Tepat tengah malam pria itu terjaga. Ia menghela nafasnya dengan berat. Suara dalam mimpi itu merupakan suatu pertanda. Ia menoleh dan mendapati istrinya masih terlelap. Dikecupnya kening istrinya itu penuh kasih. Lalu ia beranjak mengambil air wudlu dan bermujahadah pada Tuhannya.
Keesokan harinya kepergiannya untuk bertugas keluar negeri diiringi isak tangis istrinya. Entah memang suatu pertanda seperti perkiraannya atau hanya karena hormon kehamilan istrinya yang sedang tinggi. Dengan lembut ia besarkan hati istrinya agar rela melepasnya pergi.
Pesawat lepas landas tepat pukul sepuluh pagi. Dipandanginya keindahan alam ciptaan Tuhan dengan takjub. Namun itu tak berlangsung lama karena mendadak aliran listrik dalam pesawat mati dan terjadi goncangan hebat. Dengan mantap ia panjatkan doa-doa pada Tuhannya. Ia tahu Tuhan pasti memiliki maksud mempertemukannya dengan insiden ini.
"Ya Tuhanku... tolong selamatkan hamba-Mu ini. Hamba masih ingin bertemu keluarga hamba. Aqilla, aku pasti kembali." Seisi pesawat menjadi gaduh, namun ia masih terus berdoa tanpa terusik. Tiba-tiba sebuah ledakan dahsyat membuat percikan api di tengah luasnya langit biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cawan Sang Cendekia
ChickLitKetika masa lalu saling berlomba mencuat ke permukaan, memperebutkan cawan sang cendekia yang rapuh dan sulit dijangkau. Siapa yang akan menang? Si pejuang dengan kegigihannya atau si pejuang dengan segala kreativitasnya? Pasti si pengecutlah yang a...