Chapter 1

5.6K 70 3
                                    

Bab 1

“Terimakasih atas kerja samanya Tuan Gilbert.” Lelaki berusia sekitar 50 tahunan itu menjabat tangan seorang lelaki muda yang telah melakukan rapat bersamanya dan beberapa rekan kerjanya selama 3 jam terakhir ini. Bukan perkara mudah untuk meyakinkan pengusaha muda nan sukses ini untuk bekerja sama dengan perusahaannya.

Lelaki yang dipanggil Tuan Gilbert itu hanya mengangguk, tanpa senyum dan bahkan tanpa ucapan terimakasih kembali. Lelaki berusia 50 tahunan dan rekan-rekannya itu tak merasa heran dengan sikap lelaki muda tersebut. Ia memang terkenal dengan sikap dingin, sombong, dan angkuhnya. Semua itu karena ia telah berhasil mencapai kesuksesan di usianya yang baru 25 tahun. Ia merupakan orang terkaya di Los Angeles bahkan California, dengan berbagai macam perusahaan besar yang tersebar di seluruh Amerika bahkan di luar negeri. Ia juga memiliki wajah yang sangat rupawan dan tubuh tinggi tegap yang atletis. Jadi tidak mengherankan jika lelaki itu sangat dingin dan angkuh. Ia telah memiliki segalanya, segala yang diinginkan oleh orang-orang di dunia ini. Kesuksesan, kekayaan, kepopuleran, dan ketampanan.

Lelaki muda itu meninggalkan salah satu gedung kantornya yang terletak di pusat kota Los Angeles dan mengemudikan Lamborghini Veneno Roadsternya ke arah barat, menuju Santa Monica. Malam ini ia tidak kembali ke rumahnya di Beverly Hills melainkan menginap di sebuah hotel berbintang disana.

Sebagai seorang lelaki berusia 25 tahun yang normal, tentu saja ia memiliki sebuah kebutuhan fisik yang hanya bisa didapatnya dari seorang wanita. Biasanya seminggu sekali ia menyewa seorang wanita selama semalam untuk memuaskannya. Ia tidak sembarangan dalam memilihnya. Ia selalu menghubungi agen-agen profesional yang menyediakan wanita-wanita yang terjamin kesehatan dan kehebatannya di atas ranjang. Dan kali ini ia menghubungi Josephine Jensen, wanita paruh baya yang menurutnya sangat menyebalkan. Ia selalu bersikap sok manis di hadapannya dan menggodanya. Hell, tentu saja ia tak akan tertarik. Gadis-gadis muda nan cantik di luar sana saja ia tak tertarik, apalagi wanita tua seperti dirinya.

Lelaki itu sedikit tercengang melihat gadis yang kini berada di hadapannya. Apa benar ia gadis yang akan bermain dengannya malam ini? Dia bahkan sama sekali tidak terlihat seperti wanita murahan malah seperti wanita berkelas. Bukan, bukan wanita lebih tepatnya, tapi gadis, karena sepertinya ia masih sangat muda, mungkin 16 tahun. Lelaki itu kembali melihat nomor yang ada di depan pintu, memastikan bahwa ia tidak salah mengetuk pintu. Dan benar ini memang kamar nomor 417 dan itu berarti ia tidak salah kamar. Atau jangan-jangan gadis ini yang salah masuk kamar?

Lelaki itu kembali mengalihkan pandangannya kepada gadis itu. Gadis itu mempunyai mata abu-abu yang besar, bibir yang merekah bagaikan cupid panah, rambut coklat lurus yang panjang, dan tubuh yang langsing. Demi Tuhan, gadis ini sangat mirip dengan boneka? Boneka? ah entahlah, lelaki itu tak mengingat apa nama boneka cantik yang sangat diidamkan perempuan-perempuan di dunia ini.

Lelaki itu tersentak saat tiba-tiba gadis di hadapannya memanggil namanya. Nama depannya!!!

Seumur hidupnya, tidak ada orang yang berani memanggilnya dengan nama depannya, kecuali keluarganya tentu saja. Semua orang memanggilnya Tuan Gilbert karena mereka sangat menghormatinya dan takut padanya. Tapi gadis ini....

“Kau memanggilku apa?” tanya lelaki itu memastikan.

“Justin. Namamu Justin Gilbert kan?”

Belum sempat Justin menjawab, gadis itu sudah menariknya masuk dan menutup pintu di belakangnya. Gadis itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya. “Hai Justin. Aku Eleanor Jensen, biasa dipanggil Elli.”

Jensen? Apa dia anak perempuan Josephine? Tapi dia sama sekali tidak mirip dengan wanita paruh baya itu.

“Ngomong-ngomong tanganku sudah pegal.” Gadis itu melirik tangannya yang masih terulur. Justin menarik napas lalu menjabat tangan gadis tersebut. Gadis itu kembali tersenyum lalu mengambil tas kerjanya yang masih dipegangnya. Ia membiarkannya membawa tas kerjanya dan menaruhnya di atas meja. Gadis itu kembali ke hadapannya lalu membuka kancing jasnya? Gadis ini sedang menggodanya atau apa?

BABYDOLLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang