BAB1: tentang keteganganku

115 10 1
                                    

Siang itu

"HAAAAAAA..."

Tepatnya pukul 11.29 teriakanku memecahkan keheningan, keheningan di dalam hati, otak, dan fikiranku yang tak ku sangka bukan hanya keheningan di alam bawah sadarku sendiri tapi keheningan di sekelilingku juga menjadi ramai. Mereka berlari berhamburan mencari kebisingan yang ku perbuat, entah seberapa bodohnya diri ku sampai tak sadar sedang memakai baju muslim yang menandakan yang lain sedang shalat jumat

ketegangan memuncak saat hal yang ku perbuat membuat yang lain mencari darimana suara itu berasal, hal yang tak pernah ku bayangkan tiba saatnya hal yang membuat ku berlari kocar-kacir bagai banci di kejar satpol PP, Setelah merasa lelah karna berlari cukup jauh ku putuskan hanya duduk termenung di warung samping sekolah tempat dimana aku biasa nongkrong sambil bercanda bersama temen-temen ku

kali ini ada yang berbeda di tempat ini aku hanya seorang diri sambil menengok kanan dan kiri mencari sahabatku sambil memastikan para warga tidak menemukannku akibat ulahku yang tadi, pada kemana bocah-bocah kataku

Sambil menunggu aku hanya bersandar di bawah pohon ceri karna kehabisan tenaga selepas lari tadi, karna lelah dan bosan menunggu ku putuskan mencari kesibukan dengan memetik buah ceri yang merah merona, kecil mungil namun buah yang sangat manis dan sering kali ku ambil buahnya di saat ku sedang sedang bosan, lain halnya dengan buah ceri yang berwarna hijau dengan tekstur yang padat berisi sering kali aku dan kawan-kawan gunakan untuk bermain perang-perangan.

Di tempat yang begitu tentram dengan suara angin yang berhembus mengenai ranting pohon membuat aku nyaman bersandar di bawah pohon yang rindang dan sejuk ini karna ku dapat melepas penat dan mencoba melupakan semua beban yang menumpuk di fikiranku seharian.

tiada terasa sang mentari perlahan meredupkan sinarnya menandakan telah lamanya aku termenung di tempat ini bersamaan dengan datangnya Noel dan kawan-kawan yang dengan sengaja berjalan perlahan mengendap-endap sepeerti maling dengan tingkah konyolnya seperti mata-mata yang sedang berusaha mencuri telur dari sarang singa walaupun singa tidak bertelur atau mengearami telur terlebih telur unta yang merupakan punuk

Dari kejauhan terlihat bayangan mereka yang berusaha menjahiliku mendekatiku dengan tingkah dan gaya konyolnya, walau tanpa bergaya konyol tampang asli mereka sudah konyol yang seketika memecahkan fikiranku, dari semua kawanku ada yang paling konyol dari yang konyol dia noel mungkin karna wajahnya yang unik dengan ciri khas yang melekat pada diri Noel dengan tampangnya jika dilihat membuat orang jengkel, sembari mengelap ingus ke lengannya Noel bertanya
"na na na pa lllu bro? Di di di di diem ajah tar kesambet lu" Tanya noel menepuk punggungku
"gu" belum sempat menjawab terpotong omonganku oleh surya dengan tampang sok serius
"temen kita yang satu ini lagi tegang" jawab surya yang sontak membuatku sangat tegang, tertegun menelan ludah seakan surya tahu isi hatiku dan membuatku salah tingkah sembari menengok kearah belakanng pandanganku teralihkan dengan Bale dengan ciri khasnya sambil mengupil seakan menggali tambang emas dan postur tubuhnya yang subur, Bale menggali dan terus terus menggali tambang emas kesayangannya dan dengan sengaja diam -diam menaruh hasil tambangnya ke arah baju noel, hal yang membuatku dan yang lain tertawa dengan ulah jahil Bale yg manaruh upil di baju noel
"eat dah sok tahu lu anak dukun" sambar bale
"jeh gak caya liat ajah muka si Rangga kaya orang sawan liat muka Noel" jawab surya

Bale dan surya tiada henti membuli Noel, Noel yang semula diam sesuai dengan julkannya pria berdasi seseorang yang berwibawa dengan gayanya yang stay cool kemudian menceloteh
"bo bo bokap lu pe pe pele du du dukun" noel mengusap ingus ke sisi bajunya
"napa si ade lu sur? Bale menoleh ke arah surya tiada henti tertawa
"kesambet lu ye? garing pele...ada yang punya receh gak? kasian nih anak belom jajan kali dari pagi" surya tertawa terbahak bagai tak punya dosa dengan gaya bicara ceplas-ceplos surya sambil tertawa lepas di bawah rindangnya pohon ceri membuat suasana makin ceria
"dah nih gue kasih recehan buat laundry tuh muka biar gak kaya orang kismin kusut, kucel kaya nasi aking" ledek ikhlas
"Parah lu anak orang di kata makan nasi aking" bale dengan gaya so bijaknya membuatku dan yang lain tertipu dengan tipu dengan tipu muslihat dan akal bulusnya
"iya dah abangnya belain, ya gak klas" jawab hadrian
"Si tampan bukan belom jajan pele" timpa bale mengedipkan mata
"trus??" tanya Apit dengan nada kepo
"noel bukan belom makan pele tiga hari" jawab bale yang sedari tadi menahan tawa
cletukan panas dari bale sambil tertawa jahat yang membuat noel geram, sambil mencibirkan bibirnya noel berkata "bo bo bodat kaau pa pa pada"

Tiada terasa bel masuk telah berbunyi menandakan keceriaan ini akan segera berakhir seiring dengan waktunya masuk ke dalam kelas. Namun pemikiraku berbeda jauh dengan kenyataan yang terjadi semua belum berakhir, di tengah perjalanan menuju kelas datang Hadrian menghampiri ku, hadrian yang menyadari perubahan di diriku yang sedari tadi hanya terdiam tak sepatah katapun terucap dari diri ku membuat Hadrian curiga
"lu napa si Rang yang laen ketawa muka lu suram amat kaya orang nahan berak" tanya Hadrian dengan gaya alaynya sambil tertawa
"selaw gak ape-ape gue" tak mau memperpanjang masalah membuatku terpaksa berbohong,
mendengar hal tersebut membuat bale dan surya menjadikannya sebagai lelucon untuk noel
"napa lu sur, muka lu pucet amat?" Tanya bale "iya nih perut gue mules, sama mau muntah" surya berakting seolah-olah dia merasakan sakit yang teramat sangat "ko bisa? Sambar hadrian "iya nih mules perut gua liat muka Noel kaya jamban" jawab surya
"Noel mangap Noel roket nail amstrong mau mendarat" Bale tertawa lepas terbahak-bahak

sambil terbahak Surya mengolok-olok Noel, melihat Bale mengupil Suryapun menghampiri bale dan berbisik ke Bale merencanaka akal jahat di benaknya "peper ke Noel Le, terus kita lari" Bale pun mendekati Noel dengan ciri khasnya sambil menaruh upil di baju Noel sambil berlari menghindar dari Noel dan akhirnya terjadi perang upil di antara Bale, Surya, dan Noel...

Awal BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang