Chapter Twelve

88 10 9
                                    

ORLAND

Malam ini kami berkumpul di Rumah Uncle Logan untuk makan bersama. Katanya Aunt Emma sedang masak besar-besaran karna keberhasilan Uncle Logan di kantornya, naik jabatan.

To: Blue kampret :v

Aku agak telat, starbucks ramai hari ini. Orl xox.

Aku mendengus sambil terus menatap layar ponselku. Aku ingin sekali kesana, bertemu beberapa anak - anak artis itu dan bersenda gurau. Sayangnya, starbucks menuntut totalitas dan tanggung jawabku sebagai pekerja.

Aku tau, mungkin aku bukan anak artis seperti mereka. Aku hanya belas kasihan Uncle Niall dan Aunt Erma. Begitupula Alicia, wanita yang sudah kuanggap kakak sejak kecil.

From: Blue kampret :v

Okay, jangan lama-lama Orland. Kami menunggu.

Aku tersenyum, walau kadang Blue menyebalkan, ia juga bisa mengerti aku.

Aku pun menaruh ponselku di dalam ransel kembali lalu mulai membuatkan pesanan para customer yang datang.

Aku berharap semoga bos menyuruhku untuk pulang sebentar lagi.

Kepalaku pusing. Sumpah.

BLUE

Aku menatap layar ponselku cemas. Orland belum sampai sedari tadi, padahal kami akan main games bersama sebentar lagi. Orland benar-benar tidak asyik.

"Gimana? Kau sudah menghubungi Orland?" Nike menatapku, aku mengangguk cepat. "Trus?"

"Dia bilang katanya agak telat," Jawabku. "Kalian kalau mau main games main aja. Cuman truth or dare atau pool dare atau apalah itu. Aku mau pulang saja."

Nike mencengkram tanganku pelan."Jangan gitu, sambil nunggu Orland kita main aja gimana?"

Aku mengangguk menyetujui.

Pada akhirnya aku tidak ikut bermain bersama mereka, para lelaki tak tau diri itu. Kecuali Jacob. Dia memutuskan untuk belajar.

Aku, Aleisha, Keira, dan Bethany duduk di sudut kolam berenang sambil meneguk beer kaleng yang kudapati dari kulkas.

"Gimana soal Andrea? Dia masih marah?" Keira menatapku, begitupula Aleisha dan Bethany yang juga penasaran. Aku mengangguk.

"Kalau kataku sih, itu bukan murni kesalahan kamu,Blue. Lagipula Andrea yang terlalu bawa perasaan," Balas Aleisha.

"Hmm... iya sih. Tapi kayaknya aku harus minta maaf,"Aku menunduk.

Bethany menggeleng."Biarin Andrea tenang dulu,Blue. Kalau dia belum tenang gak mungkin kamu dimaafin."

"Iya juga sih."

Sambil menatap malam, aku mulai memikirkan cara untuk mendekati Adam namun  tetap dalam batas wajar. Aku ingin mendekatinya, tapi bagaimana caranya agar  Andrea tidak akan tahu soal ini. Ia pasti akan tahu asap.

"Kei, tantangan ini beneran harus dijalanin? Belum aku coba Andrea udah jadi korban,loh!" Aku menatap Keira yang sibuk dengan jepit rambutnya, ia berdecak. "Jadilah Blue, lagian Andrea doang."

Beside HoranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang