London, 14 Februari 1890
Untuk sang perangkai kata,
Jeon Jungkook.
Tuan, jika surat ini anda anggap sesuatu yang salah, maka tuan bisa membakarnya kapan pun.
Semua yang tertulis di sini tidak akan sehebat cerita-cerita yang anda buat, tidak akan seindah kata-kata yang tertuang, dan tidak akan seruncing pena atau sepekat suspensi berwarna hitam yang sering anda gunakan ketika mendalami imajinasi dalam bentuk frasa atau klausa.
Ini hanyalah suatu ungkapan dari seorang penggemar di antara milyaran penggemar lainnya.
Bukan sesuatu yang bersifat pujian, bukan pula kritikan yang membangun.
Kalau tuan boleh izinkan, apa yang akan saya tulis mungkin suatu bentuk puisi, tapi sepertinya mustahil.
Barangkali ini adalah pertanyaan semata. Pertanyaan awam dan klise, atau pertanyaan yang seharusnya tidak boleh ditanyakan.
Akan tetapi, tuan, saya menulis ini karena mungkin tuan ingin membacanya.
Tuan, bukankah cinta itu memang aneh?
Suatu hari kita bertemu, entah kebetulan atau mungkin memang seperti itu adanya, sampai akhirnya saya diberi kesempatan untuk bisa mengenal tuan secara langsung. Tuan boleh menganggap pertemuan itu sesuatu yang tidak masuk akal, atau dilupakan begitu saja, tapi ingatan itu akan terus melekat dalam benak saya.
Tuan, bukankah cinta itu memang tak pernah memberi sinyal jika ingin datang?
Satu minggu sejak perkenalan saya dengan tuan, waktu kembali mempertemukan. Lalu minggu-minggu selanjutnya, tuan selalu ada di hadapan saya. Kalau saya boleh berterus terang, kehadiran tuan selalu mengundang kejutan-kejutan tersendiri dan kerap kali menarik tawa.
Misal seperti ketika jamuan teh bersama sang Ratu, yang bagi saya sendiri, suatu kehormatan karena sang Ratu mau mengundang seorang pembuat jam pasir seperti saya. Seseorang yang kebetulan sangat jatuh cinta terhadap literatur dan sastra, bahkan karya megah seperti William Shakespeare dan cerita-cerita tuan.
Dan tuan ada di sana. Bersama-sama menikmati secangkir kamomil dan berbicara tentang Hamlet sampai tragedi sebuah opera.
Tuan, bukankah cinta tak pernah mengenal waktu?
Setiap malam, wajah tuan selalu mampir di mimpi saya. Atau ketika saya bekerja di toko kecil yang setiap harinya berdetik cepat, yang seringkali tuan datangi pada jam-jam senja menjelang gelap. Atau juga ketika saya menghitung gerak pasir yang jatuh, dan semakin hari saya semakin takut apakah jam dalam diri saya akan berhenti.
Tapi tuan selalu berkata bahwa saya akan baik-baik saja. Bahwa tuan mengalami hal yang sama dan dalam kurun yang lebih sering. Lucu sekali, tuan ini, sampai-sampai satu detik tanpa melihat saya pun tuan tak sanggup.
Tuan, bukankah cinta tak selalu membutuhkan jawaban?
Maka ketika tuan datang kembali ke tempat saya, memberikan jam pasir yang titik-titik halusnya berwarna ungu dan mengilap begitu cantik, lalu tuan meminta saya untuk membaliknya sampai habis hingga kerlip cincin itu berdenting manis. Tuan seharusnya tahu akan jadi seperti apa jawaban saya nanti.
Sesungguhnya, tuan tak perlu memberikan saya cincin. Ketahuilah, percayalah, bahwa perasaan tuan akan selalu saya balas. Sampai kapan pun.
Karena itu tuan, perlukah saya memberi kejelasan lebih dari rangkaian surat ini?
Sepertinya tidak.
Tanpa bertanya pun, tuan tahu bagaimana cinta itu berjalan.
Dari seseorang yang mencintai dan dicintai,
Kim Taehyung.
.
ungu, selesai.
.
.
a/n : BINGUNG WARNA NILA ITU GIMANA HAHAHAHAHA 8"D/dibuang. jadi maaf saya lewat nilanya dan langsung ke ungu, dan warna terakhir ada pelangi/eaaaaa. terima kasih sudah mampir XD
KAMU SEDANG MEMBACA
L'arc en Ciel (KookV Fancition)
FanfictionPelangi itu terbagi atas tujuh warna, bukan? . . . . BTS Fanfiction. Kumpulan drabble. KookV. Jeon Jungkook x Kim Taehyung