Bagian 01 (revisi)

249K 11.6K 311
                                    

Tak terasa sudah satu minggu berjalan setelah hari itu, hari dimana Arka dan Mora menyetujui tentang perjodohan mereka. Dan tepat hari ini juga adalah hari pernikahan mereka berdua. Terkesan terburu-buru tapi memang sebelumnya,semua persiapan sudah matang dan siap hanya menunggu dua mempelainya saja. seandainya keduanya menolak hari itu, mungkin orang tua mereka akan tetap memaksa agar Mora dan Arka menikah.

Mora sudah siap dengan kebaya putihnya. Dia sedang berdiam diri di kamarnya ditemani Aria -adik kembar Arka yang perempuan. Aria dan Mora sudah dekat, dalam waktu sehari saja. Menurut Mora, Aria itu cewek yang blak-blakan apa adanya. Dan dia suka orang yang seperti itu, tidak munafik.

"Eh eh... Tuh lihat Arka ngucapin ijab qabul." Kata Aria sambil menunjuk Televisi kamar Mora yang terhubung dengan Kamera dilantai bawah yang sedang merekam prosesi Akad nikah Mora danArka. Mora mendengarkan suara berat Arka dengan jantung yang berdegup kencang. Bagaimana tidak, setelah ini Arka akan sah menjadi suaminya.

"Bismillahirrohmanirrohim, Arka Satria Hutomo saya nikahkan engkau dengan putri saya Amoura Revania Pratama binti Revan Pratama dengan mas kawin seperangkat alat solat, 100 gram emas 24 karat dan uang tunai senilai 500 ribu rupiah dibayar tunai." Mora menantikan Arka mengikuti suara Papanya barusan dengan gugup penuh debar.

"Saya terima nikahnya Amoura Revania Pratama binti Revan Pratama dengan maskawin tersebut Tunai." Ucap Arka dengan sekali tarikan nafas.

"Bagaimana saksi Sah?" tanya sang penghulu. "SAH"

Mora menitikkan airmatanya begitu saja entah karena apa saat mendengar seruan Kompak para Saksi. Rasanya lega, berdebar, gugup bercampur menjadi satu. Aria memeluk Kakak iparnya itu dengan bahagia.

"Welcome to my family kakak Ipar" sambut Aria gembira. Bagaimana tak gembira, setelah ini dia akan memiliki saudara perempuan yang dia impi-impikan.

Tak lama pintu terbuka, disana ada Nia dan Lusi yang tersenyum menatap putri mereka. "Kok nangis sih sayang, udah... Ayuk kebawah, suami kamu sudah nunggu" Mora dituntun Lusi dan Nia, sedangkan Aria mengikuti dibelakang mereka.
Begitu dibawah, Mora sedikit terkesima melihat Arka yang tampak memukau dengan tuxedo hitam, kemeja putih, celana hitam dan pecinya lebih tampan dari yang dia lihat di layar kaca tadi.

Tak jauh berbeda dengan Mora, Arka juga tampak terkesima dengan keanggunan Mora yang berbalut Kebaya putih Gadingnya, Pas sekali membalut tubuh mungil Mora menurut Arka.

"Udah... Jangan pandang-pandangan terus. Sana disalim tangan suaminya." Kata Nia berbisik pada Mora. Segera Mora mengambil tangan Arka dan menciumnya. Dan Arka mencium kening Mora sedikit lebih lama. Jantung keduanya berdebar kencang saling bersahutan satu sama lain.

===0o0o0===

Pernikahan Arka dan Mora tidak diselenggarakan dengan meriah, hanya sebuah pesta sederhana yang dihadiri beberapa kerabat dan juga sahabat kedua orang tua mereka saja.

"Lo capek?" Tanya Arka pada Mora yang nampak kelelahan. Bagaimana tidak, walaupun hanya kerabat saja dan beberapa teman orang tua mereka, halaman belakang Rumah orang tua Mora yang bisa dikatakan Luasnya minta ampun tidak muat menampung tamu undangan.
Mora hanya tersenyum tipis dan lesu. Arka meninggalkan Mora dan berjalan kearah kedua orang tua mereka, entah apa yang dikatakan Arka pada orang tua mereka, tak lama Arka sudah kembali kesisi Mora.

"Yuk istirahat. Gue udah izin ke Mama Papa Ayah Bunda." Ajak Arka. Mereka berdua berjalan memasuki rumah menuju kamar Mora.
"Lo mandi aja dulu." Perintah Arka begitu mereka sampai didalam kamar. Mora hanya mengangguk patuh tanpa protes karena dia sudahtak memiliki tenaga lagi untuk sekedar protes. Dia mengambil piyama dan handuk yang tersampir didekat pintu kamar mandi.

Sementara Mora Mandi, Arka merebahkan tubuhnya yang juga lelah dikasur Queen size milik Mora. Tanpa sadar dia memejamkan matanya yang sudah berat dan lelah.
"Ka... Arka... Arka bangun..." Mora mengguncangkan tubuh suaminya itu. Arka mengerjapkan matanya karena terganggu dengan Mora, tak lama kedua mata itu terbuka dengan sayu. Dia mendapati Mora yangs sudah berganti mengenakan Piyama dan nampak lebih segar daripada tadi.

"Mandi gih sana. Gue udah selesai, udah gue siapin air hangat juga tadi di bak." Tanpa banyak bicara Arka mengambil pakaiannya didalam Koper kecilnya, dan segera memasuki kamar mandi Sedangkan Mora mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan hairdryer.

Setelah selesai Mora merebahkan tubuhnya di ranjangnya sambil membaca novel roman kesukaannya. Tak lama setelahnya, pintu kamar mandi terbuka, Arka mendapati Mora yang sedang membaca diatas tempat tidur. "Lo ngak tidur?" Tanya Arka yang sudah duduk disebelah Mora.
Mora mengalihkan sedikit perhatiannya kepada Arka. "Udah selesai?." Arka mengangguk. "Bentar lagi gue tidur. Gue kebiasaan harus baca dulu baru bisa tidur." Jawab Mora pada pertanyaan Arka tadi.

Tanpa berniat bertanya lebih lanjut Arka memasukkan dirinya keselimut. "Besok lo sekolah?" Tanya Arka pada Mora. Gadis itu nampak berfikir. "Ngak kayaknya, nanggung juga lusa libur. Sekalian aja ngak masuk. Kenapa Ka?"

"Ngak apa cuma ada yang mau gue omongin sama lo besok." Kata Arka sambil menatap langit-langit kamar Mora yang dipenuhi tempelan bintang bintang. Dalam diamnya Arka tersenyum tipis. ‘lucu juga’ Batin Arka geli.

Mora menutup bukunya dan meletakannya di nakas, dia mengikuti Arka masuk kedalam selimut dan merebahkan tubuhnya.
"Kenapa ngak sekarang aja?" Tanya Mora menyadari Arka belum tertidur. Arka memiringkan tubuhnya menghadap Mora. "Udah malem, besok aja."

"Tidur! Udah malam.!" Perintah Arka mutlak saat melihat Mora akan Protes. Mora membulatkan matanya lebar lebar saat Arka tiba-tiba menariknya kedalam dekapan hangat pria itu.

"Gue ngak bisa tidur kalo ngak meluk guling. Berhubung udah ada istri gue meluk lo bolehkan." Kata Arka sambil memejamkan matanya. Mora mencoba menetralkan debaran jantungnya yang menggila.
"Good night Amour" Arka mengeratkan pelukannya membuat Mora Makin dalam didekapan hangat Arka dan makin membuat Jantung Mora menggila. "You too Arka" Mora mencoba memejamkan matanya, Alunan debaran jantung Arka menemani Mora menyelami tidurnya, tak lama keduanya sudah terlelap sambil berpelukan dengan nyaman.

===0o0o0===

Too Young [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang