When I see your face, There's not a thing that I would change
Saat kulihat wajahmu, Tak ada sesuatupun yang berubah
'Cause you're amazing, Just the way you are
Karna kau mempesona, Kau apa adanya
And when you smile, The whole world stops and stares for a while
Dan saat kau tersenyum, Dunia berhenti berputar dan memandangimu sebentar
'Cause girl you're amazing, Just the way you are
Karna gadis kau mempesona, Kau apa adanya
(Bruno Mars – Just the Way You are)
“Masih banyak pertunjukan di sini Elli. Kau mau melihat apa lagi?” kata Justin setelah mereka melihat permainan drum. “Lihatlah ada penyanyi, penari hip-hop, pemain gitar klasik, dan oh ada badut.” Namun gadis itu hanya diam.
“Mengapa dari tadi kau diam saja? Kau tidak suka melihat permainan drum?” Tanya lelaki itu lagi. Eleanor menggeleng.
“Atau kau masih marah padaku?” Justin bertanya dengan khawatir. Eleanor menggeleng lagi. “Jadi kau kenapa?”
Eleanor menggigit bibir bawahnya. “Sebenarnya aku lapar.”
Bibir Justin berkedut. Ia menahan tawanya. Jadi gadis ini sedari tadi diam hanya karena lapar? “Mengapa kau tidak mengatakannya dari tadi? Kita kan bisa makan dulu sebelum melihat permainan drum.” Justin segera menarik tangan gadis itu menuju restaurant terdekat.
“Kita mau kemana?” Tanya Eleanor. “Tentu saja ke restaurant,” jawab lelaki itu. “Kita pulang saja ya?”
Justin menghentikan langkahnya. “Pulang? Sekarang baru jam sembilan, Elli.” Eleanor menggigit bibir bawahnya lagi. “Umm.. Justin, sebenarnya aku tidak punya uang untuk membeli makanan.”
Justin mengerutkan keningnya. Bukankah jika seorang gadis pergi dengan seorang lelaki biasanya gadis itu meminta makan di restaurant mewah dan bahkan meminta belanja kepada sang lelaki dan tentu saja memintanya untuk membayarnya? Tapi Eleanor, mengapa ia tidak seperti itu?
“Tenang saja Elli. Aku yang akan membayarnya”
“Tapi aku tak pernah meminta kepada orang lain. Orang tuaku melarangku.”
“Kau tidak meminta. Aku yang dengan suka rela memberinya.”
“Tapi aku tak melakukan hal apapun, Justin. Maksudku, untuk bisa mendapatkan uang, kita harus bekerja dulu. Apa yang bisa kulakukan untukmu?”
“Menemaniku jalan-jalan, itu sudah cukup.”
“Tapi itu bukan pekerjaan, Justin.”
Justin memutar bola matanya gemas. “Sudahlah. Intinya malam ini aku yang traktir. Ngomong-ngomong aku kelaparan juga.” Lelaki itu memegangi perutnya dramatis dan berpura-pura sangat kelaparan, membuat gadis itu tertawa dan mencubit perutnya. “Aw!” Justin menjerit.
***
“Elli?” Justin memanggil gadis di hadapannya itu. “Ya?” gadis itu mengangkat kepalanya sambil masih mengunyah baconnya. Mereka makan di salah satu restaurant outdoor di sana, di bawah sebuah pohon dengan lampu-lampu kecil berwarna biru yang melilit seluruh batang pohon tersebut. “Aku boleh bertanya sesuatu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
BABYDOLL
FanfictionKisah tentang seorang gadis polos nan lugu yang diperlakukan semena-mena oleh bibinya di rumahnya sendiri. Suatu saat bibinya menjebaknya menjadi seorang bi*ch. Namun pria pertama yang menidurinya itu jatuh cinta kepadanya dan menyelamatkannya. Tent...