Prolog

102 3 0
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Amara Juliani binti Andy Irfan Triyatna dengan seperangkat alat sholat dan maskawin tersebut, tunai." tungkas lelaki ini dengan satu nafas.

Amara tak tahu harus merasakan apa saat ini. Mau senang, namun apa yang harus disenangi? Mau sedih, memang iya. Siapa sangka kepulangannya dari liburan di Australia adalah menikah? Dari awal Amara hanya pulang karena Riana -Mama Amara- sakit.

♡♡♡

Semenjak hari pernikahan itu. Hidup Amara terasa mulai rapuh. Apa dayanya untuk melawan Mamanya. Selama ini memang Amara bukanlah anak penurut kepada orangtuanya. Alasan Riana menikahkan Amara karena ia merasa lelah menghadapi Amara yang selalu tak pernah mendengarkan apa kata Riana. Amara merasa bahwa ini adalah karma dari sikapnya ke Orangtuanya selama ini.

Sudah lama Riana mengomeli Amara dengan ucapan "Kamu nggak nurut sama Mama, mending Mama nikahin kamu sekarang! Mama nggak habis pikir kenapa anak mama yang ini nggak pernah nurut? Apa mama masih kurang-kurang ngasih kamu, Mar? Udahlah, Mama capek sama kamu. Sana main aja terus nggak usah pulang!" Bentak Riana. Itu adalah omelan Riana yang kesekian kalinya saat Amara hendak pergi liburan ke Australia dan meninggalkan tugas kerjanya di Resto keluarganya dengan alasan ia sedang cuti. Amara hanya mengendikkan bahunya acuh menyikapi ucapan Mamanya.

"Apanya yang mau dibahagiakan, coba? Mama aja yang bahagia, aku?" rutuk Amara dalam lubuk hati kecilnya saat melihat Rafa, Suaminya tidur sekamar dengan Amara. Amara sama sekali tak sudi berdekatan dengan Rafa. Meskipun tampang Rafa bahkan tubuh Rafa sangat sempurna, namun apadaya jika memang tidak Cinta?

"Kamu mikirin apa, Mar? Kenapa nggak tidur? Sini tidur.." tiba-tiba yang dilihat Amara sangat lama terbangun. Rafa menepuk-nepuk kasur bermaksud agar Amara segera cepat tidur.

"Gue boleh tidur disofa? Daripada tidur sekasur sama lo." pinta Amara. Rafa hanya mendengus pelan dan memindahkan tubuhnya di sofa. Supaya istrinya itu bisa nyaman dikasur ini daripada tidur disofa.

Meskipun Rafa sendiri juga sama sekali belum ada rasa sayang bahkan cinta untuk Amara, Namun dirinya masih sadar bahwa Amara adalah tanggungjawabnya saat ini, entahlah sampai kapan.

Beda dengan Amara, sebulan setelah pernikahan mereka, Amara justru yang sering memarahi Rafa karena dirinya ia dipaksa menikah dengannya, Rafa tidak membalas apapun, toh siapa juga yang menginginkan pernikahan ini? Rafa hanya menampilkan sikap seperti biasanya. Tetap peduli meskipun Amara seperti itu.

Amara juga masih belum pernah menjadi istri yang baik untuk Rafa, bahkan untuk sarapan saja, terkadang yang keluar membeli bahan dan memasak adalah Rafa. Meski ujung-ujungnya Amara tidak memakannya namun Rafa menunjukkan kepeduliannya karena sekali lagi Amara adalah istri sahnya.

♡♡♡

"Tolonglah, Mar. Gue tau lo sekarang ragu sama perasaan lo sendiri terhadap Rafa. Coba lo buka hati lo itu, buka perasaan lo itu, buka hati beku lo itu. Lo itu keterlaluan sama Rafa. Kalo lo memang merasa perempuan baik, kenapa lo nggak buktikan ke Rafa? Toh Rafa juga peduli sama lo. Kalo Rafa nggak peduli sama lo juga tiap hari dia nggak akan bikinin sarapan buat lo, nggak bakal nanyain keadaan lo. Lo mikir kesana gak sih, Mar?!" ucap Erin, sahabat Amara.

"Tapi, Rin. Meskipun dia peduli, Dia nggak sekalipun terlihat bahwa dia cinta sama gue. Terus gue harus gimana jalanin semua ini?" balas Amara mulai putus asa.

"Rafa itu peduli sama lo, Mar. Lo denger nggak sih gue ngomong apa? Intinya orang peduli tandanya sayang. Tapi seenggaknya lo bisa bedain mana yang sayang karena cinta, mana yang sayang karena kasihan. Ya mungkin Rafa masih sayang karena kasihan, tapi sekali lagi lo coba buka apapun uneg-uneg lo sama Rafa. Supaya lo bisa jalanin ini semua dengan baik. Ntarnya lo nggak cocok sama dia, bicarain baik-baik, ambil keputusan yang baik." Amara hanya menunduk dan memainkan jarinya. Ia tak tahu apa yang akan diucapkan pada Erin. Ia merasa ia salah, ucapan Erin ada benarnya juga. Namun Amara merasa ia terlalu gengsi mengikuti alur Erin. Ia ingin menjawab, tapi ia sungguh takut dengan Erin jika sudah mengomelinya seperti ini.

"Kenapa? Lo gengsi? Kenapa harus gengsi sama suami lo sendiri? Please, Mar. Gue cuma pengen bilang, sebelum lo kehilangan sesuatu yang berharga, kenapa nggak lo coba dulu? Mungkin lo sekarang ngelepasin Rafa juga nggak bakalan ada nyeselnya. Tapi nanti? Setelah lo ngerasain bahwa lo butuh dia, lo masih mau ngerelain orang sesempurna dia buat oranglain? Sekarang aja lo juga kelihatan nggak bakal rela kalo dia diambil oranglain.."

♡♡♡

Amara Juliani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amara Juliani

Rafalio Adrelio Virasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rafalio Adrelio Virasa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unplanning WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang