chapter two

233 8 0
                                    

“Mencari ku?” sesaat ku mencari ternyata dia sudah berada di hadapan ku dengan senyum yang menusuk hati. Wajahnya putih pucat, badannya mungil disertai paras cantik dengan mata bulat bagai bola bekel berwarna sangat hitam, walaupun saat ini dia sedang tersenyum akan tetapi tatapannya kosong. Sontak aku menoleh ke bawah sekedar memastikan apakah dia benar – benar mahluk hidup seperti ku, kakinya menyentuh ubin aula sesuai dengan apa yang aku harapkan. “Jika kau tertarik, maka kemari dan lihatlah.” Katanya sambil berlahan menjauhi ku  di tengah hiruh pikuk aula kala itu.

                11C pelang yang tertulis tepat di ujung atas dari pintu kelas yang kini berada di hadapanku, yah inilah kelas baru ku dalam tahun ajaran baru ini aku masuk kedalam kelas ini dengan ditemani beberapa orang yang tak ku kenal. Yaah teman – teman ku saat kelas 10 sebagian besar berada di kelas 11A dan tentunya kelas 11A berada sangat jauh dari kelas ini. Aku memasuki ruangan kelas dengan langkah yang mantap, berharap akan menemukan teman yang mengasyikkan seperti tahun lalu. Pandangan ku tertuju pada sorang siswi yang duduk pada bangku di sudut belakang kelas ini, yah dia adalah orang yang tadi! Orang misterius dengan aura yang mengerikan !! segera aku arahkan langkah kaki ku menuju tempat yg tepat berada di sampingnya. Yap aku putuskan untuk duduk disini disebelahnya dan mengawasinya dari dekat. “Tak kusangka kita akan bertemu lagi disini. Kau benar – benar menginginkan ku kan?” ucapnya dengan pandangan kosong lurus kedepan. “Ingin kutunjukkan sesuatu yang menarik? Kelak kau akan mengetahuinya ketika kau merasakan apa yang kurasakan, dan lagi akan kubuat kau merasakannya.” Kini dia berbicara dengan menghadapkan wajahnya kepada ku berhiaskan segaris senyum di bibirnya. Kelas hari ini berakhir dengan sejuta tanya dalam benakku, apa yang dia maksud dan apa yang ia ingin tunjukkan padaku?

Sebulan berlalu semenjak hari itu, dan selama sebulan penuh pula tak sekalipun suara terlontar dari mulutnya. Yah, dia tak pernah berbicara dia bahkan lebih memilih untuk menulis apa yang ia ingin katakan, untuk menjawab sesuatu yang menurutnya penting untuk dikatakan. Bahkan ia tak pernah berdiri sesenti pun dari tempat duduknya. Tingkahnya membuat ku bertanya, apa yang kini ia rasakan? Apakah gadis ini mengalami gangguan mental? Entah lah.

                “Maukah kau menjadi kekasih ku?” pernyataan seorang siswi sekelas dengan ku yang dengan frontalnya mengatakan kalimat penuh arti di hadapan ku, sejenak aku berfikir untuk siapa kata – kata itu ditujukan dan kusadari bahwa dia serius mengatakannya kepadaku mengingat hanya ada ayu yang tersisa di dalam kelas, walaupun mungkin ayu tak mendegarnya tak menutup kemungkinan dia mendengarkannya dengan seksama, tak ada satupun yang mengetahui sifat ayu sejauh ini. “Fey, Feyrent? Apa yang kau katakan? Apa kau serius?” Balas ku pada gadis bermata empat ini.

gadis pendiam dan pembunuhan misteriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang