Kalau kamu nanti melihatku tak bisa berkata apa-apa lagi ketika melihatmu lagi, jangan bertanya. Itu hanya aku yang terlalu bahagia
- namarappuccino
---
"Tan, sebenernya Refan sakit apa tante?" Tanyaku sambil menatap lirih wajah pucat Refan.
Fian berada di sampingku sedaritadi hanya diam karena terlalu terkejut dengan keadaan Refan sekarang.
"Sejak kecil Refan mengidap penyakit anemia, dan tiba-tiba kata dokter tadi bahwa Refan penyakitnya bertambah parah dan mengakibat kanker darah."
"Tapi Refan bakal baik-baik aja kan tante?" Aku bertanya seakan-akan bahwa aku ketakutan kehilangan Refan, tapi memang itu yang aku rasakan.
"Tante belum tau pasti, Ra." Tante Ira menjawab dengan senyum lirihnya.
Aku hanya bisa mengangguk dan berdoa di dalam hati bahwa Refan akan baik-baik saja.
Fian akhirnya datang juga setelah menunggu lama untuk membawakan makanan untuk tante Ira dan keluarga yang ada di ruang ICU. Sekilas aku bisa melihat senyum kecutnya saat menatap tubuh Refan yang lemah.
"Ra, ikut gue dulu yuk keluar." Fian mengajakku keluar, sepertinya ada hal penting yang harus dibicarakan.
Aku melangkah keluar mengikuti langkah Fian yang luas, dia seperti terburu-buru dan gelisah.
"Ini tentang lomba kita nanti, Ra." ucapnya yang membuatku heran.
Ada apa dengan lombanya?
"Kalau keadaan Refan gini terus, kita terancam ikut lomba dengan jumlah dua orang. Cuma lo sama gue." Lanjutnya lagi menjelaskan.
Aku tidak bisa befikir untuk sementara, memikirkan apa yang baru dikatakan oleh Fian barusan.
"Tapi kita menyiapkannya bertiga, Yan. Gak mungkin kita ngebiarin Refan gak ikut lomba. Gue gak bisa ngebiarin itu."
"Kita cuma bisa berusaha dan berdoa, Ra. Kita gak tau nanti kedepannya kayak gimana." Katanya dan langsung pergi entah kemana meninggalkanku.
"Aku mohon Refan cepat sembuh..." Lirihku pelan.
*
*
*"Refan belum bisa masuk sekolah, Ra." Lirih Tante Ira padaku setelah seminggu Refan dirawat di rumah sakit.
Selama seminggu ini aku dan Fian tidak melanjutkan persiapan untuk lomba, yang kami lakukan hanyalah bolak-balik rumah sakit untuk membantu Tante Ira dan keluarganya.
"Ra, kita harus pulang, udah malem. Besok masih sekolah loh." Fian tiba-tiba menepuk pundakku dan mengajakku untuk segera pulang.
Aku hanya menjawab dengan anggukan kepalaku saja.
"Tante, kita pulang duluan ya." Kataku sambil menghampiri Tante Ira yang sedang suduk di sofa dan langsung pamit padanya.
"Hati-hati ya di jalan." Sahut Tante Ira sambil tersenyum tipis.
Aku tidak enak hati setiap harus meninggalan Tante Ira di rumah sakit, karena terlihat dari raut wajahnya bahwa Tante Ira.
Dalamwaktu cukup lama aku dan Fian sama sekali tidak berbicara dalam perjalanan menuju tempat parkir di Rumah Sakit. Otak dan Hati kita sama-sama sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hingga sesampainya aku dan Fian di tempat parkir, Fian menepuk pundakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone
Novela JuvenilSendiri. Kata yang pantas untukku. Aku tidak memiliki seseorang. Walaupun banyak orang di sekitarku. Tapi mereka tidak pernah menganggapku. Aku selalu bertanya pada diri sendiri. Apakah dia juga tidak sadar akan keberadaanku seperti yang lain? Dan a...