Chapter Four

325 28 7
                                    

NIKE

"NIKE HORAN!!!"

"NIKE COME HERE!"

Para gadis itu terus mengejarku. Aku tak tau berapa jumlah mereka tepatnya. Setahuku mereka semua sekelas dengan Orland. Persetan dengan kesiangan! Karna aku kesiangan, mereka pun dapat dengan leluasanya menggejarku.

Aku ingin masuk kedalam kelas karna itu pilihan terbaik sebenarnya,namun aku ingin sekali saja bolos dalam pelajaran Mr. Nathan. Lagipula bila aku masuk kedalam kelas, Mr. Nathan pasti akan menghukumku habis-habisan.

Ke kelas Orland? Yang benar saja! Ia pasti sedang belajar juga. Apalagi Ms. Jeanine, wali kelasnya galak bukan main.

Karna tidak memiliki pilihan, aku putuskan untuk berkunjung ke kelas Blue yang terletak cukup dekat dari tempatku sekarang ini.

"BLUE! BLUE! BLUE!" Aku berseru kemudian langsung masuk kedalam kelasnya. Beruntung ia tengah freeclass.

"The fuck?! Whats going on?"Tanya Blue heran.

Aku mengelap keringat di dahiku sambil berusaha mengontrol deru nafasku. "Pa-para gadis me-mengejarku."

"Lalu? Apa yang harus kulakukan? Like i care?"Balas Blue acuh.

Aku memutar mataku setelah mendengar ucapannya barusan. "Aku ingin berada di kelasmu sampai pulang sekolah. Boleh kan?"

Keira yang duduk di samping Blue hanya dapat menonton perbincanganku dengan Blue tanpa mau membuka suara.

"Kei, bolehkan?"Tanyaku kepada Keira yang tengah menggunyah sandwich miliknya.

"Bolehlah, siapa yang tidak memperbolehkan anak dari salah satu donatur sekolah?"Jawab Keira.

Aku tersenyum simpul setelah mendengar ucapan Keira. Sedangkan Blue, ia tetap kekeuh dengan keacuhan menyebalkannya.

"Lalu kau mau duduk dimana? Masa kau bolos seharian? Bukannya hari ini ada Ulangan Matematika?"Tanya Blue mengingatkan.

"Persetan dengan ulangan itu! Aku bisa meminta Aleisha untuk menggatakan pada Guru Matematika ku bahwa aku izin tidak masuk sekolah,"Balasku.

Blue tetap tak perduli dengan kakaknya sendiri, ia malahan fokus dengan buku tebal kesukaannya itu. Persetan dengannya!

"Kei, ancam Blue agar ia mau menerimaku disini!"Pintaku.

Keira juga tampak acuh sekarang, seperti tidak perduli. Kalau saja Blue bukan adikku dan Keira bukanlah anak dari teman Dad, mungkin aku sudah melemparkan beribu-ribu makian kepada mereka.

"Kei! Blueshit!" Seruku, dan mereka tetap acuh seperti tidak perduli.

Namun, iris mata biruku menemukan bangku kosong di samping gadis nerd itu. Maksudku Bethany.

"Bethany punya satu bangku kosong buatku. Aku bisa duduk di sampingnya,"Ujarku kemudian berjalan kearah bangku yang kumaksud lalu duduk disana.

"Nike, ehm maksudku .. ya Nike."Ucap Bethany. Aku menengok ke kiri dan menemukan gadis itu tengah berwajah kikuk. "Whut?"

"Kau ti--"

"Itu urusanku dan bukan urusanmu, Bethany."Balasku seraya meraih Headphone dari dalam Ranselku.

"Ehm, maksudku, aku bisa adukan sikapmu ke Aunt Erma dan Uncle Niall."

Aku melotot kearah gadis itu. Bisa-bisanya ia berkata begitu kepada Nike Jonathan Horan. Atas dasar apa ia bisa berkata begitu?

"Coba ulangi ucapanmu! Apa yang kau katakan barusan?"Omelku yang membuat Bethany menutup wajahnya itu dengan sebuah buku.

"Hey! Aku berbicara denganmu!" Aku langsung menarik buku itu dari wajahnya, yang kutemukan hanyalah wajah takut dan kikuk miliknya.

Beside HoranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang