⚪5.Istana Tua Dalam Loka

7 2 0
                                    

Paginya usai sarapan dengan semangkuk bubur ayam yang enak didampingi teh manis,dengan raut muka yang ceria aku pergi ke kamar Gerald untuk membangunkannya.Sebenarnya aku masih sedikit ragu-ragu untuk membangunkannya,tapi aku akan mencoba menjadi teman yang baik dan supaya pertemanan kita lebih akrab lagi.

Tok! Tok! Tok!

"G-Gerald!bangun!katanya mau nemenin aku jalan-jalan?!!bangun dong!!"teriakku dari luar kamarnya.Karena kesal tak ada jawaban,akhirnya aku memutar kenop pintunya dan betul saja itu terbuka.Aku pun masuk kedalam kamarnya,dia tidak ada di tempat tidurnya.Kira-kira dia kemana?

Aku pun tak terlalu menghiraukan keberadaannya.Karena mataku terpaku pada pemandangan yang dipamerkan di kamar Gerald.Huh!seharusnya kemarin aku masuknya ke kamar ini.

Ceklek,,

"Lu ngapain disini?"aku pun berbalik dan betapa terkejutnya aku melihat Gerald yang baru saja keluar dari kamar mandi dan dia hanya melilitkan handuk di pinggang-nya sehingga perut six-pack nya terlihat.Dengan cepat aku berbalik dan menutup mata.

"Lu kenapa?"tanya Gerald.

"Kamu!!cepet pake baju!!"teriak ku sambil terus berusaha menutup mata.

"Oh,,lu pasti terpukau yah sama kegantengan gua dipagi hari ini yah??"goda Gerald.Karena kesal akhirnya aku berbalik.Aku tidak memerdulikan keadaan Gerald yang setengah telanjang itu.Aku mendekat dengan maksud menonjoknya.Tetapi sebelum aku menonjoknya dia berhitung.

"1...2...."ucap Gerald.Aku tidak mengerti dan akhirnya aku hanya diam memandang wajahnya.

"3.....!!!!!!"Gerald membuka handuk yang ada di pinggangnya.Sontak aku menutup mata kembali.Dia sangat keterlaluan.

"Gerald!!!!cepat pakai bajunya!!!kamu harus menghormatiku layaknya perempuan!!!"

"Lu ngapain teriak-teriak??"

Aku pun membuka mataku.

Shit.

Dia memakai boxer.

"GERALD!!!!!!"

⚫⚫⚫⚫

Sambil mengedarkan pandangan selama berjalan kaki menuju Istana Tua Dalam Loka;Rumah panggung terbesar di dunia,aku tak henti bertanya ini itu pada Gerald yang mengalungkan kamera Nikon di lehernya.Mengingat pernah beberapa kali datang ke Istana Tua Dalam Loka,dia seperti pemandu wisata seharusnya  dengan aku sebagai turis.Tapi aku masih tidak percaya kalau Gerald adalah seorang pemandu wisata.Sungguh membingungkan.

Kami berdua sepakat memakai yang cukup sopan sebelum berangkat.Gerald memakai kaus polo dan skinny jeans warna biru dongker,sedangkan aku memakai kaus motif polkadot yang kuoadu dengan rok biru muda sebatas dengkul.

Didalam rumah panggungnya,aku tak henti terpesona melihat betapa mengagumkan bangunan ini sampai Gerald tertawa karena dianggap berlebihan.Tapi siapa yang peduli.Aku memang tidak begitu paham dengan arsitekturnya yang sangat indah dengan detail yang begitu rumit dan magis.

"Lu bahagia?"tanya Gerald sambil memotret suasana di dalam Istana Tua.Pertanyaan itu sontak membuat langkahku yang mengikutinya dari belakang mendadak berhenti.

"Kenapa bahas itu sih?"lontarku tak suka.

"Gua cuma mau lu bener-bener lupain dia."Tegas Gerald seraya menatapku serius.Aku lalu membuang muka,memilih menatap ke arah lain.

"Gua cuman mau lo liat seberapa besar rasa gua ke lu."ucapnya sangat pelan.Bahkan sangat pelan.Tapi aku masih bisa mendengarnya.Mungkin itu hanya gunaman semata.

Karena lapar,Gerald menarikku ke Wisata kuliner.Sepanjang jalan yang dipenuhi pejalan kaki dan pada penjual dari kerajinan tangan,lukisan sampai pakaian,aku hanya diam,tak berselera untuk mengobrol dengannya setelah menyjnggung soal Sadham tadi.Apa dia tidak tahu keputusan pergi ke Sumbawa bersamanya adalah langkah besar untuk melupakan Sadham?

"Maaf."Gerald berkata lembut sambil memberikan boneka buatan tangan kepadaku.Aku menerimanya,tapi tak beraksi apa-apa.

"Maafin gua dong..gua gak maksud bawa-bawa nama Sad-"sebelum Gerald melanjutkan kata-katanya aku pergi mendahului Gerald,pergi entah kemana dengan langkah lebar-lebar.Aku berpikir kalau Gerald akan mengejarku.Bagaimanapun aku ini adalah klien nya.Hingga kemudian aku merasa takut menapati Gerald tak ada di belakangku.

Berada diantara keramaian orang di kawasan asing membuat perasaanku tak menentu.Tanpa sadar keringat dingin turun di pelipis saat aku berbalik arah melewati jalan yang sudah kutinggalkan.Tetapi nihil,aku tak mendapati Gerald.Aku pun berlari tak menentu arah.Baru saja aku meneteskan air mataku,aku melihat sosok itu berdiri tak jauh di depanku dengan napas tersenggal-senggal.Tanpa kata-kata,dia berjalan mendekat dan memelukku erat.Sangat erat sampai aku merasa sesak.

"Jangan pernah tinggalin gua,"kata Gerald yang membuat perasaanku seketika menghangat.Aku tak tau apa yang sedang terjadi padaku sekarang ini.

Malam pertama di Sumbawa kami akhiri berjalan-jalan di dekat hotel.Kami sudah saling bercanda dan mengobrol tentang apa saja.Termaksud berubahnya itenerari untuk esok hari karena Gerald ingin membawaku ke suatu tempat spesial.

⚫⚫⚫⚫

Tbc...
Hope you're like it...
Sorry for Typo

Itenerari : semacam jadwal liburan.

Tambora StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang