya yang berpacu benar-benar membutuhkan oksigen. Keringat membanjiri dahi, tangan, pakaian, bahkan semuanya. Rasa takut yang sekarang dialaminya meluap-luap hingga hampir membuatnya kehilangan harapan. Kemudian, air matanya mengalir, dia terisak, panik dan gemetar.[]

***

Hei, kamu sudah membaca tuntas part kali ini. Omong-omong, maaf sekali ya jika kali ini pendeknya minta ampun😥. Silahkan memberi saran.^~^. Dan mohon bantuannya untuk mengoreksi jika ada kesalahan tanda baca dan sebagainya di part ini😀. Tunggu kelanjutannya ya!!!

-Renaldi Manurung-

Dream Walker: The Battle of HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang