Chapter 2

3.2K 69 2
                                    

And when the daylight comes I’ll have to go

Dan ketika pagi menjelang, aku harus pergi

But tonight I’m gonna hold you so close

Tapi malam ini aku kan mendekapmu erat

Cause in the daylight we’ll be on our own

Karena saat pagi datang, kita kan berpisah

But tonight I need to hold you so close

Tapi malam ini aku harus mendekapmu erat

Here I am staring at your perfection

Di sini aku menatap kesempurnaanmu

In my arms, so beautiful

Dalam dekapanku, begitu cantik

The sky is getting back, the stars are burning out

Langit mulai terang, cahaya bintang mulai pudar

Somebody slow it down

Seseorang, perlambatlah waktu

This is way too hard, cause I know

Ini sangat berat, karena aku tahu

When the sun comes up, I will leave

Ketika mentari tiba, aku kan pergi

This is my last glance that will soon be memory

Inilah terakhir kali kan kulihat dirimu, dan akan segera jadi kenangan

(Maroon 5 – Daylight)                                            

            Sudah satu jam Eleanor mencoba untuk memejamkan matanya, namun ia tak juga dapat tidur. Pikirannya masih melayang-layang memikirkan kejadian tadi. Apa yang baru saja Justin lakukan padanya? Dan mengapa ia meminta maaf sebelum melakukannya?

            Eleanor memiringkan tubuhnya, menghadap ke arah Justin. Demi Tuhan, lelaki ini sangat tampan. Dia bagaikan pangeran yang selama ini diimajinasikannya dalam dongeng-dongeng yang dulu selalu diceritakan oleh ibunya sebelum tidur. Eleanor memandangi wajah lelaki yang tengah tertidur itu. Dia sangat manis jika tertidur seperti ini, seperti bayi yang tidak berdosa. Mata gadis itu beralih pada bibir lelaki itu. Bibir itu telah menjelajahi setiap inchi tubuhnya. Lalu pandangannya turun ke bawah. Gadis itu bisa melihat banyak sekali tato di tubuh dan kedua lengan lelaki itu. Ia tadi sempat melihat ada tato juga di kedua kakinya. Ia mengira-ngira mungkin ada 30 sampai 40an tato di tubuh lelaki itu.

            Justin membuka matanya karena merasa diperhatikan. Sebenarnya dari tadi ia juga belum tidur. Eleanor terkejut karena Justin tiba-tiba membuka matanya.

“Mengapa kau memerhatikanku seperti tadi?” Tanya Justin.

Eleanor menggigit bibir bawahnya, gugup, membuat Justin ingin sekali mencium bibir itu lagi. Pipi Eleanor memerah dan ia sedikit ragu untuk menjawabnya.

“Kau sangat tampan. Seperti pangeran yang ada di dalam dongeng. Dan tubuhmu sangat bagus,” Eleanor melirik tubuh Justin yang hanya ditutupi selimut dari pinggang sampai kakinya. “Dan aku menyukai tato-tato itu.”

Justin sedikit tersenyum. Gadis ini benar-benar sangat menggemaskan.

“Mengapa kau tak tidur, hm?”

“Aku tak bisa tidur. Aku punya satu pertanyaan untukmu. Apa yang kau lakukan tadi? Aku benar-benar tak tahu. Orangtuaku tak pernah memberitahuku ada permainan seperti itu.”

BABYDOLLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang