2. Pernikahan

245 8 0
                                    

Lesty's Pov

"Saya terima nikah dan kawinnya, Andara Lesty dengan seperangkat angkat sholat dan mas kawin dibayar tunai"

"bagaimana sodara-sodara?" ucap penghulu

"SAHH"

Huffftttt... Aku menghembuskan nafas lega. Akhirnya aku dan Sandi resmi menjadi sepasang suami istri. Walaupun aku tau dia sangat tidak menginginkan pernikahan ini.

"Sandy, Lesty selamat yah kalian udah jadi suami istri, mama harap kalian bisa bahagia"

"iya ma.. Semoga, terimakasih ma" huffttt aku menghembuskan nafasku, setidaknya saat ini orangtua Sandy lah yang menerima keberadaanku.
Berkat mereka aku bisa menikah, karena saat aku meminta pertanggungjawabannya Sandy menolakku mentah-mentah, bahkan ia mengusirku dari kantornya. Untung saja saat itu orangtuanya datang untuk mengecek kondisi perusaahaan dan disitulah mereka tau kondisiku.

"gue bakal ngebuat lo lebih sengsara" Sandy menatapku tajam. Aku tau dia sangat membenciku.

"Mas, aku tau kamu gak terima dengan ini semua. Tapi aku tetap berusaha untuk jadk istri yang baik buat kamu"

"Gue gak peduli, yang penting setelah bayi itu lahir lo harus pergi dari kehidupan gue. Lo yang merusak semuanya. Lo udah ngerebut masa depan gue" hatiku sakit saat mendengar perkataan itu. Bagaimana tidak?? Aku harus menjadi single parent setelah anakku lahir. Apakah dia sama sekali tidak punya hati untuk anaknya sendiri?

Acara pernikahan sudah terlaksana. Sekarang aku dan Sandy sudah berada dikamarnya (baca: rumah orangtuanya).

"Mas,  kamu mandi dulu gih trus habis itu tidur"

"Tanda tangan disini..." aku kaget saat ia menyerahkan sebuah map berawarna hijau.

"Lo tau kan apa yang gue omongin tadi siang. Setelah anak itu lahir, kita harus pisah"
Aku berusaha menahan air mataku, aku berusaha sebisa mungkin untuk tersenyum. Kubuka map itu, kubaca satu persatu tulisan dalam map itu.
Bagaimana rasanya, menjadi istri yang sah tapi kau tidak akan mendapat hak2mu sebagai istri? Kebutuhan finansial, kebutuhan biologis? Itulah yang bisa aku tarik kesimpulan dari tulisan-tulisan itu, dan aku mengumpulkan tenagaku untuk menandatanginya.

"Apapun itu, aku tetap akan berusaha menjadi istri yang baik mas"

"apapun itu,  gue gak akan pernah peduli. Lo yang udah ngebuat rencana gue gagal, lo yang udah misahin gue dari Nadia"

Aku melihatnya yang sudah berlalu kekamar mandi, kutumpahkan semua air mataku. Begitu salahkah aku?

"sayang, kamu harus tetep kuat ya diperut Bunda. Bunda harap kamu yang bisa membuat hati ayah kamu terbuka. Bunda harap kamu yang akan menjadi pemersatu antara bunda dan ayah" aku mengelus perutku. Saat ini yang aku harapkan adalah bayiku. Aku berharap mas Sandy akan berubah pikiran saat anaknya nanti lahir dan kami akan tetap hidup bersama.

Poor WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang