Aku berjalan menyusuri jalanan trotoar yang lenggang.
Kruuk kruuk
Uuugh.. aku lapar!
Kulihat di seberang jalan ada sebuah cafe, mungkin aku bisa mampir. Eh, memangnya aku punya uang?
Aku mengecek dompet ku. Aaah masih tertinggal beberapa lembar, kurasa ini lebih dari cukup.
Aku berbelok ke arah cafe tersebut dengan menyeret koperku.
Oh ya, aku pergi dari apartemen Nicole, aku tak ingin merepotkannya. Aku sudah beritahu dia dengan menuliskan surat dan kutinggal di sana.
Aku juga akan memutuskan untuk tidak lagi menggunakan kartu ponselku, aku akan ganti, jika sudah punya uang. Karena aku tak ingin orang orang terdekat ku menghubungi ku lagi.
Aku sudah putuskan akan memulai hidup dengan caraku sendiri.
Ada cahaya yang tiba tiba menyorot dari arah kiri ku. Aku menoleh dan,
Aaaaaaaaaaaaa
📖
Kurasakan tubuhku sakit sekali, terasa nyeri di bagian kaki dan tangan ku.
Aku berusaha membuka mataku perlahan. Hey, aku dimana?
Kenapa aku terbaring?
Tanganku juga terhubung dengan selang infus. Oh, kepala ku, seperti ada perban yang melilitnya.
Astagaaaaaa, aku ingat!
Cahaya itu berasal dari mobil, dan aku tak bisa mengelak, mobil tersebut menabrakku. Aku masih ingat, aku bisa merasakannya saat itu. Lalu orang orang datang mengerumuni ku, dan seorang pria menggendong ku membawaku entah kemana.
Setelah itu, aku tak ingat lagi apa yang terjadi. Hingga aku sampai disini. Yang ku yakini adalah rumah sakit.
"Hei, kau sudah sadar?"Aaah, pandanganku belum jelas, siapa pria ini?
Rambutnya pirang.
Harry?
Bodoh!
Dia itu keriting! Dan tinggi!
Well, pria ini tinggi, namun Harry lebih tinggi darinya.
Aku memegangi kepalaku, "aaaww"
"Pelan pelan, sini aku bantu" pria itu membantuku menyandarkan punggung ku.
"Thanks you" dia tersenyum.
Legaa rasanya saat pandangaku sudah jelas. Aku bisa lihat pria ini dengan jelas.
Pria pirang ini!
"Bagaimana? Sudah baikan?"
"Who are you??"
"Oh, maaf yaa. Aku orang Yang sudah menabrak mu tadi. So sorry"
"Terima kasih sudah menabrak ku. Harusnya kau tak membawa ku kesini. Harusnya, kau biarkan aku mati kehabisan darah ditempat itu juga!"
"Eh, apa yang kau bicarakan! Sungguh, believe me! Aku tak sengaja!" Aku hanya menyungingkan senyuman di sebelah bibirku.
"Hey, perutku!" Aku memegangi perutku.
"Masih utuh nona" sahutnya.
"Isinya!"
"Isinya? Maksudmu? Oh makanan? Kau lapar?"
"Tidak, isi yang ada di perutku! B-"
"Aku akan pesan makanan lewat telpon saja yaa. Don't worry, aku akan bertanggung jawab atas semua musibah ini!"
Aku tak mendengarkan, hanya satu hal! Bayiku! Bayi yang berada di dalam perutku! Dia masih ada tau tidak.
"Hei mau kemana? Kau belum sehat!" Tanyanya saat aku menyingkirkan selimut itu.
"Bertemu dokter!"
"Disini saja, biar aku yang panggilkan!" Dia menahanku, lalu keluar dan tak lama dia masuk di belakang dokter.
"Sudah boleh pulang, tapi perban yang dikepala belum boleh dilepas ya! Oh ya, jangan terlalu banyak bergerak. Baiklah, aku permisi dulu!" Dokter pria itu pun pergi.
"Dengar??"
"Apa?"
"Tenanglah disitu nonaaaa... wait..what your name?"
"Apa pentingnya nama ku?"
"Oh ayolah, aku hanya... lelah memanggil mu 'nona'!" Aku.mendegus kesal mendengarnya.
"Johanna Michelle Palvin"
"I'm Niall James Horan" kami berjabat tangan dan saling melempar senyum.
Aku kembali mengingat, kemana lagi aku harus pergi? Aku bahkan tak memiliki uang.
"Niall?"
"Yaaa" dia menyahut tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
"Kenapa kau mau menjaga ku? Kau bahkan tak mengenali ku!?"
Dia menyimpan ponselnya "aku kan sudah bilang. Aku sudah melakukan kesalahan dengan menabrak mu. Jadi aku harus bertanggung jawab untuk itu. Jelas?"
Aku menerawang jauh
Harry... seandainya saja kau berpikiran sama seperti Niall!
"What's wrong?" Dia membuyarkan lamunanku.
"Eh, haha. Oh ya, apa kau punya pekerjaan?"
"Tentu, aku ini seorang penyanyi!"
"Uuugh, maksudku, pekerjaan untuk ku!"
"Oh, haha. Kau mencari pekerjaan?" Aku mengangguk.
"Uummm. Ada!"
"Apa?"
"Menguras lautan! Hihi" aku memutar bola mataku.
"Aku serius! Aku butuh perkerjaan. Apapun, ada?. Hey, kau tak butuh pelayan? Aku mau menjadi pelayan dirumah mu! Tukang kebun juga tak masalah, chef? Tapi tak bisa kupastikan soal rasanya, tapi tak akan buruk, pencuci mobil mu barang kali, aah assisten mu. Kau itukan penyanyi.... oh pasti sudah punya ya? Apalah Niall, ada tidak?" Aku mengunyah anggur dari parselnya Niall.
"Chef mungkin! Eh kau saja tak bisa pastikan masakan mu enak. Pencuci mobil? Aku menyerahkan tugas itu pada sopir ku, assisten..? You right,aku sudah punya, aah yaaa, pelayan! Rumah ku sering kali berantakan, aku terlalu sibuk, jadi tak pernah sempat mengurus rumah. Yaa, pelayan rumah Niall! Bagaimana? Mau?"
Aku tak pernah berfikir, akan bekerja serendah ini hanya untuk bertahan hidup. Well, itu lebih baik daripada.... menjadi wanita bayaran
----
Btw, Happy birthday buat ~J
Seminggu yang lalu siih. Haha telat, bangeeet malah.
Sorry ya darling ~J
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your's [Mrs.Plavin]
FanfictionAku, kau, dan teman mu. Semua terikat jadi satu. Keterikatan yang membuatku harus memilih diantara kau atau teman mu. -Michelle Ingin ku katakan pada dunia bahwa engkau adalah milik ku -Harry Carilah gadis yang lain, karena dia itu milik ku ...