Gadis kuat yang lemah~

292 17 0
                                    

* * *

Tangan kanan Kayla sibuk mencatat ribuan catatan yang harus ia salin. Ia sangat berterima kasih dengan Daren, yang sudi meminjamkan semua bukunya untuk Kayla salin. Persetan dengan apa yang sedang Kayla lakukan, perut kecil itu rupanya tak bersahabat. Cacing di dalam perut terus berorasi meminta jatah siangnya.

"Mampus, gue laper banget..." gerutu Kayla sambil terus menahan perutnya. Gadis itu hanya dapat menelan pahit ludahnya yang hampir mengering. Haus dan lapar benar-benar menjadi sangat darurat jika saat seperti ini.

Kelas sangat sepi. Bayangkan saja, Kayla seorang diri menyalin catatan sepuluh mata pelajaran yang harus ia selesaikan hari ini juga. Anak-anak yang lain sudah berhamburan pergi meninggalkan kelas, bahkan sekolah. Ya, karna tepatnya ini adalah jam pulang sekolah. Sudah dua jam lebih Kayla berkutat dengan setumpuk buku tulis di hadapannya. Ia tidak mungkin pergi membeli makan, sedangkan kantin sekolah jelas sudah tutup. Kelas Kayla berada di lantai dua. Sedangkan jika ia ingin membeli sesuatu untuk di makan, ia harus turun ke lantai satu, lalu keluar dari halaman sekolah, dan menuju minimarket yang letaknya di sebrang jalan. "Gue harus tahan.. Paling bentar lagi laper gue ilang. Semangat Kay.. semangattt !!" ucapnya, mencoba memberi semangat pada dirinya sendiri.

Suara langkah kaki berderap di koridor sekolah. Bahkan suaranya terdengar sampai telinga Kayla. Sekolah benar-benar sepi. Jadi, memungkinkan sekali telinga Kayla untuk lebih peka terhadap suara. Suara itu masih ada, bahkan terdengar lebih keras di banding sebelumnya. "Loe lagi ngapain?" Kayla meloncat panik tepat saat sebuah suara berat dan serak menggema di ruang kelas yang sepi. "Ya ampun , gue kira apa." Kayla mengelus dadanya, dan menghela nafas lega. "Hehehe" kayla nyengir kuda. Lawan bicaranya hanya diam , satu alisnya ia naikkan. Seolah menatap Kayla dengan penuh interogasi. "Gue lagi nyalin catatan punya Daren, nih. Loe Wiguna itu kan?" Kayla memastikan. "Farel , bukan Wiguna." ucapnya, dengan wajah tertunduk.

"Yayaya.. sorry, maksud gue Farel. Loe ngapain? Bukannya loe udah pulang ya?"

Farel menatap Kayla sekilas, lalu melayangkan pandangannya kembali ke arah lantai. "Ambil novel yang ketinggalan."

"Eh loe suka banget baca novel ya? Gilaa..kalo gue mah, baca cerpen aja selesai dua hari. Padahal cerpennya cuma selembar. Parah banget kan? Hehehe"

"Biasa aja."

Kayla terdiam dan menelan pahit ludahnya. Seolah apa yang barusan ia katakan terdengar sangat garing di telinga Farel. Cowok itu masih tertunduk. Dari bahasa tubuhnya, Kayla dapat menebak, cowok itu pasti pemalu, dan cuek.

"Gue minta maaf soal yang kemarin." Farel meminta maaf . "Eh, kemarin? Emang loe salah apa?" Kayla balik bertanya dengan polos. Sesaat, Farel menghela nafas pendek, lalu berjalan menuju bangku di pojok-tempat ia duduk. Kemudian, tangannya meraih sebuah novel di laci bawah meja. "Soal ini.." tangannya mengangkat novel yang di bawanya dan menunjukkan novel tersebut pada Kayla. "Sorry kemarin gue udah banting novel ke elo. Dan udah bentak loe." ucapnya pelan. Tak ada reaksi apa-apa dari Kayla selain diam dan memperhatikan cowok yang ada di depannya itu. Sejurus kemudian, tawa Kayla pecah begitu saja. "Hahaha..."

"Ada yang lucu ya?" Farel bingung dan salah tingkah. "Nggak , loe santai aja. Yang kemarin itu udah gue lupain kok, jadi, nggak usah ngerasa salah gitu mukanya. Hahaa merah banget sumpah!" Kayla menunjuk wajah Farel yang merah padam. Farel memang pemalu. Dan saat ia malu, seluruh wajahnya yang putih bersih itu akan berubah warna menjadi pink atau merah padam.

"Ya udah, gue duluan." Entah karna benar-benar malu atau apa, akhirnya Farel memilih untuk pergi duluan dan meninggalkan Kayla sendiri di kelas itu. Bahkan ia pergi begitu cepat sebelum Kayla sempat menjawab "Ya.."

Amazing Girl   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang