2.

17 0 0
                                    

Atta memperhatikan seorang wanita yang menggunakan kimono sutra berwarna mint sedang memasak di dapur apartmennya. Ia mengancingkan kemeja putihnya sambil berjalan menghampiri wanita tersebut. Ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang wanita itu dan mencium dahi bagian kanannya.

"Selamat pagi, istriku." sapanya.

Mia menoleh ke arah ciuman suaminya dan memberikan senyuman kecil. "Pagi ini Mia masak makanan favorit Mas Atta loh."

Benar saja. Ketika Atta melihat ke arah kompor, Mia telah memanggang strip salmon untuk pelengkap menu kesayangannya. "Dalam rangka apa Mia bikin ini? Menu biasa juga sudah cukup kok."

Mia terkekeh. "Gapapa Mas. Ini kan awal Minggu, biar kamu semangat selama seminggu kedepan aja."

Atta kemudian mencium pipi Mia lalu beranjak ke meja bar di dapur itu. Ia membuka iPad dan membuka situs berita langganannya. Atta dan Mia dari awal memutuskan untuk tidak berlangganan surat kabar cetak, melainkan berlangganan berita pada platform online. Lebih eco friendly dan lagi pula Atta lebih membutuhkan berita-berita business internasional daripada keributan politik atau kasus-kasus dalam negeri yang terlalu dibesar-besarkan. Maklum perusahaan keluarganya memang sudah sering turun ke dunia bisnis internasional.

Sementara itu, Mia meneruskan kegiatan memasaknya. Setelah jadi, ia meletakan salmon panggang di atas porcelain hadiah pernikahan dari rekan bisnis Atta dan menaruhnya di atas meja bar yang telah penuh dengan makanan lain.

"Ini Mas, dimakan dulu. Nanti telat ke kantornya." Ujarnya menepuk pelan bahu suaminya. Kemudia Mia mengisi piring suaminya dengan makanan-makanan yang telah tersedia di atas meja.

Atta menaruh iPad yang ia pegang lalu menerima piring yang disodorkan oleh istrinya. Keduanya makan dengan tenang. Hanya terdengar suara alat makan yang sesekali bergesekan dengan piring. Setelah keduanya selesai makan, mereka kembali ke kamar untuk bersiap-siap pergi ke kantor.

Atta meraih jas yang telah tergantung rapi di dekat meja rias. Ia mengenakan jas berwarna navy blue yang dibelikan Mia bulan lalu. Kemudian ia mengalungkan dasi yang telah disipakan oleh istrinya dan menghadap ke arah meja rias. Mia yang sedari tadi menunggu suaminya mengenakan jasnya langsung cekatan memasangkan dasi yang telah terkalung di leher suaminya. Ini adalah kebiasaan yang selalu mereka lakukan setiap pagi semenjak mereka menikah. Dimanapun mereka berada, Mia akan selalu membantu Atta mengenakan dasinya. Tradisi tersebut diturunkan oleh Mama Mia sebelum beliau meninggal dunia. Ketika ia selesai, Mia meletakan kedua telapak tangannya pada dada Atta. Atta menyondongkan badan dan memberinya sebuah ciuman.

"Saya pergi dulu ya."

"Iya Mas. Jangan lupa kabarin Mia kalau sudah sampai di kantor."

Setelah Atta berangkat, barulah Mia menuju kamar mandi untuk bersiap. Pekerjaan Mia sebagai pemilik sekaligus manager utama restauran turunan keluarga memperkenakannya untuk pergi lebih siang dari suaminya. Bahkan ia hanya perlu datang ke restauran tiga kali dalam satu minggu. Senin untuk run trough rencana satu minggu, Rabu untuk kontrol dan check keadaan, serta Jumat untuk persiapan weekend yang selalu ramai. Rencananya ini akan berlangsung hingga Nikolai, anak terakhir dari adik Papa Mia, selesai training dan dapat secara penuh mengambil alih posisi manager sehingga Mia hanya akan bertindak sebagai owner.

Ketika ia sampai di restoran tersebut, Nikolai telah menunggunya di meja panjang dimana mereka biasa mengadakan rapat perencanaan mingguan bersama semua staff.

"Milena, my favorite cousin. How are you?" Sapa pria itu sambil memberi Mia pelukan.

"I'm good Niko. How's dyadya and tetya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Choices.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang