BAB 5: Tentang keluargaku

33 4 1
                                    

malam itu…
selepas pulang kerja pertengkaran hebat terjadi, pertengkaran yang takpernah berujung karna kedua orang tuaku yang sama-sama sibuk, pertengkaran yang terjadi karna saling mementingkan ego masing-masing dan tidak mengerti arti kebersamaan, rasa cinta kasih yang tak dapat terbayar oleh apapun
“mamah gimana si selalu sibuk-sibuk sama pekerjaan gapernah ada waktu buat keluarga” Tanya papah memojokkan
“mamah gamau bahas sekarang, mamah lelah pah” sambil berjalan ke arah kamar
“apa? lelah? Mamah hanya mentingin urusan mamah sendiri shoping, arisan, emang mamah fikir gak butuh duit, papah tuh kerja untuk kalian semua” menghampiri dengan memegang tangan mamah
“mamah juga kerja untuk menuhin kebutuhan kita, gajih papah gak cukup untuk Menuhin kebutuhan kita sehari-hari” jawab mamah dengan nada tinggi
“stiap hari selalu sepeti ini, papah bosan, kalo begini papah gak kuat” tegas papah yang terbakar amarah
“terus mau papah apa? Cerai?” jawab mamah tanpa berfikir
“oke kalo itu mau mamah, setelah rangga pulang dari rumah sakit kita urus perceraian kita” dengan berat hati papah menyetujui itu semua karna saling mempertahankan ego masing-masing
***
Mentari pagi menyinariku yang membuat ku terbangun dari lelapnya angan-angan mimpi indahku sungguh pagi yang indah dengan butiran embun di samping tempat tidurku yang selalu membuatku siap terjaga hingga pagi berganti malam, tanpa bosan senyum ku tak dapat ku tahan, hatiku sungguh gembira ketika membuka mata daari samping ku di kejutkan dengan sosok gadis berambut panjang memakai baju cerah biru muda yang indah sejauh mata memandang, tanpa berfikir panjang ku tarik tangannya dengan lembut
“edria kamu sudah datang” sapaku dengan tersenyum gembira
Senyum berganti airmata, rahma yang sedang menyiapkan sarapan dan menata bunga mawar segar yang sudah ada tersimpan meja di rumah sakit sontak terkejut moment yang sudah lama di tunggu semua berubah menjadi kelabu dan membuat nafasnya serasa sesak dan bertanya dalam hati siapa sosok edria yang di maksud kekasih hatinya karna bukan namanya yang ada di benak kekasihnya, namun tak ingin merusak suasana bahagia ini rahma hanya memilih untuk tetap berusaha tersenyum
“hei bawel ganteng, ini aku rahma” dengan senyum ramah rahma mencubit hidungku
“auh, sakit pesek” teriakku manja kepadanya
“biarin, aku kangen kamu bawel, nih aku bawain makanan, pasti kamu bosenkan makan makanan rumah sakit” rahma memelukku erat
“hmmm…harum pasti bubur buatan nek Dea ya deket warung sosis, tuh yang pipinya cabi” jawabku menebak
Entah apa yang kurang dari sosok rahma, gadis yang dulu sangat ku cinta namun kini terasa asing bagiku seiring berjalannya waktu karna perhatian edria kepadaku membuatku nyaman dengannya
“iih…kok bawel tau” melihatku tak merespon rahma memegang tanganku manja
“iya tau dong, tuh nenek-nenek lucu betah aku kalo di sana” jawabku mengingat kembali ketika berkumpul bersama kawan
“iih pesek suka sama nenek-nenek ya?” jawabnya meledek
Di sisi lain mamah dan papah ku datang untuk melihat keadaan ku walau dalam keadaan sibuk mereka sepakat untuk menunda pekerjaannya, dengan ego yang masih melekat pada keduanya pertengkaran itu tetap tak dapat terelakkan pertengkaran yang terjadi bahkan ketika ku sedang terbaring lemah di rumah sakit
“pokonya mamah gamau tau, kita harus keliatan akur depan rangga mamah gamau rangga tau kita akan bercerai” mamah turun dari mobil sambil menyiapkan payung
“tapi cepat atau lambat rangga akan tau semua ini” papah membuka pintu mobil
“kenapa papah selalu membesarkan masalah? Mamah lelah” Tanya mamah
“papah membesarkan masalah? Kamu sebagai ibu sudah tidak perhatian ke anak dalam keadaan anak sakit malah minta cerai, kita bahas ini lagi nanti jangan di rumah sakit” jelas papahku tegas
Walau ini kedua kalinya mamah dan papah menjengukku namun karna papah sibuk bisnis dengan kolega di luar negri dan mamah sibuk menjadi pengusaha imprt export membuat papah dan mamah kebingungan karna sibuk dengan pekerjaan masing-masing yang kemudian di sambut suster rani yang selama ini merawatku
“mohon maaf ada yang bisa saya bantu? Bapak dan ibu seperti kebingungan?” Tanya suster
“ iya saya mencari kamar mawar nomor 29 pasien rangga di sebelah mana mana ya sus?” jawab mamah
“owh ibu dan bapak lurus ajah terus terus belok ada tangga belok kanan terus belok kiri” jelas suster
“makasih ya pak” jawab mamah
Ayah hanya terdiam beribu kata dalam hatinya hanya memfikirkan keadaanku, karna akulah satu-satunya alasan mengapa ayah rangga tetap bertahan walau dengan ego masing-masing…tiba-tiba
“rangga?” Peluk hangat dari kedua orang tua ku
“mamah, papah ko baru datang? Aku kangen kalian” membalas pelukannya dengan erat
“maaf ya mamah baru bisa jenguk lagi, terakhir mamah jenguk kamu masih koma mamah ada urusan mendadak yang penting jadi gabisa di tinggal” penyesalan nampak di mata mamah
“papah juga minta maaf ya, hampir sebulan papah di luar negri bareng rekan bisnis papah jadi gak sempet liat keadaan kamu” sambil memelukku
“hmmm…maafin gak yah, eh jadi lupa mah, pah kenalin nih rahma temen deket aku” jawabku meledek mencairkan suasana
“hay om, tante” sapa rahma gugup sambil memberi salam mencium tangan kedua orang tuaku
“owh jadi kamu yang slalu jenguk rangga setiap hari membawa mawar dan makanan, makasih ya kamu sudah perhatian sama anak tante, jadi ngerepotin ya pah” mamah tersenyum Nampak bahagia
“tapi tan…” rahma bingung siapa gadis yang di maksud ibuku, ketika ingin bertanya…
“Udah kamu temenin rangga ya, kalo gamau mium obat jewer ajah kupingnya” mamah bercanda mencubit pipiku
Di balik kaca pintu rumah sakit edria hannya tersenyum menyaksikan kebahagian itu semua, bahkan sebelum semua datang edria selalu datang lebih awal mendampingiku bahkan sebelum aku bangun, walaupun baru saja ku kenal dengan edria namun edria nampak lebih perhatian dari keluarga dan teman-temanku sungguh perhatian yang tulus luarbiasa dari seorang gadis yang baru di kenal dan tanpa pamrih
***
Di lain sisi pak zainal wali kelasku sedang mengurus nasib murid-muridnya termasuk aku murid yang sering berbuat onar di sekolah, mendengar kabarku yang sudah membaik tanpa pamrih pak zainal memperjuangkan agar aku dapat mengikuti ujian nasional susulan dan segera bergegas ke dinas pendidikan karna pak zainal merasa prihatin denganku yang sudah sebulan mengalami koma di rumah sakit sungguh perjuangan guru yang takan terlupakan, pembicaraan serius pun terjadi setelah kepala dinas pendidikan mempersilahkan wali kelasku pak zainal duduk setelah mengucapkan salam perkenalan dan memulai pembicaan
“begitu pak kejadiannya jadi saya sangat meminta kebijakan bapak karna satu murid saya mengalami kecelakaan dua hari sebelum ujian nasional, dan koma selama satu bulan” pak zainal mengajukan permohonan dengan harap-harap cemas
“tapi pak murid bapak sudah telat satu bulan lebih tidak ikut ujian nasional, sangat sulit untuk mengabulkan permintaan bapak karna semua berkas-berkas sudah terkumpul” jawab kepala dinas pendidikan menerangkan ke wali kelasku
“saya sangat mohon kepada bapak, saya akan mengurus segala sesuatunya demi murid saya” pak zainal mengajukan permohonan
“tapi pak saya benar-benar tidak bisa” jawab kepala dinas pendidikan
“jika perlu saya akan mempertaruhkan jabatan saya sebagai guru, tolong bapak pertimbangkan kembali” pak zainal dengan besar hati mengatakan semua ini dengan mempertaruhkan pekerjaannya
melihat ketulusan dan kegigihan seorang guru yang mempertaruhkan jabatannya sebagai seorang guru demi seorang murid membuatnya merasa luluh, ia teringat sebelum ia sukses ia adalah murid yang sangat nakal, pemalas, dan ceroboh berkat perjuangan gurunya lah ia menjadi sukses hingga sekarang ini tanpa guru yang membimbing mungkin saya bukan siapa-siapa sekarang setelah lama berfikir “tapi…huft, baik saya akan mengabulkan permintaan bapak tapi” sambil berfikir
“Tapi apa pak? Saya akan menyanggupi semua persyaratannya” Tanya pak zainal
“jangan pernah berhenti berjuang untuk menjadi guru yang terbaik untuk murid-murid dan mencetak generasi muda yang gemilang, pasti anak murid bapak akan merasa sangat bangga memiliki guru sekaligus wali kelas seperti bapak” jawab kepala dinas pendidikan yang bangga karna sikap pak zainal
“trimakasih banyak pak bapak atas semua penertiannya” sambil berjabat tangan
“ya sama-sama pak, nanti smua akan saya urus untuk persiapan ujian nasional anak murid bapak, bapak tak perlu cemas” jawab kepala dinas pendidikan kagum
***
Hidup memang tiada yang sempurna, satu masalah selesai masalah baru muncul. di hadapan rangga kedua orang tuanya nampak tiada masalah namun pertengkaran kembali terjadi ketika kedua orang tua rangga kembali kerumah selepas menjenguk putranya rangga dan selalu begitu setiap harinya
“mamah lihat tadi rangga di rumah sakit?” sambil menatap mata mamah
“iya mamah lihat emang kenapa?” mamah balik bertanya
“itu semua karna mamah gak pernah merhatiin rangga anak kita, bahkan rangga sakit mamah tidak tahu sebagai ibunya” papah memejamkan mata dan menghembuskan nafas menahan rasa amarah
“rangga anak kita berdua, tanggung jawab kita berdua, bisa gak si papah gak selalu melimpahkan masalah ke mamah? Mamah cape berantem terus sama papah” jawab mamah menahan air mata
“mamah memang tidak pernah berubah, papah pertahanin keluarga kita karna papah sayang sama mamah dan anak kita rangga, sekarang semua terserah mamah kalau mamah cape dengan semua ini kita akhiri semua, lusa papah akan mengurus berkas perceraian kita, itu kan yang mamah mau mungkin kita sudah tak ada kecocokan” papah membalikkan badan
Suasana berubah hening, papah melangkah pergi dengan berat hati namun langkahnya terhenti karna mamah yang tak kuasa menahan air mata berlari menarik tangan papah
“papah mamah minta maaf, mamah terlalu egois sampai-sampai lupa akan kewajiban mamah sebagai ibu rumah tangga papah boleh marah, hukum mamah mamah terima asal keluarga kita tetap utuh cuma papah yang mengerti mamah, mamah sayang papah” tangisan pun tak terbendung membasahi pipi mamah
“mamah tahu kan sifat papah, papah tidak pernah kasar sama mamah jadi tidak mungkin papah lakuin itu semua ke mamah dan papah tidak akan pernah minta pisah sama mamah kalau mamah tidak minta, tapi papah juga tidak akan mencegah kalau mamah yang minta berpisah, papah sayang mamah tak mau kita pisah, mamah ingat saat kita masih di bawah belum punya apa-apa? kita ujan-ujanan berdua di motor? Papah tidak akan lupa semua kenangan bersama mamah, secantik apapun bidadari di luar sana papah tidak akan berpaling hanya mamah yang ada di hati papah, tapi kenapa mamah tidak pernah sadar akan itu semua? Mamah tidak pernah ada waktu untuk keluarga terutama untuk menjaga rangga anak kita” papah menagis memeluk mamah
“iya pah sekali lagi mamah minta maaf, mamah khilaf mamah juga gapernah lupa saat itu papah pegang tangan mamah karna papah sayang kan sama mamah, mamah juga sayang banget sama papah, papah dari dulu emang paling bisa gombal” tangisan dan kebahagia nampak terpancar dari wajah mamah
“papah juga minta maaf ya yang selalu membuat mamah gak nyaman, tapi ini semua papah lakuin buat kita bersama, karna papah sayang sama mamah” papah memandangi mamah dan memeluknya erat
Tiada batu yang tidak retak, tiada kaca yang tak pecah, dan tiada masalah yang tidak dapat di selesaikan, jika masalah masih dapat di selesaikan dengan kata-kata maka jangan pernah malu untuk meminta maaf terlebih dahulu, mengalah bukan berarti kalah mengalah untuk menguji seberapa kedewasaan dan tingkah laku kita, terbukalah dengan pasangan mu jika ada sesuatu yang membuat mu tidak nyaman dan kamu tidak suka darinya karna suatu hubungan harus untuk saling terbuka dan mengemukakan pendapat untuk saling mengintrospeksi kesalahan kita masing-masing agar setiap permasalahan dapat di temukan penyelesaiannya, dan jangan pernah lari dari masalah karna masalah tak akan pernah selesai dengan sendirinya dan akan semakin menumpuk jika tidak pernah di selesaikan

Awal BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang