Pada akhirnya [Name] keluar dari kamarnya dan berada di ruangan depan bersama dengan yang lainnya selain Seven. Dengan keringat dingin bercucuran, gadis itu mencoba untuk menghindari tatapan dingin dari Jumin yang menatapnya tidak bergeming.
"Jelaskan," hanya satu kata, namun jika kata karakter berambut merah dari fandom basket sebelah, itu bisa diartikan sebagai : 'Jawab pertanyaanku sekarang juga. Karena aku absolut.'
Tidak ada yang bisa dikatakan selama beberapa saat sebelum [Name] menghela napas.
"Aku tidak tahu," hanya itu jawaban yang bisa dikatakan oleh [Name], "saat aku bangun dari pingsan, handphoneku mati dan saat aku membukanya beberapa saat yang lalu aku sudah dibawa ke chatroom tadi."
...
'Apakah alasan ini bisa digunakan?' [Name] masih memalingkan wajahnya dari Jumin yang masih menatapnya sebelum menghela napas dan menatap kearah V.
"Bagaimana?"
"Kurasa tidak masalah, lagipula [Name] juga anggota di tempat ini. Dan kurasa ia gadis baik-baik," V tampak mengangguk dan menatap Jumin yang pada akhirnya menghela napas dan menatap kearah [Name].
"Kau terlalu baik padanya V, tetapi baiklah. Lagipula kau terlanjur mengetahui tentang chat ini," Jumin duduk dengan segera di sebelah [Name] dan V duduk di depan [Name].
"Karena sekarang kau adalah salah satu anggota RFA, kurasa aku harus memberitahukan semua hal padamu," Jumin yang memulai. [Name] hanya mengangguk dan tampak mendengarkan dengan seksama walaupun sebenarnya ia sudah cukup tahu tentang apa itu RFA.
.
.
[Name]'s POV
.
.Aku mendengarkan semua penjelasan singkat dari Jumin dan juga V. Tidak begitu berbeda dari yang aku tahu. Hanya saja mereka hanya mengatur acara-acara yang diadakan oleh sekolah kami. Hanya pada taraf itu. Tetapi karena sekolah ini bahkan masih ke daftar sekolah elit, yang kulihat di internet, kurasa itu artinya pesta yang mereka selenggarakan akan sama mewahnya dengan pesta RFA sesungguhnya.
"Mengerti?"
"Ya, tugasku adalah memastikan jika orang yang akan mengikuti acara beberapa bulan lagi di sekolah akan datang kan? Memangnya acara sekolah sebesar apa sampai harus dipastikan seperti itu?" Aku menghela napas dan menatap Jumin dan V yang tampak menatapku juga.
"Setidaknya kemarin kita dapatkan cara untuk menampung lebih dari 300 orang. Karena saat itu 1D tidak dapat dipastkan akan hadir atau tidak, kekacauan benar-benar terjadi saat mereka datang," V tampak menggaruk dagunya dan tertawa. Sementara aku hanya sweatdrop mendengarnya.
'Acara sekolah apa yang sampai bisa mengundang One D*r*ction sebagai tamunya?!'
"Sebenarnya itu hanya karena tugas Rika tidak pernah kita lakukan hingga akhirnya kita tidak biasa, aku bisa meminta Asisten Kang untuk mengurusnya," Jumin tampak berbicara dengan V seolah itu adalah hal yang biasa.
"Jaehee sudah banyak kau berikan pekerjaan. Biarkan dia beristirahat," V tampak tertawa, dan aku hanya menyetujui dalam hati. Jaehee adalah bae. Dia harus dilindungi dari devil Han apapun yang terjadi, "ini sudah malam. Besok kita harus pergi ke sekolah bukan? Tidurlah, kau baru bangun dari pingsan. Pasti tubuhmu masih lemah."
V benar-benar baik, aku benar-benar kagum dengannya. Rasanya aku lebih baik meminta ayahku untuk menikahinya daripada Jumin.
...bercanda.
V menurutku lebih enak untuk dijadikan kakak laki-laki. Ia adalah kakak ideal yang selalu menghawatirkan dan menjaga seseorang dengan baik dan juga tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Stranger
Fanfiction[Name] adalah anak yang tumbuh di lingkungan dimana orang tuanya selalu saja bertengkar. Ia yang sejak kecil memiliki tubuh yang lemah selalu mendengarkan pertengkaran orang tuanya dan tidak memiliki teman selain seorang anak laki-laki yang selalu d...