2. Tukang Rusuh Baru

271 16 10
                                    

Bagian dua.

Mendingan gausah datang, daripada datang tapi buat masalah ~ Arin.

Dipikir-pikir, cewek kalau lagi PMS galaknya mirip macan betina ya? ~ Alfan.


Banyak dari anak SMA, bahkan sebagian besarnya merasa senang, apabila guru killer yang mengajar mata pelajaran rumit, pada jam pelajaran pertama sedang berhalangan hadir, karena ada urusan mendadak. Rasanya bak mendapatkan durian runtuh, terlebih jika guru tersebut setiap kali masuk selalu memberikan PR, dan PR itu belum dikerjakan. Ah, bagai terbebas dari jajahan Belanda saja, merdeka sekali rasanya. Hal itu sedang dialami oleh kelas XI IPA 1.

Mereka tengah bersorak-soray karena pelajaran fisika yang menguras otak itu akhirnya ada jamkos juga.
Mereka sudah siap-siap untuk melakukan kegiatannya masing-masing, ada yang memilih untuk tidur baik dikelas maupun di UKS, ada yang ngacir kekantin, mengerjakan tugas, berkutat dengan handphone nya, bergosip ria, atau bahkan bagi anak laki-laki, mereka memilih untuk menonton film 'anu' di pojokan kelas.

Arin, cewek itu memilih untuk membaca-baca buku pelajaran sekadar untuk menyibukkan diri.
Sedangkan kawan sebangkunya sudah ngacir ke kantin.

Sebenarnya daritadi fikirannya telah buyar memikirkan sesuatu. Ia terlalu senang dengan sikap Gilang-cowok yang tadi membelanya-terkesan manis. Sudah lama ia ingin ngobrol dengan Gilang. Tetapi sayang, baik Arin maupun Gilang, tidak memiliki bahan pembicaraan yang asyik, sehingga pembicaraan berakhir dengan sesingkat mungkin, seperti..
"Thank's ya Lang"
"Sama-sama Rin, btw gue mau balik ke kelas dulu ya"
"Oh iyaudah bye"
Satu kata yang mewakili perasaan Arin, Nyesek!.

Ntah sampai kapan Arin tetap menjadi pecinta dalam diam. Setiap saat selalu memandang dari kejauhan, selalu mendoakan yang terbaik untuk Gilang, bahkan ia sudah menjadi stalker handal yang selalu mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan Gilang, dan semua itu hanya dirinya saja yang tahu, tidak ada seorang pun yang mengetahui bahwa Arin menyukai Gilang.

Karena memang Arin pandai menyembunyikan semua itu, ia terlalu tertutup jika menyangkut percintaan. Termasuk Lita-kawan sebangkunya yang sejak kelas X setia bersamanya pun tidak tahu menahu soal itu.

Menurut Arin tak ada gunanya memberitahu kepada orang-orang bahwa ia sedang jatuh cinta. Karena ujung-ujungnya mereka bukan peduli untuk membantu tetapi hanya sekadar penasaran.

Jika tujuan dari cerita dengan orang-orang hanya untuk mendapat ketenangan dan kelegaan hati, Arin lebih memilih untuk menuliskan semuanya dibuku. Karena dengan buku, ia dapat senang, sedih, kecewa, marah atau apapun itu tanpa ada yang berkomentar.

Arin sebenarnya tidak membaca apapun, ia malah melamun, namun ditutupinya dengan buku agar tidak kentara jika ia sedang melamun. Aktivitas melamunnya terganggu oleh suara yang pasti berasal dari cacing yang demo ingin diberi makan. Anehnya, Arin tidak merasa jika suara itu berasal dari perutnya lantas ia menyingkirkan buku yang ada di hadapannya untuk mencari sumber suara.

Sesaat setelah menyingkirkan buku, Arin refleks berteriak. Dihadapannya kini ada seorang siswa yang tersenyum lebar kearahnya.

"Eh eh kenapa teriak sih"
Cowok itu menutup kedua telinganya. Pastinya akibat teriakan Arin semua orang yang berada di kelas memandang heran kearahnya.

Arin mengatur nafasnya yang tidak beraturan, asli dia kaget karena jarak cowok itu tadi hanya sejengkal dari wajahnya. Lantas Arin menatap sekelilingnya dan mengangguk di ikuti cengiran dengan maksud tidak terjadi apa-apa.

"Kampret lo!" ketus Arin kepada cowok yang berada di hadapannya ini.

"Hehe maaf" cowok itu memegangi perutnya yang lapar.

AlarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang