Chapter 4

2.4K 72 6
                                    

“Tuan, anda mempunyai pertemuan dengan perusahaan Tuan Aarons sekarang,” wanita muda itu berkata kepada bosnya yang seusia dengannya. Namun bosnya itu sepertinya tidak mendengarkannya. “Mereka sudah menunggu anda selama satu jam, tuan,” wanita muda itu kembali berkata, namun bosnya tetap tidak menjawabnya. “Tuan Gilbert?” kali ini ia meninggikan suaranya.

            Justin kaget dan tersentak dari lamunannya hingga kepalanya terbentur vas bunga besar di sampingnya. Ia mengusap keningnya lalu menatap garang pada wanita itu. “Apa?” Wanita muda bernama Sarah yang merupakan sekretarisnya itu menelan ludahnya. Mata coklat madu itu seolah seperti mata harimau yang siap untuk mencabik-cabiknya hidup-hidup detik itu juga.

“Aa-anda mempunyai rapat sekarang, tuan. Dd-dan mereka sudah menunggu anda sedari tadi,” Sarah berkata dengan gugup.

“Mengapa kau tidak mengetuk pintu?” Justin menyipitkan matanya. Sarah sedikit melangkah mundur karena tatapan itu. Sungguh ia merasa takut berada di bawah tatapan yang menindasnya itu.

“Sebenarnya saya sudah mengetuknya sebanyak delapan kali dan sepertinya tuan tidak mendengarnya,” ia berkata dengan lirih.

Justin menghela napas dan mengusap wajahnya. Sial, dia memikirkan gadis itu lagi. Mengapa gadis itu tidak mau pergi dari pikirannya sedetikpun? Sungguh ini sangat menyiksanya. Ia selalu berusaha untuk mengalihkan pikirannya dari gadis misterius itu. Namun semakin ia berusaha untuk tidak memikirkannya, semakin sering gadis itu muncul dalam pikirannya bahkan mimpinya.

“Batalkan pertemuan itu,” Justin berkata sambil masih memejamkan matanya dan memijat keningnya. Gadis itu benar-benar membuatnya frustasi.

“Tapi tuan, mereka sudah menunggu selama satu jam dan…..”

“Aku bilang batalkan! Atau kau mau kupecat?” Justin kembali membuka matanya dan menatap Sarah tajam, membuat wanita itu merinding dan tidak bisa menemukan suaranya untuk beberapa detik.

“Tidak tuan. Tentu saja tidak. Baik tuan, akan saya batalkan.”

“Sekarang pergilah.”

“Baik tuan.”

Sarah mengangguk patuh dan segera pergi dari hadapan tuannya yang menurutnya seperti psychopath tampan.

“Apa yang telah kau lakukan padaku, Eleanor Jensen? Mengapa aku sangat merindukanmu dan penasaran denganmu?” Justin berkata dengan gemas dan mengacak rambutnya. Ia segera berdiri dan pergi meninggalkan gedung kantornya. Ia tahu sekarang masih jam setengah tujuh malam dan ia masih mempunyai  dua rapat lagi tapi entahlah ia tidak peduli. Lagipula ia yakin pasti perusahaan-perusahaan itu akan tetap memintanya untuk bekerja sama dengannya. Jika tidak pun, ia tak akan rugi karena masih banyak perusahaan-perusahaan lain yang mengantri untuk bisa bekerja sama dengannya. Ia benar-benar sudah tidak bisa menahan kerinduan itu lagi. Dua minggu ini benar-benar menyiksanya dan ia harus segera bertemu dengan gadis itu, sekarang juga!

“Aku membutuhkannya malam ini. Kau tidak pernah menggunakannya untuk lelaki lain kan?” Justin kini sudah berada di salah satu kamar hotelnya. Ia kembali menghubungi Josephine.

“Seperti yang anda inginkan, tuan. Dia hanya milik anda.” Pagi itu, setelah ia meninggalkan Eleanor, ia segera menelepon Josephine, memintanya untuk tidak menggunakan gadis itu untuk orang lain. Tentu saja Josephine setuju karena lelaki itu akan tetap membayarnya setiap hari bahkan sepuluh kali lipat walaupun ia tidak menggunakannya.

“Bagus. Antarkan dia sekarang. Aku sudah disana. Di kamar nomor 9718.” Justin segera mematikan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Josephine. Dia memang selalu seperti itu.

***

“Aku ingin mengajakmu jalan-jalan,” kata lelaki itu setelah ia ‘mengusir’ Josephine.

BABYDOLLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang